Monday, May 10, 2010

Ayah.., Ibu..., Ananda Mengikutimu Loh!

Apakah pernah kita melihat seorang anak kecil menyanyikan lagu dewasa (kayaknya sering deh)? Apakah pernah kita melihat kisah seorang anak kecil merokok? Apakah pernah kita melihat seorang anak kecil memaki dan berkata kasar pada orang lain? Apakah pernah kita melihat anak kecil meminta-minta dijalan (padahal langkah mungilnya tak sebanding dengan laju kendaraan yang tak pernah sepi) dan apakah pernah kita melihat seorang anak kecil yang sedang marah membanting pintu kamarnya keras keras? Rasa rasanya semuanya pernah kita lihat, baik melihat langsung ataupun melalui televisi. Fenomena apa ini? atau apa yang sebenarnya menyebabkan mereka "pandai" melakukan perbuatan yang "sangat tidak menyenangkan" itu?

Anak adalah peniru yang baik! begitu kata salah seorang bijak, dan hei itu benar. Tanpa sadar terkadang kita mengajarkan hal-hal buruk pada anak. Ketika dia meminta perhatian kita lalu tidak segera direspon, kita mulai mengajarkan sikap acuh padanya. Ketika seorang Ibu tengah memarahi khadimat (pembantu) di depan anaknya karena kelalaian khadimat itu dalam mengerjakan tugasnya, anak diajarkan memaki pada orang lain, arogan dan sadis. Ketika seorang bapak terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan melupakan anaknya, anak mulai belajar tak membutuhkan bapaknya, jadi jangan heran ketika besar nanti dan kita sedang ingin ditemani anak kita, dia akan sibuk dengan teman-temannya.

Tak hanya melihat contoh langsung anak bisa meniru, duhai ibu, duhai ayah, anak juga bisa meniru dari televisi. Membiarkan anak sendirian menonton siaran televisi adalah suatu kesalahan. Kita tidak tahu apa yang telah dia serap, apalagi di masa golden age-nya, masa usia emasnya antara 0-3 tahun ada juga yang bilang 0-8 tahun, masa-masa di mana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemudian hari. Siaran televisi terkadang mengajarkan kekerasan, sinetron mengajarkan makian dan dendam.

Duhai ibu, kesalahan terbesar kita apabila kita tidak bisa memaksimalkan pendidikan yang terbaik untuknya, Ibu adalah madrasah bagi anaknya, pendidikan tak perlu mahal, dengan menemaninya bermain dengan permainan yang tepat insyaAllah kita akan ikut andil melahirkan asset termahal kita.

Anak adalah peniru yang baik, sebagai orangtua sepatutnya menstimulasi mereka dengan menjadi teladan yang baik. Jika orangtua senang membaca, kemungkinan besar anak pun demikian.

Mari kita didik anak anak kita dengan sebaik-baiknya. Pertama mendidik anak dengan IMAN, untuk menghindari kesia-siaan. Kedua mendidik anak dengan ILMU, untuk menghindari kesalahan, dan ketiga mendidik anak dengan CINTA, untuk mendatangkan kebahagiaan.

Karena anak begitu berharga, amanah yang diberikan oleh Allah pada orang-orang pilihan, merekalah yang kelak akan meringankan dosa dosa kita dengan do’a-do’a yang tak putus dilantunkan, karena malaikat tidak akan pernah bertanya, anak kita sudah bekerja dimana, penghasilannya berapa, prestasi dunianya apa.

Marilah kita belajar dari akhlak Rasulullah terhadap anak kecil. Sejak kecil, Anas ra menjadi khadimat Rasulullah SAW. Hadits ini menggambarkan indahnya akhlak Rasulullah SAW terhadap seorang anak-anak yang bernama Anas ra.

Dari Anas r.a., “Aku telah melayani Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan kepadaku, tidak pernah menanyakan : ‘Mengapa engkau lakukan?’ dan pula tidak pernah mengatakan: ‘Mengapa tidak engkau lakukan?’”(Hadits Riwayat Bukhari)

Bolehlah sejenak kita resapi kata kata seorang bijak ini:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
***

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim (66): 6)

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.

Oleh Fatimah Ali Salsabila
http://www.eramuslim.com/oase-iman/fatimah-ali-salsabila-ayah-ibu-ananda-mengikutimu-loch.htm