Wednesday, December 9, 2009

Buruk Sangka

Alkisah seekor anjing yang sangat setia kepada tuannya. Kemanapun tuannya pergi ia selalu mengikutinya untuk melindungi sang tuan.

Ia sangat patuh dan selalu menuruti perintah tuannya. Anjing ini memang jenis anjing yang langka. Ia juga bisa berkomunikasi dengan manusia segala umur. Kebetulan sang tuan mempunyai anak kecil yang mulai bisa bermain. Anjing itu kadang ikut bermain dengannya. Jadilah anjing itu sangat disayang tuannya sebagaimana sang anak.

Suatu ketika sang tuan pergi untuk berbelanja besar ke pasar yang biasa ia lakukan setiap akhir pekan. Kali ini ia tidak mengajak anjing kesayangannya. Sebab, ketika itu anaknya sedang pulas tidur di kamarnya. Dan ia tugaskan anjingnya untuk menjaga sang anak. Anjing itu menuruti apa kata tuannya walaupun raut mukanya menyiratkan sedikit kekecewaan karena tidak bisa pergi bersama tuannya. Ia kemudian naik ke tempat tidur di mana anak tuannya sedang pulas mendengkur. Ia juga ikut tidur bersamanya untuk menemani dan menjaganya.

Mulailah sang tuan pergi menuju pasar. Sesampainya di sana, ia beli barang-barang yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Tak lupa pula beberapa mainan kesayangan anaknya ia beli semua. Terakhir untuk sang anjing, ia belikan tulang-tulang dan daging kesukannya. Kemudian ia pulang dengan ceria karena ia telah dapat membeli semua barang sesuai rencana.

Sesampainya di rumah, ia langsung disambut oleh anjing kesayangannya dengan penuh suka dan gembira. Tapi sang tuan justru menampakkan ketidaksukaannya --sikap yang tidak pernah ia tunjukkan selama ini. Ia heran melihat mulut anjingnya yang belepotan darah pertanda baru saja ia habis makan besar. Ia mengira bahwa anjingnya telah memangsa sang anak yang ditinggalkannya. Perasaan marah dan sedih berbaur jadi satu. Dengan pikiran kalut ia amat menyesalkan dirinya sendiri mengapa ia tidak mengajak anjing pergi bersamanya atau pergi bersama anaknya atau...

Ia tidak lagi bisa berfikir dengan jernih. Dengan penuh marah dan geram, langsung saja ia ambil sebilah golok panjang dan tanpa pikir lagi ia ayunkan golok itu ke leher anjing yang selama ini selalu menemaninya. Tak ada perlawanan sedikitpun dari sang anjing yang sedang gembira menyambut tuannya datang. Darah muncrat membanjiri halaman rumah. Tubuh anjing itu langsung tergelepar, tergolek,.. dan akhirnya tak bergerak lagi, mati. Ia merasa puas telah membinasakan anjing yang telah merenggut nyawa anaknya. Tapi perasaan sedih tetap saja tidak bisa ia pendam. Dengan air mata yang menggenang di pelopak matanya, ia pergi menuju kamar tempat tidur sang anak. Ia ingin melihat sisa-sisa mayat dan tulang belulang anaknya.

Dibukalah pintu kamar dan langsung ia lemparkan pandangannya ke atas ranjang. Namun, dengan mata melotot dan terbelalak-heran ia temukan seekor ular besar tercabik-cabik di atas ranjang bekas tempat tidur anaknya semula. Kemudian ia cepat bergegas menuju taman di belakang rumah tempat anak dan anjingnya biasa bermain. Ia lihat di sana sang anak tertawa riang bermain di taman itu.

Sekarang, barulah ia menyadari semuanya bahwa ia salah sangka terhadap anjingnya yang selalu setia kepadanya. Sesungguhnya anjing itu sangat gembira ketika menyambut kedatangannya untuk menunjukkan keberhasilannya menjaga anaknya dari gangguan ular berbisa. "Anjing itu ternyata tetap setia dan prasangka itu telah membuatku lupa semuanya.." sesalnya.

Oleh : Mustofa (Alhikmah)

No comments:

Post a Comment