Showing posts with label Inspiring Story. Show all posts
Showing posts with label Inspiring Story. Show all posts

Thursday, October 24, 2013

Sara Bokker Peluk Islam Karena Peristiwa Pemboman 9/11

SEJAK kecil, tak ada yang lebih diinginkan oleh Sara Bokker selain tinggal di Florida. Di Amerika, Florida adalah negeri yang penuh kemewahan. Dan Sara cinta kemewahan, bahkan ketika usianya masih sangat belia.

Seperti gadis-gadis remaja Barat lainnya, Sara hanya memfokuskan hidupnya pada daya tarik serta cara berpenampilan dan seberapa banyak perhatian yang bisa ia dapatkan dari orang lain.

Usia 20 tahun, Sara berhasil meraih impiannya menjadi seorang model dan hingga menjadi seorang personal trainer. Ia tinggal di apartemen kelas atas, dan tiap akhir pekan berjemur di sepanjang Pantai Miami yang eksotis.  Itu adalah kehidupan yang ia impikan.

Namun, lama kelamaan, kehampaan makin besar dalam dirinya. Sara mulai menimbang bahwa ukuran kepuasan dan kebahagian yang diterimanya  terletak pada semakin tingginya ia ‘menjual’ daya tariknya sebagai wanita. “Aku merasa aku adalah budak mode. Aku adalah seorang ‘sandera’ bagi penampilanku sendiri,” katanya.

Sara mulai berpikir. Ia sedikit demi sedikit kemudian meninggalkan dunia glamor, meninggalkan alcohol, tak lagi ikut pesta dugem semalam suntuk, dan mengalihkan diri pada meditasi. “Tapi itu,” paparnya, “hanya sebatas ‘pembunuh rasa sakit’ atau pelarian diri dan bukan obat yang sesungguhnya.”

Di tengah kebingunannya akan kehidupannya sendiri, meledaklah peristiwa 11 September 2001. Islam tiba-tiba mendapat perhatian lebih dari Sara karena dijadikan kambing hitam dan dicap teroris. Tapi itulah awal perkenalannya dengan agama ini.

Suatu hari, secara iseng ia membuka kitab Al Qur’an. Ia terhenyak. Aku menemukan Al-Quran sangat menghujam dalam sanubari, bahkan untuk memahaminya kita tak perlu interpreter atau pendeta,” tutur Sara.

Sejak saat itu, ia belajar Islam. Ia membeli buku-buku Islam dan membacanya di internet. “Hingga satu hari aku membeli gaun panjang yang cantik dan penutup kepala menyerupai busana wanita Muslim dan aku kemudian berjalan menyusuri jalan yang sama dan lingkungan yang sama di mana beberapa hari sebelumnya aku berjalan dengan memakai celana pendek, bikini, atau pakaian selayaknya mode atau fashion Barat,” kenangnya.

Dan itulah pertama kalinya ia merasakan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya. “Bila sebelumnya orang melihatku dengan pandangan bernafsu, tapi dengan pakaian ini aku tak menemukan hal itu,” ujar Sara. Sara merasa tiba-tiba saja beban berat di pundaknya telah hilang.

Ia segera memutuskan masuk islam. Di Miami, ia bersyahadat.

Mau tak mau Sara teringat bagaimana ia menjalani masa lalunya. “Bikini yang dulu merupakan lambang kebebasanku, justru menjauhkan aku dari nilai-nilai agama dan kedudukan sebagai manusia terhormat,” tandasnya. “Tiada ada yang lebih menggembirakanku selain dari menanggalkan bikiniku di pantai. Melepaskan diri dari gaya hidup Barat yang gemerlapan,dan kemudian hidup damai bersama Allah SWT, serta hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai pribadi yang memiliki nilai dan berguna bagi mereka.” [islampos/tellmeaboutislam]
 
Oleh Saad Saefullah
http://www.islampos.com/sara-bokker-peluk-islam-karena-peristiwa-pemboman-911-83943/

Monday, October 21, 2013

19 Pertanyaan Ini Membuat Pendeta dan Jemaatnya Masuk Islam di Gereja

Pagi itu, sang pendeta telah berdiri untuk memberikan khotbah. Namun, melihat ada seorang pemuda yang memiliki tanda khusus hadir di gerejanya, sang pendeta menahan khotbahnya.

“Aku tidak akan memberikan khotbah kepada kalian, karena di antara kalian ada umatnya Muhammad,” kalimat pertama pendeta itu bagaikan petir di siang bolong. Sebagian jemaat gereja melihat kanan dan kiri, siapa orang yang dimaksud pendeta.

“Bagaimana pendeta mengetahuinya?” tanya seorang jema’at.
“Karena umat Muhammad memiliki tanda khusus di jidatnya, yakni bekas sujud”

Sang pemuda yang dimaksud kemudian berdiri hendak pergi. Namun, tantangan sang pendeta membuat langkahnya terhenti. “Wahai orang muslim, aku akan bertanya kepadamu. Jika kamu bisa menjawab pertanyaanku maka aku akan masuk Islam;

Pertanyaan pertama: Siapakah yang satu dan tidak ada duanya?

Pertanyaan kedua: Apa sesuatu yang dua dan tidak ada ketiganya?

Pertanyaan ketiga: Apa sesuatu yang tiga dan tidak ada keempatnya?

Pertanyaan keempat: Apa sesuatu yang empat dan tidak ada kelimanya?

Pertanyaan kelima: Apa sesuatu yang lima dan tidak ada keenamnya?

Pertanyaan keenam: Apa sesuatu yang enam dan tidak ada ketujuhnya?

Pertanyaan ketujuh: Apa sesuatu yang tujuh dan tidak ada kedelapannya?

Pertanyaan kedelapan: Apa sesuatu yang delapan dan tidak ada kesembilannya?

Pertanyaan kesembilan: Apa sesuatu yang sembilan dan tidak ada kesepuluhnya?

Pertanyaan kesepuluh: Apa sesuatu yang sepuluh dan tidak ada kesebelasnya?

Pertanyaan kesebelas: Apa sesuatu yang sebelas dan tidak ada kedua belasnya?

Pertanyaan kedua belas: Apa sesuatu yang dua belas dan tidak ada ketiga belasnya?

Pertanyaan ketiga belas: Apa sesuatu yang tiga belas dan tidak ada keempat belasnya?

Pertanyaan keempat belas: Siapakah makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah mencelanya?

Pertanyaan kelima belas: Siapakah makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah menganggapnya besar?

Pertanyaan keenam belas: Apa sesuatu yang bisa bernafas padahal tidak memiliki ruh?

Pertanyaan ketujuh belas: Siapakah orang yang dapat berjalan di dalam kuburnya?

Pertanyaan kedelapan belas: Pohon apakah yang terdiri dari 12 dahan, setiap dahannya terdiri dari 30 daun, dan setiap daunnya terdiri dari lima buah?

Pertanyaan kesembilan belas: Apa kunci surga?”

Pemuda yang di malam harinya bermimpi didatangi seseorang yang menyuruhnya pergi ke gereja untuk membela Nabi itu kemudian menjawab pertanyaan sang pendeta.

“Jawaban pertanyaan pertama: Dzat yang satu dan tidak ada duanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jwaban pertanyaan kedua: sesuatu yang dua dan tidak ada ketiganya adalah siang dan malam, sebagaimana firman Allah ‘Kami menjadikan siang dan malam sebagai dua tanda’ (QS. Al Isra’ : 12)

Jawaban pertanyaan ketiga: sesuatu yang tiga dan tidak ada keempatnya adalah pertanyaan Nabi Musa kepada tukang sayur.

Jawaban pertanyaan keempat: sesuatu yang empat dan tidak ada kelimanya adalah kitab samawi. Yakni Zabur, Taurat, Injil dan Al Qur’an.

Jawaban pertanyaan kelima: sesuatu yang lima dan tidak ada keenamnya adalah shalat lima waktu.

Jawaban pertanyaan keenam: sesuatu yang enam dan tidak ada ketujuhnya adalah masa Allah menciptakan langit dan bumi. Sebagaimana firmanNya: ‘Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan’ (QS. Qaf : 38)”

Tiba-tiba sang pendeta menyela, “Mengapa Tuhanmu berkata ‘dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan’?”

“Karena orang Yahudi berkeyanikan bahwa Allah menciptakan langit, bumi dan isinya selama enam hari. Kemudian Allah kelelahan dan beristirahat di hari yang ketujuh. Oleh karena itu Allah berfirman ‘dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan’

Jawaban pertanyaan ketujuh: sesuatu yang tujuh dan tidak ada kedelapannya adalah langit. ‘Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah menciptakan tujuh langit yang bertingkat-tingkat? (QS. Nuh : 15)

Jawaban pertanyaan kedelapan: sesuatu yang delapan dan tidak ada kesembilannya adalah mereka yang memikul arsy. Sebagaimana firman Allah, ‘Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arsy Tuhanmu di atas kepala mereka’ (QS. Al Haqqah : 17)

Jawaban pertanyaan kesembilan: sesuatu yang sembilan dan tidak ada kesepuluhnya adalah mukjizat Nabi Musa. Sebagaimana firman Allah ’Dan sesungguhnya Kami telah memberikan sembilan mukjizat yang nyata kepada Musa’ (QS. Al Isra’ : 101)

Jawaban pertanyaan kesepuluh: sesuatu yang sepuluh dan tidak ada kesebelasnya adalah pahala orang yang melakukan kebaikan. Dia akan mendapatkan sepuluh kebaikan.

Jawaban kesebelas: sesuatu yang sebelas dan tidak ada kedua belasnya adalah saudara-saudara Nabi Musa.

Jawaban pertanyaan kedua belas: sesuatu yang dua belas dan tidak ada ketiga belasnya adalah terpecahnya batu.

Jawaban pertanyaan ketiga belas: sesuatu yang tiga belas dan tidak ada keempat belasnya adalah saudara-saudara Nabi Yusuf dan kedua orang tuanya.

Jawaban pertanyaan keempat belas: makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah mencelanya adalah suara keledai. ’Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai’ (QS. Luqman : 19)

Jawaban pertanyaan kelima belas: makhluk yang diciptakan Allah, tetapi Allah menyebutnya besar adalah tipu daya wanita. ‘Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar’ (QS. Yusuf : 28)

Jawaban pertanyaan keenam belas: sesuatu yang bisa bernafas padahal tidak memiliki ruh adalah waktu Subuh. ’Dan demi Subuh apabila fajarnya mulai bernafas’ (QS. At Takwir : 18)

Jawaban pertanyaan ketujuh belas: orang yang dapat berjalan di dalam kuburnya adalah Nabi Yunus ketika berada di dalam perut ikan.

Jawaban pertanyaan kedelapan belas: Pohon yang terdiri dari 12 dahan, setiap dahannya terdiri dari 30 daun, dan setiap daunnya terdiri dari lima buah adalah tahun. Setahun ada 12 bulan. Sebulan ada 30 hari. Sehari ada lima waktu shalat.

Jawaban pertanyaan kesembilan belas: kunci surga adalah Laa ilaaha illallah, Muhammad rasulullah.

Mendengar jawaban ini, sang pendeta kemudian masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Kemudian para jemaatnya juga masuk Islam di hari itu juga, di gereja yang sama. Dan nama pemuda yang menjadi perantara keislaman mereka adalah Abu Yazid Bastami. [Sumber: Qashashush Shaalihiin, karya Guru Besar Universitas Al Azhar Dr Mustafa Murad]

http://www.bersamadakwah.com/2013/10/19-pertanyaan-ini-membuat-pendeta-dan.html

Kisah Wanita Cantik yang Membuat Kagum Para Ulama

Ketika menelusuri sebuah jalan di kota Bashrah, Al Atabi melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang bersendau gurau dengan seorang lelaki tua buruk rupa. Setiap kali wanita itu berbisik, laki-laki tersebut pun tertawa.

Al Atabi yang penasaran kemudian memberanikan diri bertanya kepada wanita itu. “Siapa laki-laki tersebut?”

 “Dia suamiku”

“Kamu ini cantik dan menawan, bagaimana kamu dapat bersabar dengan suami yang jelek seperti itu? Sungguh, ini adalah sesuatu yang mengherankan” Al Atabi meneruskan pertanyannya.
“Barangkali karena mendapatkan wanita sepertiku, maka ia bersyukur. Dan aku mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar. Bukankah orang yang sabar dan syukur adalah termasuk penghuni surga? Tidak pantaskah aku bersyukur kepada Allah atas karunia ini?”

Al Atabi kemudian meninggalkan wanita itu disertai kekaguman. Ulama Al Azhar, Dr Mustafa Murad, juga kagum dengan wanita itu sehingga memasukkan kisah ini dalam bukunya Qashashush Shaalihiin. Kedua ulama tersebut tidaklah kagum kepada wanita itu karena kecantikannya. Mereka kagum karena agamanya.

Dan benarlah pesan Rasulullah: “Wanita itu dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wanita yang baik agamanya, ketika ia kaya, ia tidak sombong. Ia justru dermawan, suka berinfaq dan mendukung perjuangan dakwah suami dengan hartanya.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia memiliki kedudukan tinggi dan nasab yang mulia, ia tidak menghina orang lain. Ia justru menjadi wanita yang mulia dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia cantik, ia tidak membuat suaminya resah. Ia justru menjadi penghibur hati dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta. Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

http://www.bersamadakwah.com/2013/10/kisah-wanita-cantik-yang-membuat-kagum.html

Wednesday, October 2, 2013

Kisah Dua Orang Saleh dan Seguci Emas

Alkisah, di masa lalu sebelum era keislaman, hidup dua orang saleh yang sangat wara. Mereka sangat jujur, amanah dan tak mudah terperdaya oleh harta dunia. Keduanya pun kamudian dipertemukan dalam sebuah mumalah.

Suatu hari, dua pria saleh itu bertransaksi jual beli tanah. Seorang membeli sebidang lahan dari seorang lain. Kesepakatan terjalin, keduanya pun bertransaksi kemudian berpisah.

Beberapa hari berikutnya, pria yang membeli tanah mendatangi si penjual. Bukan untuk komplain tentang tanah yang ia beli, melainkan ia ingin memberikan seguci emas. Ada apa gerangan? Bukankah dia sudah membayar tunai tanah sesuai perjanjian jual beli.

Ternyata si pembeli telah menemukan seguci emas itu terpendam di bahwa tanah yang ia beli. Saat menggalinya, emas-emas itu ditemukan. Ia pun bermaksud mengembalikan emas itu karena dipikirnya, emas itu merupakan harta si pemilik tanah yang lupa tak diambil ketika menjual tanah.

“Ambillah emasmu, aku hanyalah membeli tanah darimu, bukan membeli emas,” ujar si pembeli kepada si pemilik tanah.

Namun ternyata seguci emas itu bukan milik si penjual. Ia hanyalah pemilik tanah itu, bukan beserta emas didalamnya. Ia pun baru tahu bahwa di bawah lahannya terpendam harta yang jumlahnya banyak itu.

Seperti halnya kejujuran si pembeli menemukan harta terpendam, si pemilik tanah pun berkata jujur bahwa dia bukan pemilik emas itu. Ia pun menyerahkan kembali emas itu pada si pembeli.

“Aku menjual tanah kepadamu beserta isinya,” ujar si pemilik tanah.

Inilah sikap orang saleh, mereka bukan berebut harta seperti kebanyakan orang. Keduanya justru saling menyerahkan harta itu karena takut harta itu bukanlah hak mereka. Kebingunan pun melanda mereka. Akhirnya, keduanya menemui seorang qadhi (hakim) untuk memutuskan perihal seguci emas itu.

Mendengar kisah keduanya, qadhi pun kebingungan. Namun ia takjud pada kedua orang saleh yang sama-sama berakhlak mulia. Qadhi pun seorang yang bijak, ia tidak mungkin sembrono memutuskan sesuatu. Ia kemudian berfikir keras untuk memecahkan masalah keduanya seadil-adilnya.

Sang qadhi pun kemudian menemukan sebuah solusi yang akan menyenangkan kedua pihak. Ia pun bertanya pada dua pria saleh itu, “Apakah kalian berdua memiliki anak?” tanyanya.

Seorang berkata, “Saya memiliki seorang anak laki-laki,” ujarnya. Sementara seorang yang lain berkata, “Saya memiliki seorang anak perempuan,” tuturnya. Maka diputuskanlah perkara yang sangat agung.

Qadhi berkata, “Nikahkanlah anak-anak kalian itu, dan berilah mereka kecukupan dengan seguci emas ini. Bersedekahlah kalian dengan harta ini,” putus qadhi.

Giranglah keduanya dengan putusan tersebut. Kedua orang saleh itu sangat gembira akan menjadi besan. Maka dilangsungkanlah pernikahan putra-putri dari bapak-bapak yang shalih. Anak-anak mereka pun pasangan yang pas, saleh dan salehah. Pasangan itu membangun rumah tangga dengan harta seguci emas itu. Kedua pria shaleh itu pun gembira.

Kisah tersebut kurang lebih diambil berdasarkan dari kabar Rasulullah melalui haditsnya. Hadis tersebut diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah. Derajat hadits pun shahih, kisah tersebut benar adanya pernah terjadi di masa lampau dengan Rasulullah sebagai pembawa kabar.

Dua pria shalih telah menjadi teladan bagaimana muslimin bersikap wara. Mereka bersikap sangat hati-hati pada hal yang belum jelas halal dan haramnya. Tak jelas bagi mereka kehalalan seguci emas itu bagi mereka meski harta itu sangat menggiurkan. Mereka pun meninggalkan syubhat harta itu.

Dalam hadis arbain disebutkan, dari Nu’man bin Basyir, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, di antara keduanya terdapat perkara yang samar (syubhat) tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menghindari syubuhat maka ia membersihkan Dien dan kehormatannya. Barangiapa yang terjatuh ke dalam syubhat  berarti dia jatuh ke dalam perkara yang haram…,” hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
 
Oleh Afriza Hanifa

Monday, September 30, 2013

Tawadhu Sahabat Nabi

"Dan rendahkanlah sayapmu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman." (QS. Asy-Syu’ara: 215)

Pembenahan akhlak merupakan misi kenabian dari Nabi Muhammad Saw., seperti deklarasinya pada salah satu haditsnya: Innama bu’isttu li utammima makarimal akhlaq (sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia). Untuk itu akan kita temukan kemuliaan akhlak itu pada berbagai cerita Nabi dan para sahabatnya. Seperti pada kisah berikut ini:
 
Pada suatu hari Abu Bakar RA dan Ali bin Abi Thalib RA pergi berkunjung ke rumah Rasulullah Saw… Setibanya di depan pintu rumah nabi, satu sama lain saling mendorong rekannya untuk masuk terlebih dahulu.

Abu Bakar: Kamu duluan, ya Ali!

Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakr, sedang Rasulullah sendiri pernah bersabda tentang mu: “Belum pernah matahari terbit atau terbenam atas seseorang sesudah para nabi, lebih utama dari Abu Bakar.”

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali, sedang Rasulullah juga pernah bersabda tentangmu: “Aku telah menikahkan wanita terbaik kepada lelaki terbaik, aku nikahkan putriku Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib.”

Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakar, sedang Nabi Saw pernah bersabda: “Kalau iman umat ini ditimbang dengan iman Abu Bakar, tentu akan berat timbangan iman Abu Bakar.”

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali, sedang Rasulullah Saw pernah bersabda tentangmu: “Dikumpulkan Ali bin Abi Thalib di Mahsyar pada hari Kiamat kelak dengan berkendaraan bersama Fatimah, Hasan dan Husain, lalu orang-orang bertanya-tanya, “Nabi siapa gerangan itu?” Lalu ada yang menjawab, “ia bukan nabi, tetapi Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.”

Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakar, sedang Rasulullah Saw pernah bersabda tentang engkau: “Kalau aku harus mempunyai kekasih selain dari Rabbku, tentu aku akan memilih Abu Bakar sebagai kekasihku.”

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali, sedang Rasulullah Saw pernah bersabda: “Pada hari kiamat aku bersama Ali, lalu Allah berfirman kepadaku: “Wahai kekasihku, aku telah pilihkan untukmu, Ibrahim al-Khalil sebagai ayah terbaikmu, dan Aku telah pilihkan untuk Ali sebagai saudara dan sahabat terbaikmu.”

Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakar, sedang Allah Ta’ala pernah berfirman tentangmu: “Dan orang yang datang membawa kebenaran dan orang yang membenarkannya, mereka itu adalah orang-orang yang bertaqwa (QS. Az-Zumar: 33)

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali sedang Allah Ta’ala juga telah mengisyaratkan mu dalam firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari kerelaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207)

Pada waktu keduanya sedang asyik memperbincangkan keutamaan sahabatnya, Jibril datang berkunjung kepada Rasulullah Saw, seraya berkata: “Ya Rasulullah, di luar sana ada Abu Bakar dan Ali hendak menemuimu. Pergilah, sambutlah keduanya!”

Maka Rasulullah Saw segera bangkit dari duduknya, menyambut mesra dan mempersilakan masuk kedua sahabatnya yang mulia. Beliau Saw menempatkan Abu Bakar di sebelah kanannya dan Ali di sebelah kirinya, seraya berkata kepada mereka, “Demikianlah kami kelak dibangkitkan di hari Kiamat.”

Akhlak mereka itu persis dengan ayat Allah yang berbunyi:
"Dan rendahkanlah sayapmu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman." (QS. Asy-Syu’ara: 215)

Rendahkanlah sayapmu ini berkonotasi agar Rasulullah Saw. rendah hati atau tawadhu bila berhadapan dan berinteraksi dengan para sahabatnya. Dan kerendahhatian Rasulullah Saw. ini ditiru oleh para sahabat kemudian, maka terbacalah oleh kita sekarang tentang sifat dasar pengikut Nabi Muhammad Saw. Dari kurun ke kurun, generasi ke generasi. Allah mengingatkan kita bahwa generasi pengganti yang akan berperan kemudian setelah habis masa peran orang-orang yang keluar dari ajaran-Nya, memiliki sifat tawadhu, lemah lembut seperti dalam firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan sebuah kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Maidah: 54)

Untuk itu, alangkah eloknya bila kita sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw. Yang tawadhu, berhias diri juga dengan sikap tawadhu, terutama dengan sesama umat Sayyidina Muhammad Saw. sehingga akan tampak pemandangan sosial yang indah di antara sesama muslim, saling menghargai, tidak saling merendahkan, saling menutupi, tidak saling menelanjangi, saling memuji, tidak saling mencela. Energi kita pun tidak digunakan untuk mencari cacat saudara, tetapi kita gunakan untuk mengerahkan potensi kita agar berdaya guna hidup di tengah-tengah masyarakat.
 
Namun perlu diingat, rendah hati ini jangan sampai masuk ke derajat rendah diri. Karena rendah hati akan berdampak positif, sementara rendah diri akan berdampak negatif. Rendah hati adalah sebuah keutamaan, sedangkan rendah diri adalah kehinaan. Rendah hati akan memacu jiwa pemiliknya untuk terus bertanding, sedangkan rendah diri akan meracuni pemiliknya untuk tidak ikut bertanding, mereka kalah sebelum berperang. Rendah hati adalah obat kesombongan, sedangkan rendah diri adalah penyakit, yang sementara ini menggerogoti jiwa umat Nabi Muhammad Saw.

Semoga saja kita termasuk orang yang rendah hati yang tidak rendah diri. Amin ya Rabbal ‘alamin.
 
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS. Al-Furqan: 63)
 

Friday, September 27, 2013

Samir Nasri: “Islam Agama Sempurna, Muslim Tidak Selalu Sempurna, Jangan Bingung.”

Gelandang Manchester City Samir Nasri memberikan petuah terkait agama yang dianutnya, Islam. Entah karena sering disudutkan lantaran menjadi seorang Muslim, Nasri tiba-tiba mengunggah foto terbaru lewat akun instagramnya, @sn8_official.

Mantan pemain Arsenal itu menyarankan agar setiap orang yang ingin menilai Islam untuk belajar langsung tentang Islam.
 
“If you want to learn about Islam, go study Islam, don’t study the Muslims! (Jika kalian ingin belajar tentang Islam, belajarlah tentang agama Islam, bukan belajar tentang penganut Islam,” demikian pesan dalam foto berlatar belakang ayat Al-quran yang diunggah Nasri.
 
Menurut punggawa Les Bleus itu, jika seseorang ingin belajar tentang Islam, jangan menilainya dari seorang Islam. Karena Islam adalah agama sempurna, dan Muslim tidak selalu sempurna. Karena itu, kalau ada seorang Muslim yang perilakunya kurang sesuai etika, bukan berarti ajaran Islam seperti itu.
 
“Islam is perfect, Muslims are not. Don’t get confused!/SN8 (Islam adalah agama sempurna, Muslim tidak selalu sempurna. Jangan bingung!”
 
Meski dikenal sebagai pemain bertemperamen, Nasri selama ini dikenal sebagai pribadi religius dengan selalu menghadirkan sentuhan Islam ketika bermain di lapangan. Misal, berdoa sebelum laga dimulai, mengucapkan takbir ketika klub nya juara Liga Primer Inggris musim 2011/2013, dan melakukan selebrasi dengan menunjukkan pesan Selamat Hari Raya Idul Fitri di balik seragam usai mencetak gol, meski konsekuensinya terkena kartu kuning. (epp/hzl/rol)
 
Redaktur: Saiful Bahri
http://www.dakwatuna.com/2013/06/06/34610/samir-nasri-islam-agama-sempurna-muslim-tidak-selalu-sempurna-jangan-bingung/

Friday, August 2, 2013

Ikrimah, Musuh Rasul yang Jadi Pahlawan Islam

Ikrimah berusia 30 tahun ketika Rasulullah mulai menyampaikan dakwah Islam secara terbuka. Ia adalah seorang bangsawan Quraisy yang dihormati, kaya, dan berasal dari keturunan ningrat.
 
Kalaulah tidak terhalang oleh sikap ayahnya yang sangat keras menentang Islam, mungkin Ikrimah telah masuk Islam lebih awal, sebagaimana putra-putra Makkah yang berpandangan luas dan maju, seperti Saad bin Abi Waqqash dan Mush’ab bin Umair.
 
Ikrimah dikenal sebagai pemuda Quraisy yang gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir. Ia memusuhi Rasulullah hanya karena didorong oleh sikap keras ayahnya yang sangat membenci Nabi.
 
Oleh sebab itu, Ikrimah turut memusuhi Rasulullah lebih keras lagi dan menganiaya para sahabat lebih kejam dan bengis, untuk menyenangkan hati ayahnya.
 
Sejak kematian ayahnya dalam Perang Badar, sikap dan pandangan Ikrimah terhadap kaum Muslimin berubah. Kalau dulu ia memusuhi kaum Muslimin lantaran untuk menyenangkan hati ayahnya, kini ia memusuhi kaum Muslimin karena dendam atas kematian ayahnya. Dendam itu ia lampiaskan dalam Perang Uhud.
 
Ketika Perang Khandaq meletus, kaum musyrikin Quraisy mengepung kota Madinah selama berhari-hari. Ikrimah bin Abu Jahal tak sabar dengan pengepungan yang membosankan itu.  Lalu, ia nekad menyerbu benteng kaum Muslimin. Usahanya sia-sia, bahkan merugikannya hingga ia lari terbirit-birit di bawah hujan panah kaum Muslimin.
 
Ketika Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), kaum Quraisy memutuskan tidak akan menghalangi Rasulullah dan kaum Muslimin masuk kota Makkah. Tapi Ikrimah dan beberapa orang pengikutnya tak mengindahkan keputusan itu.
 
Mereka menyerang pasukan besar kaum Muslimin. Namun, serangan itu dapat dipatahkan oleh Panglima Khalid bin Walid. Ikrimah melarikan diri ke Yaman lantaran takut dihukum mati oleh Rasulullah.
 
Ummu Hakim, istri Ikrimah, menemui Rasulullah untuk meminta ampunan. Rasulullah memenuhi permohonan itu. Maka Ummu Hakim pun berangkat menyusul Ikrimah.
 
Setelah bertemu dengan Ikrimah di tempat pengasingannya, Ummu Hakim membujuk suaminya agar mau kembali ke Makkah. Ummu Hakim juga mengabarkan bahwa Rasulullah telah mengampuni dan memaafkannya.
 
Ketika Ikrimah dan istrinya hampir tiba di kota Makkah, Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian sebagai Mukmin dan Muhajir. Karena itu, janganlah kalian memaki ayahnya. Sebab memaki orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang hidup. Padahal makian itu tidak terdengar oleh orang yang sudah meninggal."
 
Ketika Ikrimah dan istrinya memasuki majelis Rasulullah, beliau menyambutnya dengan gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah duduk pula di hadapan beliau dan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda keislamannya.
 
Setelah itu, Ikrimah memohon kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahannya yang telah lalu. Rasulullah pun memenuhi permintaan Ikrimah itu. Maka wajah Ikrimah pun berseri-seri. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, ya Rasulullah. Tak satu sen pun dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama Allah di masa lalu, melainkan mulai saat ini akan saya tebus dengan dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Dan tak seorang pun kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda, demi untuk menegakkan agama Allah."
 
Sejak itu, Ikrimah menggabungkan diri ke dalam barisan dakwah sebagai anggota pasukan berkuda yang cekatan dan gagah berani di medan perang. Disamping itu, Ikrimah juga menjadi seorang ahli ibadah dan pembaca Alquran yang tekun di masjid.
 
Ketika terjadi Perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Melihat tindakan nekat itu, Khalid bin Walid, yang menjadi panglima pasukan segera mengejar, "Ikrimah, kamu jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin."
 
Namun Ikrimah tidak mempedulikan peringatan tersebut. "Biarkan saja, ya Khalid. Biarkan aku menebus dosa-dosaku yang telah lalu. Aku telah memerangi Rasulullah di beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam, aku lari dari tentara Romawi ini? Tidak, sekalipun tidak!" Kemudian dia berteriak, "Siapakah yang berani mati bersamaku?"
 
Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah, kemudian menerjang ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, walau korban berjatuhan, mereka berhasil memukul mundur pasukan Romawi dengan kemenangan yang gemilang.
 
Di akhir pertempuran, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim yang terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah; Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.
 
Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. "Berikan dulu kepada Ikrimah," kata Al-Harits.
 
Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada Ayyasy!" ujarnya.
 
Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.

Panjang Tangan dan Sedekah

Dalam suatu riwayat Aisyah pernah berkisah, bahwa suatu waktu setelah wafatnya Nabi SAW, para istrinya berkumpul pada suatu rumah salah satu diantaranya. Lalu mereka mengukur tangan-tangan mereka di tembok untuk mencari tangan mana yang terpanjang. Aktivitas ini sering dilakukan mereka, sampai meninggalnya Zainab binti Jahsy.

Apa sebab hal ini dilakukan oleh para istri Nabi SAW? Ternyata, suatu waktu Rasulullah SAW pernah bersabda seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim,

"Bahwa yang paling cepat menyusul diriku dari kalian (istri-istriku) adalah yang paling pajang tangannya."

Yang paling cepat menyusul Rasulullah SAW adalah Zainab binti Jahsy. Sementara Zainab memiliki tangan yang pendek dan bukan yang terpanjang bila dibandingkan dengan istri Nabi SAW lainnya.

Mengapa Zainab? Menurut Aisyah dinukil dari hadits yang sama, karena Zainab bekerja dengan tangannya sendiri dan selalu bersedekah. Bahkan pada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh ath-Thbarani dalam al-Ausath disebutkan bahwa Zainab radhiallhu 'anha merajut pakaian kemudian memberikannya kepada pasukan Nabi SAW. Para pasukan Nabi SAW menjahit serta memanfaatkannya pada saat peperangan.

Akhirnya para istri Nabi SAW pun mengetahui maksud Nabi SAW mengenai apa yang disebutnya dengan "panjang tangan", yakni suka bersedekah. Dan Zainab-lah yang dimaksud dalam hadits tersebut.

Wallahu'alam.

Oleh Diyah Kusumawardhani,
dimuat dalam Majalah Sabili edisi 23 tahun XVIII Agustus 2011

Saturday, July 6, 2013

Meminta Akhirat

Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW melihat semangat dan kesungguhan Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami dalam membantu dan melayani keperluan beliau, Rasulullah bersabda, “Mintalah kepadaku wahai Rabi’ah! Niscaya aku akan memberimu.”

Mendengar tawaran itu, Rabi’ah lalu menjawab, “Aku akan berpikir dahulu wahai Rasulullah! Nanti aku akan memberitahukannya kepadamu.”

Maka, Rabi’ah pun berpikir apa yang hendak ia minta dari sang kekasih Allah tersebut. Sudah barang tentu semua yang dipinta dapat dipenuhi Rasulullah, baik itu urusan yang bersifat dunia maupun urusan akhirat kelak. Karena, Rasulullah sangat dimuliakan Allah SWT sehingga doa dan permintaannya akan dikabulkan.

Dalam benak Rabi’ah, jika ia meminta dunia, itu sungguh sesuatu yang hanya bersifat sementara. Semua yang ada di dalamnya fana dan pasti akan lenyap dalam sekejap mata.

Dan sesungguhnya selama hidup di dunia ini, Allah telah memberi rezeki yang cukup dan selalu mendatangi siapa pun hamba-Nya yang memerlukan.

Setelah merenung dan terus memikirkannya, Rabi’ah mencapai suatu tekad untuk meminta akhirat. Ia menemui Rasulullah untuk menyampaikan permintaannya. Tatkala Rasulullah didatangi Rabi’ah, beliau bertanya, ”Apakah yang telah kamu perbuat wahai Rabi’ah?”

Rabi’ah Menjawab, “Wahai Rasulullah, aku meminta kepadamu agar engkau sudi memberi syafaat kepadaku di sisi Rabbmu, agar Dia membebaskanku dari api neraka.” Mendengar permohonan Rabi’ah itu, Rasulullah kembali bertanya, “Siapakah kiranya yang telah menyuruhmu untuk meminta hal ini?”

Rabi’ah menjelaskan, tidak ada seorang pun yang menyuruhnya meminta demikian. Permintaan itu lahir setelah ia berpikir dan merenungi jika segala yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara.

Rabi’ah hanya meminta Rasulullah yang kedudukannya begitu mulia di sisi Allah, berkenan mendoakannya agar selamat di akhirat yang abadi.

Mendengar penjelasan Rabi’ah, Rasulullah berdiam sejenak lalu bersabda, “Aku akan memenuhi permintaanmu, bantulah aku atas dirimu dengan engkau banyak-banyak bersujud (banyak melaksanakan shalat).” (Sebagaimana diriwayatkan oleh sang pelaku sejarah Imam Ahmad bin Hanbal).

Subhanallah … itulah yang dipinta Rabi’ah ketika mendapat kesempatan emas. Seandainya ia meminta jabatan, harta, dan kesenangan dunia, pasti Rasulullah tetap berupaya memberikannnya.

Sebaliknya, kesempatan emas yang belum tentu didapatkan setiap manusia itu, Rabi’ah gunakan untuk mempersiapkan kehidupannya di akhirat.

Ia meminta agar selamat dari api neraka dan menikmati indahnya surga yang abadi. Demikianlah sekiranya kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah, jika ada tawaran dari pemimpin kita atau dari siapa pun yang itu bersifat duniawi bahkan penuh dengan konspirasi. Sepatutnya kita menolak tanpa ragu.

Sungguh, segala kenikmatan di dunia ini, sejatinya banyak berupa jebakan setan, yang dapat menjerumuskan umat manusia ke dalam neraka. Mari berhati-hati dan selalu meminta keselamatan akhirat yang abadi.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/06/25/moxuy3-meminta-akhirat

Tuesday, April 23, 2013

Melukai Ibumu, Murkalah Tuhanmu

Seorang ibu tua yang tinggal di kampung memiliki seorang anak pria yang hidup sukses di kota. Anak tersebut menikah dengan seorang wanita karier dan dikarunia seorang anak yang pintar. Merasa kesepian, sang ibu yang tinggal di kampung berkirim surat kepada anaknya bahwa dua minggu lagi ia akan pergi ke kota menjumpai anak cucunya dan tinggal di sana demi mengusir rasa sepi.

Saat menerima surat dari ibunya, sang anak berdiskusi dengan istrinya tentang bagaimana menyikapi kehadiran sang ibu di tengah mereka. Sang istri berkata, “Mas, engkau bekerja seharian penuh hingga larut malam, demikian pula aku. Aku akan merasa risih bila ibumu tinggal di rumah ini sebab ia akan mencibirku dan mengatakan bahwa aku adalah ibu yang tidak pandai mengurus anak sendiri.”
 
Sang istri melanjutkan, “Aku pun tak tega bila menyuruhmu untuk menaruh beliau di panti jompo. Nah, bagaimana kalau kita buatkan saja sebuah saung dari bambu di halaman belakang rumah. Lalu kita tempatkan ibumu di sana. Ia akan bebas melakukan apa saja. Sementara kita dengan kesibukan yang ada tidak akan pernah merasa terusik.”

Sang suami mengangguk tanda setuju atas usul istrinya. Maka dibuatkanlah sebuah saung bambu di belakang rumah untuk sang ibu. Begitu ibunya datang, anak dan menantu tersebut menerimanya dengan penuh kehangatan, namun sayang mereka menempatkan sang ibu di saung bambu di halaman belakang rumah.
 
Dan kami berwasiat kepada manusia tentang kedua orangtuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. (kami berwasiat kepadanya). ’bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu, karena hanya kepada-Ku-Lah kembalimu [ Qs. Lukman 31 : 14 )
 
Ibu yang datang ke kota demi mengusir kesepian di desa, malah merasa terisolasi di tengah anak cucunya sendiri.
“Ma, jangan lupa untuk mengirimkan makan tiga kali sehari untuk ibu ya!” Itulah kalimat yang diucapkan sang suami kepada istrinya setiap kali ia hendak berangkat bekerja. Sang istri pun lalu menyampaikan lagi pesan ini kepada pembantunya untuk melakukan hal yang diminta suaminya. Maka, tiga kali sehari makanan diantar oleh pembantu tersebut ke dalam saung.
 
Namun karena kesibukan mereka berdua, keduanya kerap lupa untuk mengingatkan pembantu tersebut untuk mengantarkan makanan kepada orangtuanya. Tadinya tiga kali sehari, terkadang hanya dua kali atau satu kali. Setelah berbulan-bulan tinggal di dalam saung, pesan untuk mengirimkan makanan sudah tidak mereka ingat lagi sehingga pembantunya pun ikut lalai mengirimkan padanya makanan.
 
Allah Swt sungguh murka terhadap anak yang melalaikan hidup orangtuanya!
Piring kotor masih teronggok di pinggir saung. Sudah lama tidak diambil oleh pembantu yang biasa mengantarnya. Karena cahaya yang redup di dalam saung, sang nenek tanpa sengaja menginjak piring itu hingga akhirnya pecah. Tidak ada lagi makanan yang dikirimkan oleh anaknya. Nenek itu lapar. Ia pun pergi ke warung untuk beli makanan untuk sekadar mengganjal rasa lapar. Makanan telah terbeli, lalu dengan apa ia harus meletakkan, sebab tiada lagi alas.
 
Lalu sang nenek pergi mencari alas untuk makanannya. Tiada yang ia temui selain sebuah batok kelapa. Ia cuci dan bersihkan batok tersebut. Usai dibersihkan, batok itu menjadi teman setia nenek untuk makan. Demikianlah kebiasaan makan yang dilakukan nenek, hingga suatu hari Allah berkenan untuk memberlakukan kehendaknya!!
 
Di suatu pagi, lepas dari pengawasan baby sitter, seorang bocah lelaki berusia sekitar lima tahun pergi ke halaman belakang. Sudah lama ia tidak bermain ke halaman tersebut. Bocah itu bengong, terperangah saat ia melihat ada sebuah saung bambu di sana. Anak itu pergi menghampiri. Ia dorong pintunya hingga terbuka. Anak tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia pun masuk ke dalamnya. “Eh… ada pangeran kecil rupanya!” suara nenek terdengar mengguratkan senyum di bibir.
 
“Nenek... siapa ya?” Tanya sang bocah polos.
“Aku ini adalah nenekmu. Ibu dari ayahmu!” Nenek itu mencoba menjelaskan.
Beberapa saat kemudian, keduanya sudah menjalin kehangatan. Kehangatan tali persaudaraan. Persaudaraan antara seorang nenek dengan cucunya, yang tidak bisa dipisahkan oleh jarak apa pun. Keduanya membaur tak ubahnya darah dan daging.
 
Sejak itu, sang bocah sering mengunjungi neneknya meski kedua orangtuanya tak tahu apa yang dilakukan anaknya selama ini. Ketika si bocah melihat sebuah benda aneh di pojok saung, ia bertanya, “Itu benda apa, Nek?” si cucu menunjuk ke sebuah benda dengan perasaan ingin tahu. Si nenek melempar pandangan ke arah yang ditunjuk cucunya. Ia tahu bahwa yang dimaksud cucunya adalah batok kelapa.
 
“Oh… itu piring nenek. Tempat makan nenek. Lucu ya…?!” Nenek menjawab dengan wajah tersenyum.
“Iya, Nek! Ini bagus sekali,” sambut sang cucu. Sang cucu merekam kejadian itu.
 
Dalam sebuah liburan akhir pekan, bocah ini diajak tamasya ke luar kota oleh papa dan mamanya. Mereka pergi membawa mobil ke tempat wisata. Sesampainya di sebuah taman wisata yang begitu rimbun, teduh dan indah, mereka pun berbagi tawa dan kebahagiaan. Mereka berlari, berkejaran, berjalan dan melompat. Hari itu penuh keceriaan bagi mereka bertiga.
 
“Haaaap!” sang papa melompat sambil berteriak. Diikuti suara dan lompatan yang sama dari sang mama. Rupanya keduanya telah melompat melintasi bibir selokan kecil di sana. “Ayo Nak… lompati selokan itu. Kamu pasti bisa!” Teriak keduanya berseru kepada anak mereka.
 
Sang anak berdiri terdiam di seberang. Ia melemparkan pandangan ke dalam selokan. Ia tak mau melompat, namun malah berujar, “Pa… Ma…, tolong ambilkan benda itu dong!” Papanya melihat ke arah benda yang ditunjuk anaknya, ia tahu benda yang dimaksud adalah ‘batok kelapa’ dalam selokan.
 
“Apa sih, Nak? Nggak usah diambil. Itu kotor!” kata Si papa. Sang mama menimpali dengan kalimat serupa.
Namun si anak tetap bersikeras, merengek dan mengancam bahwa dirinya tidak mau meneruskan tamasya bila mama atau papanya tidak mau mengambilkan benda tersebut.
 
Keduanya mengalah. Diangkatlah ‘batok kelapa’ yang telah baunya busuk dari selokan. Keduanya repot mencari keran air untuk mencucinya. Setelah agak bersih, batok itu pun diberikan kepada sang anak. Keduanya merasa heran melihat sang anak begitu hangat memeluk batok kelapa tersebut.
 
Dalam perjalanan kembali ke rumah. Ketiganya masih berada di dalam mobil. Tak sabar dan penuh rasa ingin tahu, sang mama bertanya kepada anaknya, “Mama jadi bingung sama kamu. Sebenarnya untuk apa sih batok kelapa itu, Nak.?!”
 
Si anak masih memeluk batok itu. Ia angkat kepalanya lalu berkata, “Aku mau kasih kejutan ke mama!”
Dengan kepolosannya ia melanjutkan, “Kalau sampai di rumah, benda ini akan aku cuci sampai bersih. Setelah itu akan aku beri bungkus yang rapih. Bila sudah rapi, aku akan berikan ini untuk mama sebagai alas untuk makan.”
 
“Untuk makan?!” Mama bertanya keheranan dengan rasa jijik. “Iya, untuk makan. Aku lihat nenek di saung belakang rumah, ia makan dengan ini. Papa dan Mama yang berikan itu untuk Nenek kan?!” Tanyanya polos.
 
Keduanya bergidik. Allah Swt sungguh telah menegur mereka berdua lewat lidah anak mereka sendiri. Selama ini, sungguh mereka telah menyia-nyiakan orangtua sendiri. Hingga harus makan dengan alas dari sesuatu yang menjijikkan bagi mereka, yaitu batok kelapa. Apakah Anda masih menyia-nyiakan hidup orangtua Anda?!
 

Monday, April 22, 2013

Empat Wasiat Ali Bin Abi Thalib

Ya Bunayya, ihfaż ‘anni arba’an wa arba’an la yadurruka ma ‘amilta ma’ahunna, aghna al-ghina al’aqlu, wa akbaru al-faqru al-hamqu, wa awhasyu al-wahsyati al-‘ajabu, wa akbaru al-hasabi husnu al-khuluqi

Sayyidina Ali bin Abi Tholib, sahabat sekaligus menantu Rasulullah saw mewasiatkan empat hal kepada putranya Hasan RA untuk senantiasa diingat dan dijadikan pegangan dalam kehidupannya.

Yang pertama adalah bahwa paling berharganya kekayaan adalah akal dan bukan harta benda ataupun yang lainnya. Karena dengan akal, manusia bisa mencapai apa yang menjadi keinginannya dan dengan akal pula manusia akan mendapatkan harta kekayaan atau bahkan kehormatan. Tanpa akal, manusia tidaklah berarti. Akal pulalah yang menjadi pembeda antara manusia dengan binatang.

Wasiat yang kedua disebutkan paling besarnya kefaqiran adalah kebodohan. Kebodohan bukan saja tidak adanya kecerdasan ataupun kepintaran dalam diri seseorang, akan tetapi orang yang tidak menggunakan akalnya dengan baik dan untuk hal yang baikpun merupakan sebuah kebodohan.
 
Kita tahu zaman jahiliyah dahulu kala, disebut jahiliyah bukan karena masyarakatnya yang bodoh akan tetapi lebih pada orang-orang yang tidak mau mengakui kebenaran Rasulullah padahal akal mereka membenarkannya. Jadi kebodohan itu merupakan kefaqiran yang paling akut. Seseorang yang “bodoh” tidak akan dianggap berharga dalam kehidupan sosialnya.

Wasiat yang ketiga adalah paling nistanya kesendirian yaitu kesombongan. Sifat sombong dan congkak tentunya tidak disukai oleh siapapun. Oleh karenanya seseorang dengan sifat sombong tidak akan disukai dan bahkan akan dijauhi oleh orang lain.
 
Hal ini dikarenakan orang sombong akan sulit untuk bisa menghargai orang lain. Dia hanya bisa melihat kelebihannya sendiri tanpa menyadari kekurangan yang ada pada dirinya, dan sebaliknya dia selalu melihat kekurangan orang lain, tanpa melihat kelebihannya.

Dan wasiat keempat yang disampaikan Sayyidina Ali kepada putranya adalah paling besarnya kemuliaan seseorang itu terletak pada keindahan budi pekertinya. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhori disebutkan bahwa Rasulullah saw diutus ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Ini membuktikan betapa penting dan mulianya orang yang berakhlak dan berbudi baik. Masih banyak orang yang meyakini bahwa kehormatan atau kemuliaan itu bisa didapat oleh sebab kekayaan, kecerdasan dan keturunan. Mereka tidak sadar jika kekayaan ataupun kecerdasan yang tidak diimbangi dengan akhlak yang baik bisa menjadi bumerang yang akan menjatuhkan mereka ke dalam kenistaan dan kehinaan.

Maka, jika kita bisa menjaga empat hal tersebut, insyaallah kehidupan kita akan aman dan tentram.

So, Jadilah orang yang cerdas (berakal), dan janganlah jadi orang yang bodoh. Akan tetapi, meskipun engkau dikaruniani Allah kecerdasan dan akal yang sempurna, janganlah menjadi orang yang sombong, tetapi tetaplah menjadi orang yang berbudi pekerti yang mulia.
 
Oleh Qibtiyah Mukti

Thursday, April 11, 2013

Gadis Muda yang Menjual Keperawanannya

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.

Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.

Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa. Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:

”Maaf, nona … Apakah anda sedang menunggu seseorang?”
 
”Tidak!” Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.

”Lantas untuk apa anda duduk di sini?”

”Apakah tidak boleh?” Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..

”Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.”

”Maksud, bapak?”

”Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini.”

”Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual.” Kata wanita itu dengan suara pelan.

”Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini?”

Petugas satpam memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.

”Ok lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti.”

”Saya ingin menjual diri saya,” kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam ke arah petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

”Mari ikut saya,” kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.

Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperatif karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu.

Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.

”Apakah anda serius?”

”Saya serius.” Jawab wanita itu tegas.

”Berapa tarif yang anda minta?”

”Setinggi-tingginya."

”Mengapa?” petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.

”Saya masih perawan...”

”Perawan?” Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya...

”Bagaimana saya tahu anda masih perawan?”
 
”Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan …”

”Kalau tidak terbukti? ”

”Tidak usah bayar …”

”Baiklah …” Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.

”Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda.”

”Cobalah.”

”Berapa tarif yang diminta?”

”Setinggi-tingginya.”

”Berapa?”
 
”Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa?”

”Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya.”

Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu. Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.

”Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?”

”Tidak adakah yang lebih tinggi?”

”Ini termasuk yang tertinggi,” Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
 
”Saya ingin yang lebih tinggi…”

”Baiklah. Tunggu disini …” Petugas satpam itu berlalu.

Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.

”Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana?”

”Tidak adakah yang lebih tinggi?”

”Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai keperawanan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh …”

”Saya ingin tawaran tertinggi …” jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.

”Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli.” kata petugas satpam itu dengan agak kesal.

Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.

”Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? ” Kata petugas satpam itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu …

”Berapa?” Tanya pria itu kepada Wanita itu.

”Setinggi-tingginya.” jawab wanita itu dengan tegas.

”Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? ” kata pria itu kepada sang petugas satpam.

”Rp. 6 juta, tuan...”

”Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam.”

Wanita itu terdiam. Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.

”Bagaimana?” tanya pria itu.

”Saya ingin lebih tinggi lagi …” kata wanita itu.

Petugas satpam itu tersenyum kecut.

”Bawa pergi wanita ini.” kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.

”Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual?”

”Tentu!”

”Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu …”

”Saya minta yang lebih tinggi lagi …”

Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.

”Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya.”

Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.

”Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah itu tidak cukup?” Terdengar suara pria itu berbicara. Wajah pria itu nampak masam seketika.

”Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?!”
 
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.

Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: ”Pak, apakah anda butuh wanita …?”
 
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.

”Ada wanita yang duduk di sana.” Petugas satpam itu menujuk ke arah wanita tadi.
 
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.

“Dia masih perawan..”

Pria itu mendekati petugas satpam itu. Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. ”Benarkah itu?”

”Benar, pak.”

”Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu …”

”Dengan senang hati. Tapi, pak …Wanita itu minta harga setinggi tingginya.”

”Saya tidak peduli …” Pria itu menjawab dengan tegas.

Pria itu menyalami hangat wanita itu.

”Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ….” Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.

”Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.

Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya. Di dalam kamar …

”Beritahu berapa harga yang kamu minta?”
 
”Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit.”

”Maksud kamu?”
 
”Saya ingin menjual satu-satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih ….”

”Hanya itu ...?”

”Ya …!”

Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah keperawanan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut ke mana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan di atas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.

”Siapa nama kamu?”

”Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar …” Kata wanita itu.

”Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar.”

”Kalau begitu, tidak ada kesepakatan!”

”Ada !” kata pria itu seketika.

”Sebutkan!”

”Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah … ” kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.

”Saya tidak mengerti …”

”Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar …”

”Dan, apakah bapak ikhlas…?”

”Apakah uang itu kurang?”

”Lebih dari cukup, pak …”

”Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal?”

”Silahkan …”

”Mengapa kamu begitu beraninya …”

”Siapa bilang saya berani. Saya takut pak … Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` … Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan …”

”Keyakinan apa?”

”Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita …” Wanita itu kemudian melangkah ke luar kamar.
 
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata: ”Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini …”

”Kesadaran… ”
 
***
 
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.

”Kamu sudah pulang, nak?”

”Ya, bu … ”
 
”Kemana saja kamu, nak … Huh”

”Menjual sesuatu, bu …”

”Apa yang kamu jual?” Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum …

Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan ….

”Kini saatnya ibu untuk berobat …”  Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: ” Tuhan telah membeli yang saya jual…”

Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi: ”Antar kami kerumah sakit…”

Sumber: yauhui dot net/dijual-keperawanan-siapa-yang-mau-beli/
http://mualafmualaf.blogspot.com/2011/06/gadis-muda-jual-perawan.html

Monday, April 8, 2013

Belasan Tahun Murtad, Al-Fatihah Menuntunnya Kembali ke Pelukan Islam

Dia pernah menjadi Muslim. Tapi, impian duniawi membawanya pada kesibukan dan kealpaan hingga melupakan Allah. Raya Shokatfard, wanita asal Iran itu melanglang ke negeri Paman Sam untuk memenuhi ”impian Amerika”-nya yang menggebu.
 
Namun, setelah kesuksesan diraih, hatinya terasa kosong. Ia pun kembali mencari eksistensi Tuhan. Tak langsung kembali kepada Islam, ia lebih dulu mempelajari agama Buddha, Hindu, lalu Kristen. Tapi, hasil kajiannya terhadap tiga agama itu justru mengantarnya kembali kepada Allah. Ia pun mendapatkan kembali hidayah keislaman yang pernah ia tinggalkan. Air mata menderas di pipi Raya saat mengisahkan perjalanan panjangnya itu.
 
Kisah pilu Raya bermula saat ia hijrah dari Iran ke Amerika pada 1968. Saat itu usianya masih sangat belia, 19 tahun. Tak hanya meninggalkan negaranya, Raya pun menanggalkan gaya hidupnya sebagai orang Iran, termasuk keislamannya. “Aku meninggalkan Iran, pindah ke AS. Aku tinggalkan pula Islam dan identitas sebagai Muslim,” kisahnya, seperti dikutip dari kanal milik Raya di Youtube.
 
Saat tinggal di AS, ia pun hidup seperti remaja AS pada umumnya: bersenang-senang dan diliputi kilau duniawi. Raya kemudian memulai ”impian Amerika”-nya dengan merintis bisnis di Manhattan, Kalifornia Selatan. Butuh beberapa tahun bagi Raya untuk mencapai impiannya menjadi kaya dan sukses. Wanita yang meraih gelar sarjana dari Southern Oregon University (SOU) itu berhasil menggapai mimpinya di usia yang terbilang amat muda. Berawal dari bisnis toko pakaian, ia meraih puncak kesuksesan saat beralih ke bisnis real estate. Ia menjadi maestro real estate di kawasan Pantai Manhattan. “Alhamdulillah, saya sangat sukses di bisnis real estate. Saya sangat beruntung,” ujarnya bersyukur.
 
Menjadi pebisnis sukses, mudah bagi Raya membeli segala kemewahan dunia. Ia punya mobil Rolls Royce dan tinggal di rumah megah di tepi pantai. Kebunnya amat luas dengan aneka ternak hidup di dalamnya. Jalan-jalan keliling dunia pun amat gampang dilakoninya. Namun, setelah gemerlap dunia ia dapatkan, Raya justru merasakan kekosongan jiwa. Alih-alih bahagia, ia merasa hatinya begitu hampa. “Saya mulai merasakan sesuatu yang hilang, terasa sangat kosong,” ujar Raya dengan mata sayu.
 
Kekosongan hati terus melandanya. Wanita bergelar master bidang jurnalisme dan komunikasi publik ini pun kemudian mencari tahu penyebab kekosongan hatinya. Ia mengikuti beragam workshop dan kuliah, tapi tak menjawab permasalahannya. Entah mengapa, kemudian tumbuh keinginannya untuk mencari eksistensi Tuhan. Maka itu, dimulailah perjalanannya mencari Tuhan.
 
Perjalanan itu ia awali dari agama Hindu. Ia amat tertarik dengan kedamaian dalam ajaran agama tersebut. Dia pun menjadi penganut Hindu. Merasa kurang puas, ia lalu mencari Tuhan di agama lain. Kali ini, pilihannya jatuh ke agama Buddha. Ia pun menjadi umat Buddha. Tak lama, ia keluar dari agama ini karena kembali gagal menemukan eksistensi Tuhan.
 
***
 
Raya lalu bergabung dengan gerakan New Age, sebuah gerakan yang mengajarkan kebebasan diri tanpa Tuhan. Gerakan yang pamornya amat mencorong di Amerika kala itu membawa Raya pada kehidupan yang bebas dan mandiri tanpa Tuhan. “Anda adalah master dalam kehidupan Anda, Anda memiliki takdir sendiri, Anda adalah Tuhan dalam kehidupan Anda, dan banyak elemen lain yang saya pelajari di sana. Tapi, kemudian saya berpikir, saya tak mampu menjadi master dalam perjalanan hidup saya. Saya tidak dapat membayangkan ke mana hidup saya akan pergi. Saya pun tak nyaman di sana,” demikian Raya berkisah.
 
Menjadi Kristiani
 
Dari New Age, Raya kemudian menjadi penganut Kristiani. Ia bertahan cukup lama sebagai seorang Kristen, yakni tujuh setengah tahun. Ia begitu tertarik dan terpesona dengan kebersamaan dan persaudaraan umat Kristiani yang kuat. Lalu, jadilah Raya penganut Kristen yang taat ke gereja, mempelajari Alkitab, bahkan mengajarkannya. Ia juga belajar teologi Kristen di sebuah universitas.
 
Tapi, lagi-lagi Raya merasa gelisah. Ia merasa belum menemukan Tuhan yang diinginkannya.
Nah, di titik inilah ia mulai tertarik kembali pada Islam. Sebelum memantapkan diri kembali ke pangkuan Islam, ia sempat pamit pada pastur yang selama ini membimbingnya dalam agama Kristen. Raya sangat gembira karena sang pastur amat terbuka dan membebaskannya memilih agama yang diyakini.
 
Selama 15 tahun, Raya jatuh bangun mencari eksistensi Tuhan. Beragam agama sudah ia anut. Namun, siapa sangka, ia justru kembali pada agama yang dianutnya saat masih tinggal di Iran, Islam.
Raya amat pilu saat mengenang perjalanannya hingga kembali kepada Allah. Linangan air mata membasahi pipinya karena menyesal pernah melupakan Allah. Ia merasa bodoh pernah melepaskan hidayah yang begitu nikmat, hidayah Islam. Namun, Allah begitu mencintai hamba-Nya sehingga Raya diberi kesempatan kedua untuk kembali mendapatkan hidayah itu.
 
***
 
Sungguh indah kisah kembalinya Raya ke pangkuan Islam. Ia hanya membaca Surah al-Fatihah saat pertama kali membuka Alquran setelah kemurtadannya selama belasan tahun. Hanya dengan tujuh ayat dalam surah pembuka Kitabullah, Raya sudah menyadari kesalahannya dan menyadari bahwa Allahlah satu-satunya Tuhan, tiada yang berhak disembah selain Allah.
 
Baru saja membaca Basmalah, Raya sudah merinding. Ayat pertama al-Fatihah membuatnya menyadari bahwa Allahlah Tuhan segala sesuatu, Tuhan semesta alam. Sedangkan, manusia hanyalah bagian kecil dari alam semesta itu. Membaca ayat kedua, air matanya tak kuasa lagi terbendung.
 
“Saya melupakan-Nya, tapi Dia tak pernah melupakan saya.” Ia sungguh merasa malu pada Allah.
Setiap ayat dalam al-Fatihah benar-benar meresap ke jiwa Raya. Saat tiba di ayat yang berbunyi, “Hanya kepada-Nya kami menyembah dan hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan,” hati Raya serasa tercambuk. Ia tak habis pikir mengapa bisa melupakan Allah dan justru mencari pertolongan kepada selain-Nya. “Saat membaca ayat ini, saya merasa sebuah batu besar dari langit jatuh dan memukul saya,” ujar Raya dengan air mata yang tak henti mengalir.
 
Ayat berikutnya hingga terakhir, benar-benar membuat Raya menemukan jalan kembali pada Islam. Jalan lurus yang disebut dalam al-Fatihah sangat diinginkan Raya. Ia pun merasa Allah telah menunjukkan “Sirath al-Mustaqim” tersebut kepadanya. “Terakhir, saya meminta padanya jalan yang lurus dan Dia membimbing saya pada jalan lurus tersebut,” pungkas Raya bersyukur.
 
Maka, kembalilah Raya pada agamanya, agama yang lurus yang diridhai Allah, yakni Islam. Saat ini, Raya berusia 62 tahun. Meski tak muda lagi, ia sangat aktif dalam menyebarkan ajaran Islam. Berbekal pendidikannya, ia pernah menjadi asisten editor di SOU untuk situs islam yang berbasis di Los Angeles.
 
Ia pun menjadi koresponden asing, penulis, editor dan produser film dokumenter untuk web onislam.net. Ia juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi dan konsultan untuk situs Reading Islam. Melalui jurnalistik, Raya aktif menyuarakan perdamaian dan hak asasi perempuan. (rol)
 
Oleh Afriza Hanifa
Redaktur: Saiful Bahri

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/04/30602/belasan-tahun-murtad-al-fatihah-menuntunnya-kembali-ke-pelukan-islam/#ixzz2PprM4LCj
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Thursday, April 4, 2013

Kisah Nyata Anak Durhaka kepada Orangtua di Negara Singapura

Sebuah Kisah Nyata dari Negeri tetangga Singapura beberapa dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura.

Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dinia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang Sarjana.

Kemudian setelah anak tunggalnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa apartemen nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunyai cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu mewariskankan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.

Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga, jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa akhirnya pada suatu hari mereka bertengkar hebat yang pada akhirnya, anaknya tega mengusir sang Ayah keluar dari apartment mereka yang ia warisi dari Ayahnya.

Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai sudah diberikan kepada anaknya, maka mulai hari itu dia menjadi pengemis di Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!

Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu danmenjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya. Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman-temannya yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi orang tersebut. Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal.

Di hadapan para sahabatnya, si ayah dengan menangis tersedu-sedu, menceritakan semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral itu.

Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee Kwan Yew Senior.

PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee dan PM Lee mengatakan "Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti kalian."

Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat warisan itu dibatalkan demi hukum! Dan surat warisan yang sudah baliknama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik yang sudah diwariskan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan sejal saat itu anak menantu itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.

Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan / Dekrit yaitu "Larangan kepada para orangtua untuk tidak mewariskan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal. Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia. Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja."

Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak. Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak-anak dan remaja di sana, bahwa pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dsbnya itu bukan pekerjaan hina, sehingga anak-anak tsb dari kecil diajarkan untuk tahu menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya.

Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.

Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu mengenang saat mereka masih balita, orangtua merekalah yang membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, juga yang memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya ketika mereka sakit.

Bagaimana dengan Indonesia?

Mohon share ini kepada teman-teman Anda agar menjadi pengingat kepada kita semua.


Sumber : http://anehcuy.blogspot.com/2012/12/kisah-nyata-anak-durhaka-dari-singapura.html#ixzz2PSMZv9uC