“Berhati-hatilah, beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan.” (Mario Teguh)
Sebuah kisah nyata yang sangat tepat untuk menunjukkan bagaimana kita menunda kesenangan kecil demi mendapatkan kesuksesan yang besar adalah Sylvester Stallone. Dia memang kini salah satu aktor termahal di Hollywood, tapi tahukah anda bagaimana dia memulai karirnya?
Stallone lahir dari sebuah keluarga miskin di Amerika. Walau demikian, latar belakang keluarga tidak menghalanginya untuk bermimpi menjadi seorang bintang besar. Saat remaja, dia sudah sering mencoba ‘casting’ di beberapa film murahan, namun itupun tidak pernah berhasil melejitkan namanya.
Suatu saat, Stallone terinspirasi pada sebuah pertandingan tinju, yang membuatnya menulis tentang manuskrip film olahraga tinju, “Rocky”. Setelah selesai, Stallone mencoba menawarkan skripnya kepada berbagai perusahaan film, tapi tidak ada yang mau membelinya, karena pada saat itu memang film dengan latar belakang tinju tidak laku di pasaran.
Sampai akhirnya, ada sebuah perusahaan yang mau menawar harga naskah film tersebut sebesar 75.000 dollar, sejumlah uang yang nilainya puluhan kali lipat dari uang yang pernah dimiliki Stallone.
Saat itu, ada kebimbangan dalam hatinya. Uang itu, cukup untuk membuatnya hidup lebih layak dan makmur. Tapi di sisi lain, Stallone ingin menjadi seorang bintang, seorang aktor terkenal, bukan seorang penulis naskah film. Jadi Stallone mencoba menawarkan kepada perusahaan film tersebut agar dia yang menjadi aktor utamanya. Mereka menolak, karena mereka sudah memilih aktor yang sudah berpengalaman untuk film tersebut, dibandingkan Stallone yang tidak punya latar belakang dan pengalaman di film. Negosiasi menjadi alot, karena Stallone menolak menjual naskah tersebut jika bukan dia yang menjadi pemeran utamanya. Bahkan saat harga naskah itu meningkat tiga kali lipat dan terus meningkat hingga 1.000.000 dollar, Stallone tetap menolaknya. Walaupun ia miskin dan lapar, ia berani menolak uang satu juta dollar hanya karena dia sudah punya impian yang kuat bahwa dengan menjadi aktor dia bisa memperoleh uang jauh lebih banyak dari uang satu juta dollar.
Akhirnya perusahaan film itu menyerah juga, dan mengijinkan Stallone menjadi pemeran utama dengan syarat naskah itu dijual hanya dengan harga 35.000 dollar, dan Stallone hanya akan mendapat bayaran sebagai aktor sejumlah persentase tertentu jika film itu cukup laku di pasaran. Sebuah pilihan resiko tinggi diambil oleh Stallone. Mengorbankan uang 75.000 dollar, dan hanya mendapatkan 35.000 dollar plus tambahan lagi beberapa ribu dollar jika film itu laris.
Semua orang di sekitarnya mengatakan bahwa keputusan itu adalah keputusan terburuk yang pernah diambil Stallone. Tapi Stallone tidak menggubris itu semua karena di hatinya dia tahu bahwa yang dilakukan ini hanyalah menunda kesenangan sesaat untuk mendapatkan kesenangan lain yang lebih besar.
Pada waktu film Rocky diluncurkan, bukan saja film itu menjadi laris tetapi bahkan menjadi box office di seluruh dunia dengan total penjualan bersih mencapai 171 juta dollar, meraih 10 nominasi Academy Awards, serta mendapatkan satu piala Oscar. Secara spontan, Stallone langsung naik daun menjadi aktor kelas atas Hollywood, dan tawaran film kelas satu pun mulai berdatangan kepadanya.
Apa yang dialami oleh Sylvester Stallone adalah sebuah pilihan untuk berani menunda kesenangan-kesenangan kecil dan berjuang untuk meraih kesuksesan yang jauh lebih besar dan tinggi.
Jangan pernah terjebak dengan kenyamanan sementara, yang kadang membuat kita merasa sudah puas, padahal bukan itu sebenarnya yang kita inginkan. Nikmati hasil sementaranya, tapi tetaplah punya visi ke depan yang jelas, untuk terus mengejarnya. Sukses untuk Anda!
(disadur dari buku Coffee Break oleh Robert Kwan)
No comments:
Post a Comment