Thursday, December 10, 2009

Kisah Lance Armstrong

Pada tanggal 1 Oktober 1996, Lance Armstrong tercatat sebagai salah satu pembalap sepeda papan atas dunia. Ia telah memenangkan Kejuaraan Dunia Balap Sepeda (The World Cycling Championship). Ia pun telah memenangkan Kejuaraan Balap Nasional Amerika (The U.S. National Road Race Championship) dengan jarak yang paling jauh dalam sejarah kejuaraan balap. Dan ia baru saja menandatangani kontrak untuk mendukung tim balap Prancis yang prestisius selama dua tahun dengan bayaran 2,5 juta dolar Amerika.

Pada tanggal 2 Oktober ia menjadi pasien kanker.

Di awal minggu itu, ia memuntahkan banyak darah, dan menemukan bahwa testisnya bengkak sebesar jeruk. Kunjungan ke dokter mengungkapkan adanya kanker testis yang telah menyebar ke paru-paru dan otak. Ketika operasi darurat dijadwalkan pada saat itu juga, dokter yang memberikan konsultasi pada Lance mengatakan bahwa kesempatan berhasil 50%–tetapi kemudian mengakui bahwa kesempatan hidup sebenarnya hanyalah 3%.

Namun Lance tidak pernah menyerah begitu saja. Dibesarkan hanya oleh seorang ibu pekerja keras di kota Texas di daerah pinggiran yang sederhana, ia belajar bersepeda sejak masih muda, berlomba triathlons pada usia 15 tahun, dan memenangkan medali serta hadiah uang dengan cukup cepat. Bersepeda 20 mil per hari dan latihan renang, rute tersebut menjadi jalan keluar untuk Lance. “Mungkin jika aku mengayuh sepedaku cukup jauh di jalan ini,” pikirnya, “hal itu akan mengeluarkanku dari sini.”

Lance dikenal sebagai pembalap yang gigih dan pantang menyerah, sifat yang diwarisi dari ibunya. Ibunya pernah sekali mendapati ia kelelahan dan hampir berhenti di akhir lomba triathlon. “Anakku,” katanya, “Kamu tidak boleh berhenti… meskipun kamu harus berjalan.” Lance menyelesaikan perlombaan itu, sampai garis akhir.

Bagi Lance, kanker adalah semacam perlombaan–tetapi kali ini ia melawan waktu. Lance menghadapi penyakitnya sama seperti ketika ia berlomba dengan sepedanya. Ia menjalani operasi untuk menghilangkan tumor dan kemudian kemoterapi selama berbulan-bulan. Untuk pertama kalinya pembalap sepeda yang pernah ada –yang kapasitas erobiknya paling tinggi dalam penelitian laboratorium di seluruh negeri– tulangnya menjadi lemah,tidak mampu mengayuh sepedanya sekalipun hanya di sekitar rumah.

Namun ketika penyakit itu melemahkannya secara fisik, cobaan itu justru menguatkannya secara spiritual. Kemoterapi selesai dan secara ajaib ia bebas dari kanker, ia pelan-pelan kembali berlatih dan menyadari bahwa kanker telah memberinya karunia yang tidak terduga: perasaan cinta pada sepeda yang baru dirasakannya. Sebelumnya, sepeda baginya hanyalah “Alat untuk mencapai tujuan… sumber potensial untuk mencapai kekayaan dan popularitas.” Sekarang sepeda menjadi simbol dari mantranya setelah menderita kanker, “Jika saya masih bisa bergerak, itu atinya saya tidak sakit.”

Yang lebih mengejutkan lagi, kanker menyingkirkan hal yang menghambat Lance yaitu kelebihan berat badan. Lance dulu dikenal sebagai pembalap satu hari yang hebat tetapi tidak sehebat itu dalam stage race, perlombaan yang berlangsung beberapa hari dan minggu yang memerlukan kemampuan untuk mendaki daerah yang bergunung-gunung untuk mencetak pembalap kelas dunia. Ia hanya pernah sekali menyelesaikan Tour de France, mundur karena kelelahan dan kecelakaan di tahun-tahun yang lain. Para pelatih dan temannya mengingatkan kalau bobotnya terlalu berat untuk dakian yang curam. Dengan tubuh yang kuat, Lance yakin dapat memaksakan diri naik ke atas, mengabaikan beban yang harus dibawanya.

Namun setelah sembuh dari kanker, bobot tubuhnya menjadi 58,5 kg, lebih ringan 6,3kg dibandingkan berat badannya semula ketika berlomba. Dan ketika ia mendaki jalur latihan di Pegunungan Blue Ridge–dan terus mendaki–ia merasakan ada sesuatu yang berubah. Akhirnya ia siap untuk menjadi pembalap terbaik dunia–dalam segala perlombaan, dalam segala medan, dalam segala kondisi.

Kesadaran ini membawanya ke Tour de France 1999. Dalam percobaan waktu awal, ia meraih hadiah maillot jaune, baju kuning yang dipakai oleh pembalap terdepan. Meskipun baju tersebut berpindah pada pembalap lain di tengah perlombaan tersebut, ia segera dapat merebutnya kembali saat perlombaat menjadi sulit di dekat Alpen, tempat ia gagal sebelumnya. Ketika perlombaan mencapai titik yang paling berat–di atas bukit melalui hujan yang dingin–Lance melaju, dengan waktu jeda terdepan 2 menit 20 detik, menjadi 6 menit 3 detik.

Ketika pembalap lain mencapai garis akhir di Paris, Lance melaju dengan waktu terdepan yang tidak diragukan lagi 7 menit 37 detik. Ia mencapai garis akhir disertai kemenangan lain: istrinya hamil melalui vitro fertilization setelah kanker membuatnya tidak subur.

Lance memenangkan Tour de France kembali pada tahun 2000, 2001, 2002, dan 2003, tetapi ia menulis : “Kenyataannya adalah, jika Anda meminta saya untuk memilih antara memenangkan Tour de France atau kanker, saya akan memilih kanker…karena apa yang telah diberikannya pada saya sebagai seorang manusia, pria, suami, anak, dan ayah.”

Ketika melawan kanker, ia mengalahkan musuh terbesar kehidupan: kegagalan. Ia menolak prakiraan bahwa ia tidak akan sembuh karena ia memiliki harapan. Ia memiliki keyakinan–dalam keberaniannya, akan masa depan, pada dirinya sendiri–mengalahkan keraguan.

Lance merangkum hal itu dengan sangat bagus: “Saya tahu sekarang mengapa orang takut kanker. Karena kanker itu lambat dan mematikan; itulah definisi yang sebenarnya dari sinisme dan kehilangan semangat.
“Maka, saya percaya.”

Kutipan : 30 Success Stories karya Laura Fitzgerald

No comments:

Post a Comment