Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW melihat semangat dan kesungguhan Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami dalam membantu dan melayani keperluan beliau, Rasulullah bersabda, “Mintalah kepadaku wahai Rabi’ah! Niscaya aku akan memberimu.”
Mendengar tawaran itu, Rabi’ah lalu menjawab, “Aku akan berpikir dahulu wahai Rasulullah! Nanti aku akan memberitahukannya kepadamu.”
Maka, Rabi’ah pun berpikir apa yang hendak ia minta dari sang kekasih Allah tersebut. Sudah barang tentu semua yang dipinta dapat dipenuhi Rasulullah, baik itu urusan yang bersifat dunia maupun urusan akhirat kelak. Karena, Rasulullah sangat dimuliakan Allah SWT sehingga doa dan permintaannya akan dikabulkan.
Dalam benak Rabi’ah, jika ia meminta dunia, itu sungguh sesuatu yang hanya bersifat sementara. Semua yang ada di dalamnya fana dan pasti akan lenyap dalam sekejap mata.
Dan sesungguhnya selama hidup di dunia ini, Allah telah memberi rezeki yang cukup dan selalu mendatangi siapa pun hamba-Nya yang memerlukan.
Setelah merenung dan terus memikirkannya, Rabi’ah mencapai suatu tekad untuk meminta akhirat. Ia menemui Rasulullah untuk menyampaikan permintaannya. Tatkala Rasulullah didatangi Rabi’ah, beliau bertanya, ”Apakah yang telah kamu perbuat wahai Rabi’ah?”
Rabi’ah Menjawab, “Wahai Rasulullah, aku meminta kepadamu agar engkau sudi memberi syafaat kepadaku di sisi Rabbmu, agar Dia membebaskanku dari api neraka.” Mendengar permohonan Rabi’ah itu, Rasulullah kembali bertanya, “Siapakah kiranya yang telah menyuruhmu untuk meminta hal ini?”
Rabi’ah menjelaskan, tidak ada seorang pun yang menyuruhnya meminta demikian. Permintaan itu lahir setelah ia berpikir dan merenungi jika segala yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara.
Rabi’ah hanya meminta Rasulullah yang kedudukannya begitu mulia di sisi Allah, berkenan mendoakannya agar selamat di akhirat yang abadi.
Mendengar penjelasan Rabi’ah, Rasulullah berdiam sejenak lalu bersabda, “Aku akan memenuhi permintaanmu, bantulah aku atas dirimu dengan engkau banyak-banyak bersujud (banyak melaksanakan shalat).” (Sebagaimana diriwayatkan oleh sang pelaku sejarah Imam Ahmad bin Hanbal).
Subhanallah … itulah yang dipinta Rabi’ah ketika mendapat kesempatan emas. Seandainya ia meminta jabatan, harta, dan kesenangan dunia, pasti Rasulullah tetap berupaya memberikannnya.
Sebaliknya, kesempatan emas yang belum tentu didapatkan setiap manusia itu, Rabi’ah gunakan untuk mempersiapkan kehidupannya di akhirat.
Ia meminta agar selamat dari api neraka dan menikmati indahnya surga yang abadi. Demikianlah sekiranya kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah, jika ada tawaran dari pemimpin kita atau dari siapa pun yang itu bersifat duniawi bahkan penuh dengan konspirasi. Sepatutnya kita menolak tanpa ragu.
Sungguh, segala kenikmatan di dunia ini, sejatinya banyak berupa jebakan setan, yang dapat menjerumuskan umat manusia ke dalam neraka. Mari berhati-hati dan selalu meminta keselamatan akhirat yang abadi.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/06/25/moxuy3-meminta-akhirat
No comments:
Post a Comment