Namanya Pak Sarjono. Beliau salah satu penjaga pintu Tol Taman Mini selepas keluar dari Tol JORR TB Simatupang dekat Kampung Rambutan. Orangnya berpenampilan biasa saja, sederhana. Namun, ada satu yang khas dari beliau adalah tegur sapa ‘Selamat Pagi’-nya yang penuh semangat. “Pagi… Pagi pak!!” sapanya dengan wajah yang ceria.
Pertama kali saya mendengar sapaan beliau yang penuh semangat, saya sempat tertawa sendiri dan berpikir, “Njagain pintu tol aja semangat banget….” Dan sempat terpikir pula dalam benak saya…, “Barangkali dia memang lagi happy.”
Memang tidak setiap pagi hari saya bertemu beliau… karena jumlah penjaga pintu tol pasti banyak dan orangnya gonta-ganti. Namun setiap kali dan berkali-kali bertemu beliau dan mendengar sapaan penuh semangat yang khas itu… saya jadi berpikir, “Luar biasa beliau ini… hidupnya selalu penuh semangat. Apa ya kira-kira yang bisa membuat beliau selalu bersemangat?”
Padahal kalau kita renungkan, begitu banyak hal yang akan dihadapi beliau, yang seharusnya bisa membuat beliau tidak semangat. Bayangkan saja…, udara panas, polusi asap knalpot yang beliau harus hirup seharian, pemandangan kemacetan kendaraan yang setiap hari harus beliau saksikan… dan berbagai kondisi tidak mengenakkan yang beliau harus hadapi dari dalam sebuah kotak ukuran 1 x 1,5m, yang namanya gerbang tol itu. Kalau saya jadi beliau…, wah membayangkan saja saya ogah… Apalagi ini bulan puasa… wuihhh… Saya yakin saya tidak akan bisa sesemangat beliau menghadapi hari-hari terik seperti saat ini.
Sepanjang perjalanan ke kantor pagi ini saya jadi berpikir keras, “Kenapa saya tidak sesemangat beliau ya… dalam menghadapi kehidupan sehari-hari?” Saya yakin penghasilan dan kehidupan saya lebih baik daripada Pak Sarjono yang (maaf) hanya sebagai penjaga pintu tol. Saya pun punya kesempatan lebih baik dari beliau dalam hal membaca buku-buku motivasi, browsing artikel inspiratif dari internet dan menyebarkannya ke orang lain, bahkan saya selalu mendengarkan kaset-kaset motivasi di sepanjang perjalanan ke kantor saya. “Kenapa saya tidak sesemangat beliau ya?” Kelihatannya ada yang keliru pada diri saya. “Apa ya kira-kira?”
Barangkali saya perlu belajar lebih ikhlas dan lebih bersyukur atas apa yang ada dan yang saya terima dari sekian banyak kenikmatan yang diberikan Allah swt kepada saya dan keluarga saya…
Ya… barangkali itulah rahasia yang membuat Pak Sarjono selalu semangat menghadapi hidupnya sehari-hari. Keikhlasan beliau menjalankan pekerjaan sebagai penjaga pintu tol, pasti lebih besar dari keikhlasan saya menjalani pekerjaan sebagai seorang arsitek lanskap di sebuah perusahaan property. Barangkali saya masih ‘itung-itungan’ dengan perusahaan tempat saya bekerja dengan mengharap lebih banyak imbalan daripada apa yang bisa saya berikan. Barangkali saya belum cukup mensyukuri besarnya penghasilan dan kenyamanan saya bekerja di kantor, sehingga saya selalu merasa belum cukup puas dengan apa yang saya dapatkan.
Keihklasan Pak Sarjono dalam menjalankan kewajibannya dan rasa bersyukur beliau terhadap segala rezki yang beliau terima… barangkali itulah yang bisa membuat beliau selalu semangat menghadapi hidup. Keikhlasan dan rasa syukur itu pulalah yang seharusnya bisa membuat kita sesemangat Pak Sarjono dalam menjalani hidup kita sehari-hari.
“Ya Allah, terima kasih… pagi ini Engkau mengajariku tentang ikhlas dan rasa syukur melaui seorang penjaga pintu tol.”
“Ya Allah, muliakan dia… angkatlah derajatnya… tambahkan nikmat-Mu untuknya dan keluarganya.”
Jakarta, 26 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment