Tuesday, December 22, 2009

Janda Muda Yang Luar Biasa


Si kecil “Azzam” sedang bermain kejar-kejaran dengan teman-teman sebayanya. Anak desa yang yatim berusia enam setengah tahun itu baru tiga bulan masuk Sekolah Dasar Negeri di dekat rumahnya. Setiap sore, seperti biasa anak-anak bermain-main bersama. Ada yang main petak umpet, ada yang main kelereng, ada yang main lompat karet, dan ada yang sekedar kejar-kejaran !! Di dekat mereka bermain, ada salah seorang penduduk desa yang sedang membangun rumah.

Penduduk di sini rata-rata menggunakan air pancuran yang mengalir dari atas untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun penduduk yang sedang membangun rumah ini membuat sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Galian sumur itu baru sekitar dua seperempat meter dalamnya. Dan karena saat itu sedang musim hujan, galian itu belum diteruskan karena hampir penuh berisi air hujan. Si kecil Azzam tidak menyadari ada bahaya di tempat ia bermain-main. Ia terus berlari kejar-kejaran dengan temannya. Tiba-tiba Azzam tersandung dan terpeleset ..... blung ..... Azzam masuk ke dalam galian sumur !!

Desa kecil itu bernama “desa Kajar”. Sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ini disebut “desa kajar” karena terletak dikaki sebuah gunung yang bernama “gunung kajar”. Konon kata kajar diambil dari akar kata bahasa arab “hajar” yang berarti batu.

Gunung tersebut memang tidak begitu tinggi, dan menurut hasil penyelidikan, ketika akan dibuat proyek terowongan jalan melalui gunung tersebut, ternyata memang tidak dapat dilaksanakan karena gunung tersebut berisi air dan bebatuan yang besar-besar. Dan akhirnya, pemerintah daerah memutuskan untuk memasukkan gunung kajar menjadi “cagar alam” yang harus dilindungi dan tidak boleh dirusak.

Waktu adzan Ashar sedang dilantunkan dari sebuah Musholla di desa tersebut. Seorang Janda muda berparas cantik baru saja selesai mengambil air wudlu di pancuran air di sebelah rumahnya. Baru setengah tahun dia ditinggal wafat “Pak Sabar” suaminya, ketika sedang berangkat pergi untuk menunaikan shalat Jum’ah. Saat itu sebuah sepeda motor yang sedang kehilangan kendali melaju kencang dari atas menyerempet Pak Sabar ketika sedang berjalan di pinggiran jalan. Pak Sabar dan pengendara sepeda motor sama-sama terpelanting jatuh.

Pengendara sepeda motor langsung meninggal di tempat, sedang pak Sabar tak sadarkan diri dan langsung dibopong para tetangganya yang kebetulan sama-sama berangkat shalat Jum’ah, menuju ke balai puskesmas di desa tersebut. Darah segar keluar dari hidung dan telinga Pak Sabar. Dokter puskesmas yang hendak pergi shalat Jum’ah terpaksa harus kembali lagi ke balai untuk menolong Pak Sabar terlebih dahulu. Bu Sabar yang diberi khabar oleh salah seorang tetangganya bergegas menuju balai puskesmas untuk melihat keadaan suaminya.

Dan ketika melihat kondisi suaminya yang cukup parah, Bu Sabar hanya bisa pasrah dan tawakkal. Meski demikian tak henti-hentinya lisannya berdzikir menyebut asma Allah dan mengharap kemurahanNYA untuk supaya suaminya dapat disembuhkan. Manusia boleh punya kehendak, namun Allah juga punya kehendak !! saat itu rupanya Allah punya kehendak lain ..... tepat ketika adzan Ashar berkumandang, Pak Sabar yang dikenal sangat ramah dan penyabar itu oleh dokter dinyatakan telah wafat !! Dengan suara lirih terucap kalimah dari lisan Bu Sabar “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.

Selesai berwudlu, Bu Sabar menghadap kiblat dan mengangkat tangannya sambil melantunkan doa ba’da wudlu. Belum selesai doa dilantunkan, tiba-tiba terdengar suara orang memanggil-manggil sambil membopong seorang anak yang basah kuyup ..... "Bu Sabar .... Bu Sabar ..... Azzam tercebur galian sumur bu .... Azzam meninggal !!" Bu Sabar tersentak dari doanya ..... wajahnya kelihatan sangat sedih, terucap kalimah lirih dari lisannya “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ..... !!”. Tiba-tiba, Bu Sabar duduk di tanah kemudian bersujud ....!! Para tetangga yang ikut membawa pulang jenazah Azzam terheran-heran .... Bu Sabar tidak menangis sama sekali, meski wajahnya tampak sangat sedih .... tapi apa yang sedang ia lakukan ? Bersujud ? Bersujud untuk apa ? Kenapa harus bersujud ..... ?

Agak lama Bu Sabar bersujud meski beralaskan tanah ..... para tetangga mulai khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu terhadap Bu Sabar. Ingatan para tetangganya melayang pada peristiwa meninggalnya Pak Sabar yang baru enam bulan lalu yang juga tepat di saat berkumandangnya adzan Ashar. Seorang Ibu muda berjilbab putih menepuk-nepuk pundak Bu Sabar. "Bu Sabar .... Bu Sabar .... ingat bu .... ingat bu .... istighfar ....!!" Bu Sabar bangun dari sujudnya. Di dahi dan hidungnya masih menempel sisa tanah bekas sujud. Tampak sekali wajahnya masih sangat sedih. Pandangannya menyapu orang-orang di sekelilingnya. Dan, ketika dilihat anaknya masih digendong salah seorang bapak-bapak, Bu Sabar memintanya ..... "Tolong anak saya bawa ke sini pak ..... biar saya sendiri yang menggendongnya !!"

Bu Sabar membawa jenazah Azzam masuk ke dalam rumah diiringi para tetangganya. Dibaringkannya Azzam di kasur di atas dipan yang terletak dekat ruang tamu. Diciumnya anak kecil itu berkali-kali sambil membisikkan beberapa kata-kata. Para tetangga sangat terharu melihat pemandangan di depannya. Suasana sangat hening ..... dan tak ada seorangpun di antara mereka yang berani mengeluarkan suara. Mereka masih tertegun menyaksikan rentetan peristiwa yang baru saja dilihatnya, dan mereka begitu kagum akan ketabahan dan ketawakkalan Bu Sabar !!

Setelah puas menciumi Azzam, Bu Sabar berbalik memandang para tetangganya .... "Terima kasih bapak-bapak dan ibu-ibu sudah menolong membawa pulang anak saya." Seorang Ibu setengah baya menjawab .... "Ya Bu Sabar .... nggak apa-apa ..... Ibu yang sabar ya bu .... ibu yang ridho ya .... !!" Bu Sabar menganggukkan kepala .... "Alhamdulillah dari awal musibah ini saya sudah bisa sabar dan ridho bu ...." Alhamdulillah .... Saya teringat sabda baginda Rasul kalau “As Shabru fii awwali shadam .... sabar itu pada saat awal terjadinya benturan” .... "Saya ngga apa-apa bu .... nggak apa-apa .... insya Allah saya sabar dan ridho !!" Melihat ketabahan Bu Sabar yang sangat luar biasa, seorang Ibu yang lainnya yang sejak tadi penasaran tak kuasa bertanya .... "Maaf Bu Sabar, tadi di samping rumah, saya melihat ibu sujud ketika mendengar musibah ini .... apa yang ....?" Belum selesai ibu tersebut dengan pertanyaannya, Bu Sabar sudah menjawab .... "Betul bu .... saya tadi melakukan sujud syukur bu ...!! Saya memang sangat sedih ketika mendengar anak saya satu-satunya dipanggil Allah !! bagaimana mungkin tidak sedih bu .... dia satu-satunya yang menemani dan menjadi penghibur saya sejak almarhum suami saya meninggal !! Dia juga yang menjadi tumpahan semua kasih sayang saya selama ini !! Dia juga yang menjadi harapan saya untuk meneruskan cita-cita bapaknya yang belum terlaksanakan !!"

"Tapi bu .... di saat bersedih tadi saya teringat firman Allah “Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar : 10). Saya juga teringat sabda baginda Rasul “Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya tersebut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah). Saya juga teringat cerita “bu nyai” (Pen : istri pak kyai di kampung) waktu pengajian minggu lalu, katanya kalau kita sabar dan ridho disaat menerima musibah, maka balasannya adalah surga !! Apalagi kalau sabar dan ridho ketika ditinggal meninggal anaknya yang masih kecil, bu nyai bilang akan mendapatkan kunci surga, karena anak kecil yang masih suci itu bisa menjadi syafa’at bagi orang tuanya ....!!” itulah bu .... alasan kenapa saya tadi sujud syukur .... mohon doakan saya ya bu .... doakan saya supaya yang dijanjikan Allah dan Baginda Rasul bisa saya dapatkan !!"

Para tetangga yang hadir semakin kagum terhadap janda muda berparas cantik ini ..... seorang nenek-nenek berucap “Subhaanallah ..... tabah sekali kau nak !!” Bu Sabar mengarahkan pandangannya ke nenek dan berucap .... "Saya belum seberapa nek, dibanding apa yang dulu pernah terjadi pada istri sahabat Rasul yang bernama Ummu Sulaim ketika anaknya satu-satunya yang masih kecil meninggal dunia. Waktu anaknya meninggal, Ummu Sulaim masih bisa tersenyum manis ketika suaminya baru datang dari bepergian ..... dia juga masih bisa mempersiapkan hidangan yang paling enak untuk suaminya .... dan bahkan dia masih sempat melakukan hubungan suami istri sampai hajat suaminya terpuaskan ....!!"

Para tetangga semakin banyak yang berdatangan untuk ta’ziyah. Bu Sabar beranjak dari duduknya. Dia mohon diri pada tetangganya untuk melaksanakan shalat ashar. Kejadian yang baru saja dialami membuat Bu Sabar bertambah khusyu’ dalam shalatnya. Baru saja bertakbir Bu Sabar sudah menangis sesenggukan .... ia ingat akan kebesaran Allah yang tak tertandingi oleh siapapun !! Seusai membaca Fatihah, Bu Sabar membaca beberapa ayat pada akhir surat Az Zumar “wasiiqal ladzinat taqau rabbahum ilal jannati zumaraa ..... Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan. sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu ! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.". Bu Sabar membayangkan dirinya bersama rombongan orang-orang bertaqwa yang masuk surga.

Bayangan itu begitu nyata dipelupuk matanya. Begitu khusu’ dia menghadap dan bermunajat kepadaNYA. Sore itu dia merasakan keni’matan yang luar biasa pada saat berdua denganNYA, sampai-sampai dia lupa akan anaknya yang sangat dicintainya baru saja meninggalkannya !! Suara berisik para tetangga yang ta’ziyah mengganggu kekhusyu’an shalatnya. "Assalaamu ‘alaikum warahmatullah ..... Assalaamu ‘alaikum warahmatullah ....." Bu Sabar mengakhiri shalatnya. Kembali dia bersujud untuk berdoa ..... selamat jalan anakku .... selamat jalan anakku ... “sanaltaqii fil jannah ... insya Allah kita akan bertemu di surga ....!!”

oleh Irham
Kampung Bulu, 1 Muharram 1431 H
http://www.eramuslim.com/oase-iman/janda-muda-yang-luar-biasa.htm

No comments:

Post a Comment