Tuesday, September 21, 2010

Pemimpin yang Melayani

Suatu hari, Abe, begitu panggilan bagi Abraham Lincoln, berkunjung ke sebuah rumah sakit tempat para prajurit yang terluka selama Perang Saudara dirawat.

Ia menemui salah satu prajurit yang terbaring dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Abe membungkuk dan berbisik padanya, "Ada yang bisa kulakukan untukmu, sobat?"

Dalam kesakitannya, prajurit itu bicara terpatah-patah, "Ya Pak. Maukah Anda menulis surat untuk ibuku?"

Abe pun segera mengambil selembar kertas dan sebatang pena bulu ayam. Sementara si prajurit mendiktekan isi surat, Abe menuliskannya. "Ibu sayang," kata si prajurit, "Aku terluka sangat parah ketika aku sedang mengabdi pada negara. Tampaknya... aku tak bisa bertahan lama. Jangan sedih karena aku akan mendahuluimu. Sampakan peluk ciumku pada John dan Mary. Aku akan berdoa... Tuhan akan memberkati kita." Kemudian di akhir surat, Abe menulis: "NB: Surat ini didiktekan oleh anakmu kepada Abraham Lincoln."

Setelah selesai mendiktekan surat dengan susah payah, prajurit itu meminta Abe memperlihatkan suratnya. Kemudian dia membaca surat yang akan dikirimkan kepada ibunya itu. Dan terkejutlah ia saat melihat kalimat NB terakhir. "Apakah... apakah Anda benar-benar Presiden Abraham Lincoln?"

"Ya, benar." Abe tersenyum. "Ada lagi yang bisa kubantu?"

Prajurit itu berkaca-kaca. "Maukah Anda... memegang tanganku? Jika Anda mau melakukannya, rasanya aku dapat pergi dengan tenang."

Abe segera memegang tangan prajurit itu. Lama sekali, sampai si prajurit tidak sadar karena deraan penyakit. Ketika siuman kembali, prajurit itu bertanya, "Apakah Anda masih memegang tanganku?"

"Ya, aku sedang memegang tanganmu." Kata Abe.

"Anda pasti sebuk... Sekarang Anda boleh melepaskan tanganku.." kata prajurit itu.

Tetapi, Abe tetap memegang tangannya. "Kau prajurit yang baik. Putra bangsa yang baik. Betapapun sibuknya aku sebagai presiden, aku wajib mendampingi warga negara sepertimu. Itulah kenapa ada seorang presiden di negara ini."

No comments:

Post a Comment