Thursday, April 21, 2011

Ubah Dulu yang Ada di Dalam

by Andrie Wongso

Saat renovasi rumah, si empunya rumah sudah merencanakan untuk memasang sebuah lukisan potret keluarga di ruang tamu yang telah ditatanya dengan indah. Lukisan itu telah dipesannya melalui seorang seniman pelukis wajah yang terkenal, dengan harga yang tidak murah.

Tetapi, saat lukisan itu tiba di rumah dan hendak dipasang, dia merasa tidak puas dengan hasilnya. Kemudian, ia meminta si pelukis merevisiya sesuai dengan gambar yang dibayangkan. Tapi apa daya, setelah diperbaiki hingga ketiga kalinya, tetap saja ada sesuatu yang tidak disukainya pada lukisan tersebut sehingga setiap kali si pemilik rumah melintas ruang tamu, selalu timbul ketidakpuasan dan kekecewaan. Hal itu sangatlah mengganggu pikirannya. Menjadikan dirinya tidak senang, uring-uringan, jengkel, kecewa, dan sebal dengan ruang tamunya yang indah itu. Semua gara-gara sebuah lukisan!

Suatu hari, seorang sahabat dan keluarganya datang bertamu ke rumah itu. Sahabatnya ini termasuk pengamat seni yang disegani di lingkungannya. Saat memasuki ruang tamu, setelah bertukar sapa dengan akrab dengan tuan rumah, tiba-tiba ia terdiam di depan lukisan potret keluarga itu. Si tuan rumah buru-buru menyela, “Duh, tolong jangan dipelototi begitu dong. Aku tahu, lukisan itu tidak seindah seperti yang aku mau, tetapi setelah direvisi beberapa kali jadinya seperti itu, ya sudahlah, mau apalagi?”

“Lho, apa yang salah dengan lukisan ini? Lukisan ini bagus sekali, lho! Sungguh, aku tidak sekadar memuji. Si pelukis bisa melihat karakter objek yang dilukisnya dan menuangkan dengan baik di atas kanvas, perpaduan warna di latar belakangnya juga mampu mendukung lukisan utamanya. Betul kan, 'Bu?” tanyanya sambil menoleh kepada istrinya.

“Iya, lukisan ini indah dan berkarakter. Jarang-jarang kami melihat karya yang cantik seperti ini. Kamu sungguh beruntung memilikinya,” si istri menambahkan dengan bersemangat. Kemudian mereka pun asyik terlibat diskusi tentang lukisan itu.
Setelah kejadian itu, setiap melintas di ruang tamu dan melihat lukisan potret keluarga itu, si pemilik rumah tersenyum sendiri. Ia teringat obrolan dengan sahabatnya. Kejengkelan dan kemarahannya telah lenyap tak berbekas.

Sahabat yang Luar Biasa!

Jika sebuah lukisan tidak bisa diubah atau banyak hal lain di luar diri kita yang tidak mampu kita ubah sesuai dengan keinginan kita atau selera kita, maka tidak perlu menyalahkan keadaan! Karena sesungguhnya, belum tentu lukisan atau keadaan luar yang bermasalah, tetapi cara pandang kitalah yang berbeda. Jika kita tidak ingin kehilangan kebahagiaan maka kita harus berusaha/belajar menerima perbedaan yang ada. Dengan mengubah cara berpikir kita (yang ada di dalam), tentu kondisi di luar juga ikut berubah.

Mari pelihara semangat dan kebahagiaan kita, bukan dengan mengubah dunia sesuai dengan keinginan kita, tetapi menerima perubahan, dengan cara mengubah yang ada di dalam diri kita terlebih dulu.

Salam sukses luar biasa!!

[Andrie Wongso]
http://www.facebook.com/satyadharma.mohammad#!/note.php?note_id=10150157479754160

No comments:

Post a Comment