Nabi SAW bukanlah seorang kekasih Allah SWT yang dimanjakan Tuhan. Beliau harus berjuang dan bekerja keras dalam mengemban amanah Allah selaku utusan-Nya. Beliau sering dihina, dicaci, dan diancam oleh musuh-musuhnya dalam memperjuangkan tegaknya kebenaran ajaran Islam.
Dalam suatu masa, tiap kali Rasulullah membuka pintu pagi-pagi untuk menjalankan shalat Subuh di masjid, sudah tertumbuk di ambang pintu rumah beliau kotoran. Nabi mengambil air dan membersihkan tempat itu dahulu, baru bisa meneruskan niatnya.
Besoknya, pagi-pagi, bukan setumpuk kotoran manusia yang beliau dapatkan di muka pintu, malah dua tumpuk besar. Dan esok harinya, bertambah lagi hingga tingga gundukan besar. Demikianlah selanjutnya.
Namun Nabi tidak mengeluh. Dengan sabar beliu bersihkan sendiri tempat bernajis itu tiap hari, sampai akhirnya orang jahat yang melakukan perbuatan keji itu merasa bosan sendiri dan menghentikan tindakannya menumpuk kotoran di depan pintu rumah Nabi SAW.
Lepas kejadian itu, Nabi belum terbebas dari kejahatan musuh-musuhnya. Tiap kali beliau melalui sebuah rumah berloteng dalam perjalanan ke masjid, selalu dari jendela atas ada seseorang yang membuang air najis ke kepala beliau. Begitu yang beliau alami setiap hari. Namun Nabi tidak marah. Bahkan tatkala beberapa hari sesudah itu tidak ada air najis yang ditumpahkan ke kepalanya dari jendela loteng itu, Nabi bertanya kepada para sahabat.
“Ke mana orang yang tinggal di loteng atas itu?”
“Ada apa ya Rasulullah?” tanya para sahbat, sebab mereka heran mengapa Nabi menanyakan keadaan orang kafir yang menghuni loteng atas itu.
“Tiap hari biasanya ia selalu memberikan sesuatu kepadaku. Hari ini tidak. Jadi aku bimbang tentang keadaannya.”
“Kebimbanganmu tidak keliru, ya Rasulullah. Orang itu sedang sakit keras dan tidak keluar dari kamarnya.”
Maka Nabi SAW menyuruh istrinya menyiapkan makanan untuk beliau bawa sendiri ke rumah orang jahat itu, sambil menengok keadaan sakitnya dan mendoakan agar cepat sembuh.
Orang itu sangat terperanjat menerima kedatangan Rasulullah dengan membawa makanan yang lezat-lezat, padahal setiap hari ia memberikan air najis kepadanya. Orang itu pun amat malu dan menangis-nangis minta maaf.
Dengan lapang dada Rasulullah memberi maaf, sehingga orang itu kemudian menjadi sahabat setia.
Kelapangan hati dan kebesaran jiwa Rasulullah ini tidak hanya ditunjukkan kepada kaum yang memusuhinya saja, tetapi juga Beliau tunjukkan kepada kaum kerabatanya yang masih memusuhinya, sebut saja paman Nabi, yaitu Abu Jahal. Pernah Abu Jahal mengirim utusan yang mengatakan bahwa ia tengah menderita demam hebat, ingin ditengok oleh Rasulullah SAW.
Sebagai kemenakan yang berbakti, Rasulullah segera bergegas hendak berangkat menuju rumah Abu Jahal.
Pemimpin orang musyrik itu sebetulnya tidak sakit. Ia telah menyiapkan lubang di depan pembaringannya yang di atasnya ditutup dengan permadani, sedangkan di dalam lubang itu telah dipasanginya beberapa tonggak yang runcing-runcing. Maksudnya untuk menjerumuskan Nabi SAW ke dalamnya.
Nabi kedengaran mulai melangkah masuk ke dalam kamar Abu Jahal. Tokoh busuk itu cepat-cepat menutupi badannya dengan selimut sambil pura-pura merintih. Namun dalam pendengaran Rasulullah, rintihan Abu Jahal itu tidak wajar dan berlebih-lebihan, tidak sesuai dengan wajahnya yang tetap cerah dan kemerahan.
Maka Nabi pun tahu, pasti Abu Jahal sedang menyiapkan jebakan untuknya. Karena itu, begitu beliau hampir menginjak permadani yang di bawahnya menganga sebuah lubang berisi tonggak-tonggak runcing, beliau segera permisi lagi dan keluar tanpa sepatah kata pun.
Abu Jahal terkejut. Ia bangun dan memanggil-manggil Nabi agar datang mendekat kepadanya. Karena Nabi tidak menggubris, Abu Jahal lalu bangkit dan melompat ke permadani hendak mengejar Nabi. Ia lupa akan perangkap yang dibuatnya sendiri. Akibatnya ia terjerumus sendiri ke dalam lubang itu dan menderita luka-luka yang cukup parah.
Akhirnya terpenuhi juga keinginan Abu Jahal ingin ditengok Rasulullah. Sebab setelah terperosok ke lubang itu ia betul-betul sakit. Nabi pun datang membawakan makanan-makanan lezat yang diterima Abu Jahal dengan muka kecut.
Begitulah teladan Rasulullah dalam menghadapi orang-orang yang jahat dan ingin mencelakakannya. Beliau membalasnya dengan kebaikan. Air tuba dibalas air susu. Dan ini membuat musuh-musuhnya malu, insyaf, lalu meminta maaf, bahkan ada pula yang menerima risalah Rasulullah. Kecuali, tentu saja, Abu Jahal, karena gembong kaum musyrikin ini, meski mengetahui kebenaran risalah Rasulullah, hatinya telah tertutup oleh kesombongannya. SM
http://majalah-alkisah.com/index.php/component/content/article/694-kisah-rasulullah-air-tuba-dibalas-air-susu
No comments:
Post a Comment