Thursday, October 24, 2013

Tempat Mangkal Jin dan Syetan

SEPERTI juga manusia, jin dan syetan juga membutuhkan ruang dan tempat. Berikut adalah tempat-tempat yang kerap mereka tempati.

Tempat peristirahatan unta

Hadits Abdullah bin Mughaffal r.a. berkata, bersabda Rasulullah SAW : “Shalatlah kalian di tempat peristirahatan (kandang) kambing dan janganlah kalian shalat di tempat peristirahatan (kandang) unta karena sesungguhnya unta itu diciptakan dari syetan.” (HR. Ahmad (4/85), Ibnu Majah (769) dan Ibnu Hibban (5657) dan selainnya).

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah sebagaimana yang disebutkan di dalam “Majmu Fatawa” (19/41) ketika menjelaskan tentang penyebab dilarangnya shalat di tempat peristirahatan unta. Yang benar bahwa penyebab (dilarangnya shalat) di kamar mandi, tempat peristirahatan unta dan yang semisalnya adalah karena itu adalah tempat-tempat para setan.

Tempat buang air besar dan kecil

Dalam hadits Zaid bin Arqam r.a. dan selainnya yang diriwayatkan oleh Ahmad (4/373), Ibnu Majah (296), Ibnu Hibban ( 1406), Al Hakim (1/187) dan selainnya bahwa Rasulullah SAW, bersabda : “Sesungguhnya tempat-tempat buang hajat ini dihadiri (oleh para setan, pen), maka jika salah seorang dari kalian hendak masuk kamar mandi (WC), ucapkanlah “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”
Demikian banyak orang yang terkena gangguan jin adalah di tempat-tempat buang hajat.

Lembah-lembah

Sesungguhnya jin dan setan ditemukan di lembah-lembah dan tidak ditemukan di pegunungan. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam Majmu Fatawa (19/33) : “Lembah-lembah adalah tempatnya kaum jin karena sesungguhnya mereka lebih banyak ditemukan di lembah-lembah dari pada di dataran tinggi.”

Tempat sampah dan kotoran

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam Majmu Fatawa(19/41) : “(Setan) ditemukan di tempat-tempat bernajis seperti kamar mandi dan WC, tempat sampah, kotoran serta pekuburan.”

Kuburan

Telah datang dari hadits Abu Said Al Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Permukaan bumi itu semuanya masjid (bisa dijadikan tempat untuk shalat, pen) kecuali pekuburan dan kamar mandi.” (HR. Ahmad (3/83), Abu Daud (492),Tirmidzi (317), Ibnu Hibban (1699), Al Hakim (1/251) serta yang lainnya). Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah sebagaimana yang disebutkan di dalam Majmu Fatawa (19/41) ketika berbicara tentang tempat-tempat jin : “Pada pekuburan itu terdapat sarana menuju kesyirikan sebagaimana pekuburan juga menjadi tempat mangkalnya para syaitan lihat ucapan beliau sebelumnya.”

Para syaitan menuntut orang yang hendak menjadi tukang sihir untuk selalu tinggal di pekuburan. Dan disanalah syaitan turun mendatanginya dan tukang sihir itu bolak balik ke tempat ini. Para syaitan menuntutnya untuk memakan sebagian orang-orang mati.

Tempat yang telah rusak dan kosong

Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam “Al Adab Al Mufrad” (579) dari Tsauban r.a. berkata : Rasulullah SAW, berkata kepadaku : “Janganlah kamu tinggal di tempat yang jauh dari pemukiman karena tinggal di tempat yang jauh dari pemukiman itu seperti tinggal di kuburan.” Hadits ini hasan. Berkata lebih dari satu ulama bahwa Al Kufuur adalah tempat yang jauh dari pemukiman manusia dan hampir tidak ada seorang pun yang lewat di situ. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sebagaimana yang disebutkan dalam “Majmu Fatawa” (19/40-41) ketika berbicara tentang jin : “Oleh karena itu, (syaitan) banyak ditemukan di tempat yang telah rusak dan kosong.”
 
Lautan
 
Dalam hadits Jabir r.a. berkata : Bersabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas lautan dalam riwayat lain di atar air dan kemudian dia pun mengutus pasukannya. (HR. Muslim : 2813). Dan juga datang dari hadits Abu Musa r.a. yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan yang lainnya dan hadits ini shahih.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa lautan yang dimaksud adalah samudera “Al Haadi” karena di sanalah tempat berkumpulnya semua benua.

Celah-celah di bukit

Hadits Ibnu Sarjis r.a. dia berkata : bersabda Rasulullah SAW : “Janganlah salah seorang di antara kalian kencing di lubang . . .” Mereka berkata kepada Qatadah : “Apa yang menyebabkan dibencinya kencing di lubang ?”, dia berkata : “Disebutkan bahwa itu adalah tempat tinggalnya jin”. Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad (5/82), Abu Daud (29), An Nasaai (34), Al Hakim (1/186) dan Al Baihaqi (1/99). Lebih dari satu ulama yang membenarkan bahwa Qatadah mendengar dari Abdullah bin Sarjis r.a. Lihat kitab “Jami’ At Tahshiil.” Hadits ini dishahihkan Al Walid Al Allamah Al Wadi’i dalam “Ash Shahih Al Musnad Mimma Laisa fii Ash Shahihain” (579).

Tempat-tempat kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan

Syetan ditemukan di tempat yang di dalamnya manusia melakukan kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan. Tidaklah dilakukan kebid’ahan dan penyembahan kepada selain Allah SWT, kecuali syaitan memiliki andil yang cukup besar di dalamnya dan terhadap para pelakunya.

Rumah-rumah yang di dalamnya dilakukan kemaksiatan

Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar.” (HR. Al Bukhari : 3226 dan Muslim : 2106 dari hadits Abu Thalhah dan Aisyah r.a dan datang pula dari para sahabat yang lain).

Jika malaikat tidak masuk ke dalam rumah, maka syaitanlah yang masuk adalah syaitan karena malaikat adalah tentara-tentara Allah SWT yang diutus untuk menjaga kaum mukmin dan menolak kemudharatan dari mereka.

Termasuk kebodohan adalah jika seorang muslim mengusir malaikat dari rumahnya yang menyebabkan masuknya jin dan setan ke dalamnya. Maka makmurkanlah rumah itu dengan dzikir kepada Allah SWT, ibadah dan membaca Al Qur’an.

Rasulullah SWT bersabda : “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan karena sesungguhnya setan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan Surat Al Baqarah.” (HR. Muslim (780), Ahmad (2/337), Tirmidzi (2877) dan selainnya).

Pasar-pasar

Dari Salman r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (2451) dan selainnya berkata :”Janganlah engkau menjadi orang pertama yang masuk pasar jika engkau mampu dan jangan pula menjadi orang paling terakhir yang keluar darinya pasar karena pasar itu adalah tempat peperangan para syaitan dan di sanalah ditancapkan benderanya.”

Oleh karena itu, pasar merupakan tempat yang dibenci oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda : “Tempat yang paling disukai oleh Allah adalah masjid dan tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar.”

Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim (671) dan selainnya dari hadits Abu Hurairah r.a. Demikianlah setan berkumpul di tempat-tempat yang di dalamnya gemar dilakukan perbuatan maksiat dan kemungkaran.

Jin dan setan berkeliaran di jalan-jalan dan lorong-lorong

Dalam hadits Riwayat Bukhari (3303) dan Muslim (2012) dari Jabir r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika telah datang malam, maka cegahlah anak-anak kalian untuk keluar karena sesungguhnya jin itu berkeliaran dan melakukan penculikan. Matikan lentera di saat tidur karena sesungguhnya binatang fasik (tikus) itu kadang menarik sumbu lampu sehingga membakar penghuni rumah tersebut.” [beni95]
 
Oleh Saad Saefullah
http://www.islampos.com/tempat-mangkal-jin-dan-syetan-1-74855/
http://www.islampos.com/tempat-mangkal-jin-dan-syetan-2-habis-74862/

Sara Bokker Peluk Islam Karena Peristiwa Pemboman 9/11

SEJAK kecil, tak ada yang lebih diinginkan oleh Sara Bokker selain tinggal di Florida. Di Amerika, Florida adalah negeri yang penuh kemewahan. Dan Sara cinta kemewahan, bahkan ketika usianya masih sangat belia.

Seperti gadis-gadis remaja Barat lainnya, Sara hanya memfokuskan hidupnya pada daya tarik serta cara berpenampilan dan seberapa banyak perhatian yang bisa ia dapatkan dari orang lain.

Usia 20 tahun, Sara berhasil meraih impiannya menjadi seorang model dan hingga menjadi seorang personal trainer. Ia tinggal di apartemen kelas atas, dan tiap akhir pekan berjemur di sepanjang Pantai Miami yang eksotis.  Itu adalah kehidupan yang ia impikan.

Namun, lama kelamaan, kehampaan makin besar dalam dirinya. Sara mulai menimbang bahwa ukuran kepuasan dan kebahagian yang diterimanya  terletak pada semakin tingginya ia ‘menjual’ daya tariknya sebagai wanita. “Aku merasa aku adalah budak mode. Aku adalah seorang ‘sandera’ bagi penampilanku sendiri,” katanya.

Sara mulai berpikir. Ia sedikit demi sedikit kemudian meninggalkan dunia glamor, meninggalkan alcohol, tak lagi ikut pesta dugem semalam suntuk, dan mengalihkan diri pada meditasi. “Tapi itu,” paparnya, “hanya sebatas ‘pembunuh rasa sakit’ atau pelarian diri dan bukan obat yang sesungguhnya.”

Di tengah kebingunannya akan kehidupannya sendiri, meledaklah peristiwa 11 September 2001. Islam tiba-tiba mendapat perhatian lebih dari Sara karena dijadikan kambing hitam dan dicap teroris. Tapi itulah awal perkenalannya dengan agama ini.

Suatu hari, secara iseng ia membuka kitab Al Qur’an. Ia terhenyak. Aku menemukan Al-Quran sangat menghujam dalam sanubari, bahkan untuk memahaminya kita tak perlu interpreter atau pendeta,” tutur Sara.

Sejak saat itu, ia belajar Islam. Ia membeli buku-buku Islam dan membacanya di internet. “Hingga satu hari aku membeli gaun panjang yang cantik dan penutup kepala menyerupai busana wanita Muslim dan aku kemudian berjalan menyusuri jalan yang sama dan lingkungan yang sama di mana beberapa hari sebelumnya aku berjalan dengan memakai celana pendek, bikini, atau pakaian selayaknya mode atau fashion Barat,” kenangnya.

Dan itulah pertama kalinya ia merasakan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya. “Bila sebelumnya orang melihatku dengan pandangan bernafsu, tapi dengan pakaian ini aku tak menemukan hal itu,” ujar Sara. Sara merasa tiba-tiba saja beban berat di pundaknya telah hilang.

Ia segera memutuskan masuk islam. Di Miami, ia bersyahadat.

Mau tak mau Sara teringat bagaimana ia menjalani masa lalunya. “Bikini yang dulu merupakan lambang kebebasanku, justru menjauhkan aku dari nilai-nilai agama dan kedudukan sebagai manusia terhormat,” tandasnya. “Tiada ada yang lebih menggembirakanku selain dari menanggalkan bikiniku di pantai. Melepaskan diri dari gaya hidup Barat yang gemerlapan,dan kemudian hidup damai bersama Allah SWT, serta hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai pribadi yang memiliki nilai dan berguna bagi mereka.” [islampos/tellmeaboutislam]
 
Oleh Saad Saefullah
http://www.islampos.com/sara-bokker-peluk-islam-karena-peristiwa-pemboman-911-83943/

Monday, October 21, 2013

19 Pertanyaan Ini Membuat Pendeta dan Jemaatnya Masuk Islam di Gereja

Pagi itu, sang pendeta telah berdiri untuk memberikan khotbah. Namun, melihat ada seorang pemuda yang memiliki tanda khusus hadir di gerejanya, sang pendeta menahan khotbahnya.

“Aku tidak akan memberikan khotbah kepada kalian, karena di antara kalian ada umatnya Muhammad,” kalimat pertama pendeta itu bagaikan petir di siang bolong. Sebagian jemaat gereja melihat kanan dan kiri, siapa orang yang dimaksud pendeta.

“Bagaimana pendeta mengetahuinya?” tanya seorang jema’at.
“Karena umat Muhammad memiliki tanda khusus di jidatnya, yakni bekas sujud”

Sang pemuda yang dimaksud kemudian berdiri hendak pergi. Namun, tantangan sang pendeta membuat langkahnya terhenti. “Wahai orang muslim, aku akan bertanya kepadamu. Jika kamu bisa menjawab pertanyaanku maka aku akan masuk Islam;

Pertanyaan pertama: Siapakah yang satu dan tidak ada duanya?

Pertanyaan kedua: Apa sesuatu yang dua dan tidak ada ketiganya?

Pertanyaan ketiga: Apa sesuatu yang tiga dan tidak ada keempatnya?

Pertanyaan keempat: Apa sesuatu yang empat dan tidak ada kelimanya?

Pertanyaan kelima: Apa sesuatu yang lima dan tidak ada keenamnya?

Pertanyaan keenam: Apa sesuatu yang enam dan tidak ada ketujuhnya?

Pertanyaan ketujuh: Apa sesuatu yang tujuh dan tidak ada kedelapannya?

Pertanyaan kedelapan: Apa sesuatu yang delapan dan tidak ada kesembilannya?

Pertanyaan kesembilan: Apa sesuatu yang sembilan dan tidak ada kesepuluhnya?

Pertanyaan kesepuluh: Apa sesuatu yang sepuluh dan tidak ada kesebelasnya?

Pertanyaan kesebelas: Apa sesuatu yang sebelas dan tidak ada kedua belasnya?

Pertanyaan kedua belas: Apa sesuatu yang dua belas dan tidak ada ketiga belasnya?

Pertanyaan ketiga belas: Apa sesuatu yang tiga belas dan tidak ada keempat belasnya?

Pertanyaan keempat belas: Siapakah makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah mencelanya?

Pertanyaan kelima belas: Siapakah makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah menganggapnya besar?

Pertanyaan keenam belas: Apa sesuatu yang bisa bernafas padahal tidak memiliki ruh?

Pertanyaan ketujuh belas: Siapakah orang yang dapat berjalan di dalam kuburnya?

Pertanyaan kedelapan belas: Pohon apakah yang terdiri dari 12 dahan, setiap dahannya terdiri dari 30 daun, dan setiap daunnya terdiri dari lima buah?

Pertanyaan kesembilan belas: Apa kunci surga?”

Pemuda yang di malam harinya bermimpi didatangi seseorang yang menyuruhnya pergi ke gereja untuk membela Nabi itu kemudian menjawab pertanyaan sang pendeta.

“Jawaban pertanyaan pertama: Dzat yang satu dan tidak ada duanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jwaban pertanyaan kedua: sesuatu yang dua dan tidak ada ketiganya adalah siang dan malam, sebagaimana firman Allah ‘Kami menjadikan siang dan malam sebagai dua tanda’ (QS. Al Isra’ : 12)

Jawaban pertanyaan ketiga: sesuatu yang tiga dan tidak ada keempatnya adalah pertanyaan Nabi Musa kepada tukang sayur.

Jawaban pertanyaan keempat: sesuatu yang empat dan tidak ada kelimanya adalah kitab samawi. Yakni Zabur, Taurat, Injil dan Al Qur’an.

Jawaban pertanyaan kelima: sesuatu yang lima dan tidak ada keenamnya adalah shalat lima waktu.

Jawaban pertanyaan keenam: sesuatu yang enam dan tidak ada ketujuhnya adalah masa Allah menciptakan langit dan bumi. Sebagaimana firmanNya: ‘Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan’ (QS. Qaf : 38)”

Tiba-tiba sang pendeta menyela, “Mengapa Tuhanmu berkata ‘dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan’?”

“Karena orang Yahudi berkeyanikan bahwa Allah menciptakan langit, bumi dan isinya selama enam hari. Kemudian Allah kelelahan dan beristirahat di hari yang ketujuh. Oleh karena itu Allah berfirman ‘dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan’

Jawaban pertanyaan ketujuh: sesuatu yang tujuh dan tidak ada kedelapannya adalah langit. ‘Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah menciptakan tujuh langit yang bertingkat-tingkat? (QS. Nuh : 15)

Jawaban pertanyaan kedelapan: sesuatu yang delapan dan tidak ada kesembilannya adalah mereka yang memikul arsy. Sebagaimana firman Allah, ‘Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas kepala mereka’ (QS. Al Haqqah : 17)

Jawaban pertanyaan kesembilan: sesuatu yang sembilan dan tidak ada kesepuluhnya adalah mukjizat Nabi Musa. Sebagaimana firman Allah ’Dan sesungguhnya Kami telah memberikan sembilan mukjizat yang nyata kepada Musa’ (QS. Al Isra’ : 101)

Jawaban pertanyaan kesepuluh: sesuatu yang sepuluh dan tidak ada kesebelasnya adalah pahala orang yang melakukan kebaikan. Dia akan mendapatkan sepuluh kebaikan.

Jawaban kesebelas: sesuatu yang sebelas dan tidak ada kedua belasnya adalah saudara-saudara Nabi Musa.

Jawaban pertanyaan kedua belas: sesuatu yang dua belas dan tidak ada ketiga belasnya adalah terpecahnya batu.

Jawaban pertanyaan ketiga belas: sesuatu yang tiga belas dan tidak ada keempat belasnya adalah saudara-saudara Nabi Yusuf dan kedua orang tuanya.

Jawaban pertanyaan keempat belas: makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah mencelanya adalah suara keledai. ’Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai’ (QS. Luqman : 19)

Jawaban pertanyaan kelima belas: makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah menyebutnya besar adalah tipu daya wanita. ‘Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar’ (QS. Yusuf : 28)

Jawaban pertanyaan keenam belas: sesuatu yang bisa bernafas padahal tidak memiliki ruh adalah waktu Subuh. ’Dan demi Subuh apabila fajarnya mulai bernafas’ (QS. At Takwir : 18)

Jawaban pertanyaan ketujuh belas: orang yang dapat berjalan di dalam kuburnya adalah Nabi Yunus ketika berada di dalam perut ikan.

Jawaban pertanyaan kedelapan belas: Pohon yang terdiri dari 12 dahan, setiap dahannya terdiri dari 30 daun, dan setiap daunnya terdiri dari lima buah adalah tahun. Setahun ada 12 bulan. Sebulan ada 30 hari. Sehari ada lima waktu shalat.

Jawaban pertanyaan kesembilan belas: kunci surga adalah Laa ilaaha illallah, Muhammad rasulullah.

Mendengar jawaban ini, sang pendeta kemudian masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Kemudian para jemaatnya juga masuk Islam di hari itu juga, di gereja yang sama. Dan nama pemuda yang menjadi perantara keislaman mereka adalah Abu Yazid Bastami. [Sumber: Qashashush Shaalihiin, karya Guru Besar Universitas Al Azhar Dr Mustafa Murad]

http://www.bersamadakwah.com/2013/10/19-pertanyaan-ini-membuat-pendeta-dan.html

Kisah Wanita Cantik yang Membuat Kagum Para Ulama

Ketika menelusuri sebuah jalan di kota Bashrah, Al Atabi melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang bersendau gurau dengan seorang lelaki tua buruk rupa. Setiap kali wanita itu berbisik, laki-laki tersebut pun tertawa.

Al Atabi yang penasaran kemudian memberanikan diri bertanya kepada wanita itu. “Siapa laki-laki tersebut?”

 “Dia suamiku”

“Kamu ini cantik dan menawan, bagaimana kamu dapat bersabar dengan suami yang jelek seperti itu? Sungguh, ini adalah sesuatu yang mengherankan” Al Atabi meneruskan pertanyannya.
“Barangkali karena mendapatkan wanita sepertiku, maka ia bersyukur. Dan aku mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar. Bukankah orang yang sabar dan syukur adalah termasuk penghuni surga? Tidak pantaskah aku bersyukur kepada Allah atas karunia ini?”

Al Atabi kemudian meninggalkan wanita itu disertai kekaguman. Ulama Al Azhar, Dr Mustafa Murad, juga kagum dengan wanita itu sehingga memasukkan kisah ini dalam bukunya Qashashush Shaalihiin. Kedua ulama tersebut tidaklah kagum kepada wanita itu karena kecantikannya. Mereka kagum karena agamanya.

Dan benarlah pesan Rasulullah: “Wanita itu dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wanita yang baik agamanya, ketika ia kaya, ia tidak sombong. Ia justru dermawan, suka berinfaq dan mendukung perjuangan dakwah suami dengan hartanya.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia memiliki kedudukan tinggi dan nasab yang mulia, ia tidak menghina orang lain. Ia justru menjadi wanita yang mulia dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia cantik, ia tidak membuat suaminya resah. Ia justru menjadi penghibur hati dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta. Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

http://www.bersamadakwah.com/2013/10/kisah-wanita-cantik-yang-membuat-kagum.html

Thursday, October 17, 2013

Jermaine Jackson, Umroh Dulu, Baru Masuk Islam

SELAMA ini dunia hanya mengenal Michael dan Janet Jackson. Michael —akrab dipanggil Jacko— sudah mangkat beberapa tahun lalu. Sementara Janet, belakangan ini dikabarkan masuk Islam. Satu nama lagi dari Jacko yang sering dilupakan adalah Jermaine. Jermaine adalah seorang mualaf, dan disebut-sebut sebagai orang yang juga mengajak Jacko mengenal Islam semasa hidupnya dulu.

Jermaine  mengenal Islam pertama kalinya ketika berkunjung ke beberapa negara di Timur Tengah. Saat itu ia tengah melakukan tur promo musik. Salah satu negara yang dikunjunginya adalah Bahrain. Di Bahrain Jermaine merasa diterima dengan baik  oleh masyarakat di sana. “Saya sempat bertemu dan mengobrol dengan anak-anak Bahrain tentang banyak hal,” ujarnya.

Satu hal yang tidak pernah dilupakan oleh Jermaine adalah ketika anak-anak itu bertanya soal agamanya. “Saya seorang Kristen,” jawabnya begitu saja. Jermain bertanya balik apa agama anak-anak itu, dan serempak mereka menjawab: “Islam!”

Jawaban itu membuat Jermaine terheran-heran. Anak-anak tersebut tiba-tiba menceritakan tentang Islam padanya. Begitu saja, bocah-bocah itu memberikan informasi seputar Islam sesuai dengan pemahaman yang dimiliki anak seusia mereka. ”Suara mereka memperlihatkan kepada saya bahwa mereka sangat bangga terhadap Islam. Bermula dari sinilah saya tertarik untuk mengenal Islam lebih jauh,” kenangnya.

Pulang dari Bahrain, Jermaine menemui para cendekiawan dan ulama Muslim. Ia banyak bertanya kepada mereka soal Islam dan ia juga mulai menanyakan soal Injil.

Setelah dialog itu, atas dorongan Qunber Ali, salah seorang yang ia ajak diskusi,. Jermaine mengunjungi Riyadh, Saudi. Dari Riyadh, atas undangan pihak keluarga Kerajaan Arab Saudi, Jermaine melanjutkan perjalanan menuju Mekkah untuk melakukan umrah. Padahal saat itu ia belum mengucapkan syahadat.

Selama di Saudi, Jermaine semakin banyak mempelajari tentang Islam langsung dari Al-Quran. Akhirnya Jermaine berbulat hati masuk Islam. “Saat itulah, saya merasa seperti dilahirkan kembali. Saya menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan yang selama ini tidak bisa saya temukan dalam ajaran Kristen,” ujarnya.

Kembali ke Amerika Serikat, Jermaine menjadi sasaran propaganda media massa yang memang anti-Islam di Amerika. Ia juga mendapatkan perlakuan sentimen dari rekan-rekannya sesama seniman dan artis Hollywood. Apa yang dilakukan oleh Jermaine? Pertama sekali, ia memberikan pengertian tentang Islam kepada seluruh anggota keluarganya.

Catherine Jackson, ibunya, yang pertama bereaksi. ”Kamu (telah) mengambil keputusan ini secara tiba-tiba, atau telah memikirkannya masak-masak?” Tanya Catherine. Keluarganya menilai bahwa dengan masuk Islam, Jermaine menebarkan permusuhan di kalangan masyarakat Amerika. Namun, Jermaine merasa yakin kalau keluarganya tidak akan bersikap sama dengan orang-orang Amerika pada umumnya, karena dia tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang terbuka terhadap perbedaan. Lambat laun keluarganya bisa mengerti. Tidak hanya kedua orang tua dan saudara-saudaranya yang bisa menerima keyakinan baru Jermaine, tetapi juga ketujuh orang anak laki-lakinya serta dua anak perempuannya dan istrinya. Bahkan mereka pun menjadi mualaf juga seperti Jermaine.

Jermaine mempunyai Sembilan orang anak. Dari mantan istrinya Hazel Gordy ia memperoleh dua anak (Jermaine La Jaune Jackson Jr dan Autumn Jackson). Dari Margaret Maldonado yang tidak ia nikahi, Jermaine memiliki dua anak (Jeremy Maldonado Jackson dan Jourdynn Michael Jackson). Sementara dari mantan istrinya yang kedua, Alejandra Genevieve Oaziaza, ia mendapatkan tiga anak (Donte Jackson, Jaffar Jackson, dan Jermajesty Jackson). Sedangkan dari istrinya sekarang, Halima Rashid, ia mendapatkan dua orang anak. [islampos/tellmeaboutislam]

http://www.islampos.com/jermaine-jackson-umroh-dulu-baru-masuk-islam-82800/

Monday, October 7, 2013

KH Hasan Asy’ari (Mbah Mangli)

Bagi orang Jawa Tengah, khususnya daerah Magelang dan sekitarnya, nama KH Hasan Asy’ari atau mbah Mangli hampir pasti langsung mengingatkan pada sosok kyai sederhana, penuh karomah.

Menurut almarhum Wali Allah Gus Miek, walau Mbah Mangli memiliki banyak usaha dan termasuk orang yang kaya-raya, namun Mbah Mangli adalah wali Allah yang hatinya selalu menangis kepada Al...lah, menangis melihat umat dan menangis karena rindu kepada Allah.

KH Hasan Asy’ari/Mbah Mangli adalah mursyid Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN). Mbah Mangli adalah salah satu tokoh yang mendirikan Asrama Pendidikan Islam di Magelang yang santrinya berasal dari seluruh Indonesia.

Meski terkenal di mana-mana, beliau selalu hidup sederhana. Beliau sering diundang ke sana ke mari untuk mengisi pengajian. Pada saat mengisi pengajian, di mana pun ia dan dalam kondisi apa pun, Mbah Mungli tidak pernah memakai alat pengeras suara, meskipun jamaahnya sangat banyak, hingga berbaris dengan jarak jauh. Namun, masyarakat tetap sangat menyukai isi pidatonya dan mendengar suara beliau.

Kadang panitia sengaja menyelipkan amplop uang kepada Mbah Mangli, namun beliau dengan halus menolaknya, dan biasanya beliau mengatakan: "Jika separoh dari jamaah yang hadir tadi mau dan berkenan menjalankan apa yang saya sampaikan tadi, itu jauh lebih bernilai dari apapun, jadi mohon jangan dinilai dakwah saya ini dengan uang, kalau tuan mau antar saya pulang saya terima, kalau kesulitan ya gak papa saya bisa pulang sendiri"

Mbah Mangli dikaruniai karomah "melipat bumi" yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Di sisi lain, beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan psikokinesis tinggi. Misal, dia dapat mengetahui tamu yang akan datang beserta maksud dan tujuannya.

Seperti orang yang bermaksud untuk makan jeruk bersilaturrahim pada rumah Mangli. Dia menyambut dengan memberikan jeruk. Salah satu wejangannya adalah: "Apik ning menungsa, durung mesthi apik ning Gusti"

Langgar Linggan

Bangunan itu sederhana saja. Ukurannya tidak terlalu besar, tetapi tampak demikian kokoh dan bersih terawat baik. Di sekelilingnya terdapat banyak pepohonan rindang, sehingga membuat suasana terasa sejuk dan nyaman.

Warga menyebutnya Langgar Linggan. Lokasinya dekat pemukiman penduduk Desa Mejing, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang. Tepatnya di atas tanah wakaf dari KH Khadis, tokoh ulama terkemuka di Mejing, pada dekade 1960-1970. Pada tahun 1970-an, mushala ini menjadi saksi sejarah syiar agama Islam yang pernah dilakukan oleh KH Hasan Asy’ari, atau lebih beken dengan sebutan Mbah Mangli dari lereng Gunung Andong wilayah Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Magelang.

Pengajian rutin yang diisi ceramah keagamaan oleh Mbah Mangli, kala itu senantiasa dilaksanakan pada hari Kamis Wage, kata Ahsin (80), penduduk Mejing yang kerapkali menjadi panitia penyelenggara pengajian.

Acara selapanan itu bermula dari obsesi KH Khadis, yang ingin mengajak Mbah Mangli untuk melakukan syiar Islam di Mejing. Untuk itu, dia mengutus Ahsis dan kawan-kawan sowan ke Mbah Mangli.

Pengganti Usaha Ahsin tak membuahkan hasil. Kendati sempat menginap di sana, namun Ahsin tidak bisa bertemu dengan ulama kharismatik tersebut. Karenanya, KH Khadis terpaksa berangkat sendiri menjemput Mbah Mangli.

Langgar Linggan itu sendiri menjadi pengganti Masjid Jami Mejing, yang hanya sempat tiga kali digunakan sebagai pusat pengajian Mbah Mangli. Bukan apa-apa, pemindahan itu hanya dilandasi pertimbangan kenyamanan pengunjung. Masjid Jami posisinya persis di tepi jalan jurusan Magelang-Candimulyo.

Praktis selalu dilewati banyak kendaraan. Lalu lalang kendaraan itu tentu saja terasa mengganggu konsentrasi peserta pengajian. Menurut KH Kholil, Takmir Langgar Linggan, ketika Mbah Mangli wafat pada 1990, pengajian Kamis Wage di Mejing turut terhenti. Beberapa tahun belakangan, tradisi yang pernah mengakar di kalangan masyarakat itu mulai dirintis kembali oleh Gus Munir, menantu Mbah Mangli.

Mendoakan

Dengan arif, Mbah Mangli tidak melawan berbagai ancaman dan gangguan tersebut. Ia justru mendoakan mereka agar memeroleh kebahagiaan dan petunjuk dari Allah SWT. Keikhlasan, kesederhanaan dan ketokohan ini pula yang membawa Mbah Mangli dekat dengan mantan wapres Adam Malik dan tokoh-tokoh besar lainnya.

Suprihadi merupakan keturunan Haji Fadlan atau Puspowardoyo yakni tokoh Mangli yang membawa KH Hasan Asy’ari atau Mbah Mangli menetap di Dusun Mangli tahun 1956. Setelah mengasuh majelis taklim selama 3 tahun, Hasan Asy’ari kemudian menikah dengan Hj Ning Aliyah dari Sokaraja, Cilacap.

Pada 1959, Mbah Mangli mendirikan pondok pesantren salafiyah namun tidak memberikan nama resmi. Lambat laun pondok tersebut dikenal dengan nama Ponpes Mangli dan sosok Hasan Asy’ari dikenal masyarakat dengan nama Mbah Mangli. Nama ini diberikan masyarakat karena ia menyebarkan Islam dengan basis dari Kampung Mangli, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Dusun Mangli terletak persis di lereng Gunung Andong. Dengan ketinggian 1.200 dpl, bisa jadi ponpes ini adalah yang tertinggi di Jawa Tengah. Dari teras masjid, para santri bisa melihat hamparan rumah-rumah di Kota Magelang dan Temanggung dengan jelas. Pemandangan lebih menarik terlihat pada malam hari di mana lautan lampu menghias malam.

Untuk ke lokasi ini, kita harus menempuh perjalanan sekitar 40 km dari ibu kota Kabupaten Magelang di Kota Mungkid.

Bangunan pondok yang berada di tengah-tengah perkampungan berdiri di atas lereng-lereng bukit sehingga dari kejauhan terlihat seperti bangunan bertingkat. Meski terpencil ribuan masyarakat setiap Minggu mengaji ke pondok tersebut. Mereka tidak hanya berasal dari sekitar Magelang namun juga berbagai daerah lain. Uniknya, santri yang menetap tidak pernah lebih dari 41 orang.

Pesantren Sederhana di Lereng Gunung
PONDOK Pesantren Mangli merupakan salah lembaga pendidikan yang unik dan menarik. Banyak ulama besar yang dicetak oleh ponpes ini. Sepak terjang pesantren tasawuf ini tidak terlepas dari sosok sang pendiri yang memiliki banyak cerita keajaiban.

Berdasar cerita yang beredar di masyarakat, KH Hasan Asy’ari atau lebih dikenal dengan nama Mbah Mangli bisa mengisi pengajian di beberapa tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Ia bisa mengisi pengajian di Mangli, namun pada saat bersamaan juga mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta dan bahkan Sumatera.

Ia juga tidak memerlukan pengeras suara (loud speaker) untuk berdakwah seperti halnya kebanyakan kiai lainnya. Padahal jamaah yang menghadiri setiap pengajian Mbah Mangli mencapai puluhan ribu orang.

Menurut sesepuh Dusun Mangli, Mbah Anwar (75) warga Mangli sangat menghormati sosok Mbah Mangli. Bahkan meski sudah meninggal sejak akhir tahun 2007, nama Mbah Mangli tetap harum. Setiap hari ratusan pelayat dari berbagai daerah memadati makam Mbah Mangli yang berada di dalam kompleks pondok.

Tokoh sekaliber Gus Dur semasa hidup juga acap berziarah ke makam tersebut. Ini tak terlepas dari sosok kharismatik Mbah Mangli yang menyebarkan Islam di lereng pegunungan Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo. Ia juga merupakan Mursyid Tariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN).

Mbah Mangli-lah yang berhasil mengislamkan kawasan yang dulu menjadi markas para begal dan perampok tersebut. Pada masa itu daerah tersebut dikuasai oleh kelompok begal kondang bernama Merapi Merbabu Compleks (MMC).

”Tantangan beliau sangat berat. Para begal membabat lahan pertanian penduduk dan mencemari sumber mata air pondok. Warga Mangli sendiri belum shalat meski sudah Islam. Kebanyakan warga kami hanya Islam KTP,” ungkap Kepala Dusun Mangli Suprihadi.

Tasawuf Sunyi setelah Mbah Mangli
SEJAK Mbah Mangli meninggal dunia pada akhir 2007, proses pendidikan di Pondok Pesantren Mangli dilanjutkan oleh Gus Munir.

Sosok sederhana namun penuh wibawa ini merupakan putra mantu yang diberi tugas meneruskan kelangsungan pondok pesantren tersebut.

Gus Mangli sebenarnya memiliki satu orang putra dan empat orang putri. Putra pertama bernama Gus Thohir, menetap di Desa Canggalan, Kecamatan Grabag. Adapun yang putri bernama Nimaunah, Nimaiyah, dan Nibariyah. Mereka bersama-sama membantu mempertahankan tradisi pesantren ala Mbah Mangli.

Sebagai penerus Pesantren Mangli, Gus Munir bertekad tetap mempertahankan apa yang sudah dirintis dan menjadi kebijakan almarhum. Gus Munir secara rutin menggelar pengajian selapanan di berbagai daerah seperti pada hari Minggu di halaman pondok, Kamis Wage di Desa Mejing (Candi Mulyo), dan lainnya.

Meski tidak sebanyak semasa Mbah Mangli, warga yang datang mengaji tetap membeludak. Ia juga dengan tegas mempertahankan berbagai kebijakan almarhum. Ia, misalnya, tidak berkenan menggunakan pengeras suara saat pengajian dan khotbah Jumat.

Mimbar tempat Gus Munir berkhotbah juga ditutup dengan tirai hijau sehingga warga tidak bisa langsung melihatnya. Hanya sosok bayangan yang tampak akibat pantulan sinar matahari yang menerobos di sela fentilasi.

Untuk para santri, ia melarang keras menggunakan handphone (hp) dan menonton televisi. Alasannya, pada zaman Nabi Muhammad SAW juga tidak digunakan hp, pengeras suara ataupun televisi. Kebijakan ini bukan berarti menolak modernitas, namun lebih dimaksudkan agar para santri fokus pada dua hal yakni mengaji dan beribadah.

”Tiyang mriki kagem ngalap barokah, mboten sanese. Mriki ngeten niku kawit rumiyen (orang belajar ke sini untuk mencari berkah, tidak yang lain. Ini sudah kebijakan pondok sejak dulu),” ungkap Gus Munir yang menerima Suara Merdeka dengan ramah.

Atas alasan religi pula, sosok kiai kharismatik ini juga menolak untuk difoto dan diwawancarai. Ia ingin menjaga marwah pondok dengan cara mereka sendiri. Ia meyakini bahwa ada banyak cara untuk meraih ridha Allah SWT, ada banyak jalan menuju surga.

Karena itu, ia mempersilakan lembaga pendidikan agama lain untuk membuat nama yang bagus dan mempublikasikannya ke masyarakat.

”Kathah mergi, mangkeh wonten akhirat bakale nggih kepanggih. Mboten napa-napa,” tolak dia halus sambil menutup pintu gerbang pondok.

”Gus Munir memang sangat menjaga dan berhati-hati dalam segala hal. Ia kiai yang alim dan bijaksana,” kata Paidi (70) salah satu sesepuh Dusun Mangli.

http://biografiulamahabaib.blogspot.com/

Wednesday, October 2, 2013

Kisah Dua Orang Saleh dan Seguci Emas

Alkisah, di masa lalu sebelum era keislaman, hidup dua orang saleh yang sangat wara. Mereka sangat jujur, amanah dan tak mudah terperdaya oleh harta dunia. Keduanya pun kamudian dipertemukan dalam sebuah mumalah.

Suatu hari, dua pria saleh itu bertransaksi jual beli tanah. Seorang membeli sebidang lahan dari seorang lain. Kesepakatan terjalin, keduanya pun bertransaksi kemudian berpisah.

Beberapa hari berikutnya, pria yang membeli tanah mendatangi si penjual. Bukan untuk komplain tentang tanah yang ia beli, melainkan ia ingin memberikan seguci emas. Ada apa gerangan? Bukankah dia sudah membayar tunai tanah sesuai perjanjian jual beli.

Ternyata si pembeli telah menemukan seguci emas itu terpendam di bahwa tanah yang ia beli. Saat menggalinya, emas-emas itu ditemukan. Ia pun bermaksud mengembalikan emas itu karena dipikirnya, emas itu merupakan harta si pemilik tanah yang lupa tak diambil ketika menjual tanah.

“Ambillah emasmu, aku hanyalah membeli tanah darimu, bukan membeli emas,” ujar si pembeli kepada si pemilik tanah.

Namun ternyata seguci emas itu bukan milik si penjual. Ia hanyalah pemilik tanah itu, bukan beserta emas didalamnya. Ia pun baru tahu bahwa di bawah lahannya terpendam harta yang jumlahnya banyak itu.

Seperti halnya kejujuran si pembeli menemukan harta terpendam, si pemilik tanah pun berkata jujur bahwa dia bukan pemilik emas itu. Ia pun menyerahkan kembali emas itu pada si pembeli.

“Aku menjual tanah kepadamu beserta isinya,” ujar si pemilik tanah.

Inilah sikap orang saleh, mereka bukan berebut harta seperti kebanyakan orang. Keduanya justru saling menyerahkan harta itu karena takut harta itu bukanlah hak mereka. Kebingunan pun melanda mereka. Akhirnya, keduanya menemui seorang qadhi (hakim) untuk memutuskan perihal seguci emas itu.

Mendengar kisah keduanya, qadhi pun kebingungan. Namun ia takjud pada kedua orang saleh yang sama-sama berakhlak mulia. Qadhi pun seorang yang bijak, ia tidak mungkin sembrono memutuskan sesuatu. Ia kemudian berfikir keras untuk memecahkan masalah keduanya seadil-adilnya.

Sang qadhi pun kemudian menemukan sebuah solusi yang akan menyenangkan kedua pihak. Ia pun bertanya pada dua pria saleh itu, “Apakah kalian berdua memiliki anak?” tanyanya.

Seorang berkata, “Saya memiliki seorang anak laki-laki,” ujarnya. Sementara seorang yang lain berkata, “Saya memiliki seorang anak perempuan,” tuturnya. Maka diputuskanlah perkara yang sangat agung.

Qadhi berkata, “Nikahkanlah anak-anak kalian itu, dan berilah mereka kecukupan dengan seguci emas ini. Bersedekahlah kalian dengan harta ini,” putus qadhi.

Giranglah keduanya dengan putusan tersebut. Kedua orang saleh itu sangat gembira akan menjadi besan. Maka dilangsungkanlah pernikahan putra-putri dari bapak-bapak yang shalih. Anak-anak mereka pun pasangan yang pas, saleh dan salehah. Pasangan itu membangun rumah tangga dengan harta seguci emas itu. Kedua pria shaleh itu pun gembira.

Kisah tersebut kurang lebih diambil berdasarkan dari kabar Rasulullah melalui haditsnya. Hadis tersebut diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah. Derajat hadits pun shahih, kisah tersebut benar adanya pernah terjadi di masa lampau dengan Rasulullah sebagai pembawa kabar.

Dua pria shalih telah menjadi teladan bagaimana muslimin bersikap wara. Mereka bersikap sangat hati-hati pada hal yang belum jelas halal dan haramnya. Tak jelas bagi mereka kehalalan seguci emas itu bagi mereka meski harta itu sangat menggiurkan. Mereka pun meninggalkan syubhat harta itu.

Dalam hadis arbain disebutkan, dari Nu’man bin Basyir, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, di antara keduanya terdapat perkara yang samar (syubhat) tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menghindari syubuhat maka ia membersihkan Dien dan kehormatannya. Barangiapa yang terjatuh ke dalam syubhat  berarti dia jatuh ke dalam perkara yang haram…,” hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
 
Oleh Afriza Hanifa