Monday, December 28, 2009

Saudagar Permata

Pada suatu hari, seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga toko perhiasannya karena ia hendak keluar solat. Ketika itu datanglah seorang badwi yang hendak membeli perhiasan di toko itu. Maka terjadilah jual beli di antara badwi itu dan penjaga toko yang diamanahkan tuannya tadi.

Orang Badwi itu menginginkan suatu barang perhiasan permata seharga empat ratus dirham. Saudara Yunus menunjukkan suatu barang yang sebetulnya berharga hanya dua ratus dirham. Tanpa menawar sama sekali, barang tersebut akhirnya dibeli oleh badwi tadi dengan harga empat ratus dirham.

Di tengah jalan, dia berpapasan dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid lalu bertanya kepada si badwi yang membawa barang perhiasan yang dibeli dari tokonya tadi. Sepatutnyalah dia mengenali barang tersebut adalah dari tokonya. Saudagar Yunus bertanya kepada badwi itu, "Berapakah harga barang yang kamu beli ini?"

Badwi itu menjawab, "Empat ratus dirham."

"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham saja. Mari kembali ke toko saya supaya saya dapat kembalikan uang kelebihannya kepada saudara." Kata saudagar Yunus lagi.

"Biarlah, tidak perlu kau kembalikan. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham."

Tetapi saudagar Yunus itu tidak mau melepaskan badwi itu pergi. Didesaknya juga agar badwi tersebut balik ke tokonya dan sesampainya dikembalikanlah uang kelebihannya kepada badwi itu. Setelah badwi itu pergi, berkatalah saudagar Yunus kepada saudaranya dengan agak marah, "Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?"

"Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga empat ratus dirham." Saudaranya cuba mempertahankan bahwa dia dipihak yang benar.

Kata saudagar Yunus lagi, "Ya, tetapi di atas bahu kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri."

****

Sangatlah tepat apabila Kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi pedagang-pedagang kita yang beriman. Karena ini menunjukkan sikap dan pribadi seorang pedagang yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya semua pedagang seperti ini, maka perniagaan akan berjalan dengan aman dan tenteram kerana tidak ada penipuan dalam perniagaan.

Dalam hal ini Rasulullah S.A.W bersabda, "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas dan memberi rezeki dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau di harga." (Diriwayat lima imam kecuali imam Nasa"i)

No comments:

Post a Comment