Karena merindukan profil keluarga yang rukun dan damai, Mu Kim Ni, kabur dari rumahnya di Baturaja Sumatera Selatan, tahun 1991. Saat itu, ia baru tamat SMA. Ani, begitu perempuan kelahiran 17 Oktober 1972 ini akrab disapa, menemuka kedamaian dan keharmonisan justru di dalam keluarga sahabat–sahabatnya yang dijumpai di rumah mereka saat belajar bersama semasa SMA.
Ia melihat keluarga teman-temannya yang Muslim sangat harmonis menjalankan ajaran agama Islam dengan tekun. Alasan ini pula yang mendorongnya memeluk Islam. Namanya kemudian berganti menjadi Murniati Mukhlisin.
"Saya ingin memperbaiki keadaan keluarga dan memberikan contoh kepada keluarga terutama adik–adik, tentang makna sebuah keluarga," kata ibu dari Layyina Humaira Tamanni (11), Hayyan Hani Tamanni (9) dan Rayyan Ayman Tamanni (7) ini.
Namun bukannya didengar, ia malah diejek dan dicemooh. Namun, Ani tak terlalu mengambil hati dan tetap melakukan pendekatan pada keluarga.
Melalui seorang wartawan, Ani mendapatkan rekomendasi orangtua asuh dari PITI (Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia). Ia diterima dengan hangat di keluarga Ustazah Qomariah Baladraf Teh Giok Sien di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Di Jakarta, Ani aktif mengikuti kegiatan kepemudaan Islam di Masjid Istiqlal dan di Yayasan H Karim Oei, di Jl Lautze. Secara ekonomi, ia juga mulai mandiri setelah diterima bekerja di sebuah bank swasta di Jalan Sudirman Jakarta. "Walau kadang sedih juga, karena harus melepas jilbab setiba di kantor, karena bank yang banyak memperkerjakan staf non-Muslim tidak memberikan izin berjilbab," katanya.
Walau jauh dari kampung halamannya, ia tetap memperhatikan keluarganya, yang saat itu belum sepenuhnya menerima keislamannya.
Ani mengungkapkan, sejak kabur dari rumah, ia berusaha mengambil hati keluarganya. Berkirim kabar dan hadiah, salah satu upayanya.
Kerja keras wanita yang kini menjabat sebagai wakil ketua Sekolah Tinggi Eknomi Islam Tazkia ini, membuahkan hasil. Mama dan beberapa adiknya luluh hatinya. Tak hanya merangkulnya kembali, belakangan mereka juga turut menganut Islam. Keinginannya terkabul: memiliki keluarga yang hangat dan saling mendukung.
Di sisi spiritual, Ani terus mengasah ilmu agamanya. Ia yang terpacu untuk terus mendalami Islam dengan melanjutkan kuliah di bidang akuntansi syariah setelah dua tahun bekerja di Jakarta. Ani berhasil melanjutkan kuliah di International Islamic Unviersity Malaysia dengan beasiswa dari sebuah perusahaan swasta di sana. Di sana pula Ani belajar Islam lebih insentif, termasuk belajar bahasa Arab.
Bekal keluwesannya dalam bergaul dan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan Arab serta keaktifannya dalam organisasi, membuat Ani semakin mandiri. Bahkan, istri Luqyan Tamanni ini sudah mendapatkan pekerjaan bergengsi ketika belum selesai kuliah, di sebuah lembaga akuntan publik ternama di negeri jiran itu.
Kini, perempuan yang sangat meminati kajian standar akuntansi keuangan syariah internasional ini, segera berangkat ke Inggris untuk melanjutkan kuliah strata tiga. ''Insya Allah dalam waktu dekat saya berangkat," katanya. Di Gloucestershire University, ia bakal menimba ilmu ekonomi syariah.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/08/25/lqhrvo-mualaf-mu-kim-ni-memilih-islam-karena-kagum-dengan-harmonisasi-keluarga-muslim
Friday, August 26, 2011
Thursday, August 25, 2011
Bulan Memang Pernah Terbelah
Dibalik Proyek Amerika Yang Menghabiskan 1 Milyar U$ Ternyata Kebenaran Islam Yang Terungkap.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan”. (QS al Qomar: 1)
Yang menarik adalah ayat di atas menjadi sebab Islamnya seseorang yang nantinya akan menjadi ketua Hizib Islami Britani. Bagaimanakah ceritanya? Ikuti ulasan berikut ini.
Dalam wawancara televisi dengan seorang pakar geologi muslim Prof. Dr. Zaqhlul An-Najar, pembawa acara bertanya kepada beliau tentang ayat diatas: “Apakah terdapat i’jaz ilmi (kemukjizatan yang bersifat sains) yang terkandung di dalam ayat di atas?"
Dr. Zaqhlul memberikan jawaban dengan mengatakan: “Berkenaan dengan ayat ini, aku mempunyai sebuah cerita. Sejak beberapa waktu lamanya aku menjadi tenaga pengajar di Universitas Chardif di bagian barat Inggris. Yang datang mengikuti perkuliahaanku terdiri dari muslim dan non muslim. Pernah suatu ketika terjadi diskusi yang menarik tentang i’jaz ilmi dalam al-Qur`an. Di tengah-tengah diskusi, ada seorang pemuda muslim berdiri dan mengatakan: “Tuan, apakah anda melihat bahwa di dalam firman Allah “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan” terdapat isyarat i’jaz ilmi dalam al-Qur`an?”
Dr. Zaqhlul mengatakan: “Tidak, karena i’jaz ilmi ditafsiri oleh ilmu (sains). Sedangkan mukjizat, ilmu (sains) itu tidak mampu menafsirinya, karena mukjizat adalah suatu perkara luar biasa yang tidak dapat ditafsiri oleh hukum alam (hukum kausalitas). Terbelahnya rembulan adalah mukjizat, yang terjadi untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan bersaksi tentang kenabian dan kerasulannya. Mukjizat visual adalah bukti nyata bagi orang yang menyaksikannya. Seandainya hal itu tidak datang dalam kitab Allah dan sunnah Rarul-Nya tentu kita umat Islam di abad ini tidak wajib mengimaninya. Akan tetapi kita mengimaninya karena telah datang keterangannya didalam kitab Allah dan didalam sunnah Rasul-Nya dan karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Mukjizat Kenabian
Dr. Zaqhlul kemudian menyampaikan terbelahnya rembulan sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab hadits. Dia mengatakan lima tahun sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhijrah dari Makkah ke Madinah, ada sekelompok orang Quraisy yang datang menemui beliau dan mengatakan: “Hai Muhammad, jika engkau benar-benar seorang Nabi dan Rasul maka datangkanlah bukti yang menunjukkan bahwa engkau memang benar-benar seorang Nabi dan Rasul.”
Maka Nabi bertanya kepada mereka: “Apa yang kalian inginkan?”
Mereka berkata dengan tujuan melemahkan dan menantang: “Belahlah untuk kami rembulan itu!”
Nabi lantas berdiri beberapa saat. Beliau berdoa kepada Allah agar memberikan pertolongan untuknya dalam situasi ini. Allah lantas memberikan ilham kepada beliau untuk berisyarat dengan menggunakan jari tangan beliau kearah rembulan. Tiba-tiba rembulan tersebut terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian menjauh dari bagian yang lain selama beberapa jam kemudian menyatu kembali.
Maka orang kafir berkomentar: “Muhammad telah menyihir kita.” Akan tetapi orang-orang yang cerdas di antara mereka mengatakan: “Sesungguhnya sihir itu terkadang dapat mempengaruhi orang-orang yang menyaksikannya dan tidak dapat mempengaruhi seluruh manusia. Maka tunggulah rombongan yang akan datang dari perjalanan.” Maka orang-orang kafir bergegas keluar menuju tempat-tempat keluarnya kota Makkah untuk menunggu orang-orang yang datang dari perjalanan.
Ketika rombongan pertama datang orang kafir menanyakan kepada mereka: “Apakah kalian membuat sesuatu yang aneh telah terjadi pada rembulan itu?” Mereka menjawab: “Ya, benar. Pada malam fulaniah kami melihat rembulan itu telah terbelah menjadi dua dan saling berjauhan satu dari yang lain kemudian kembali menyatu.” Maka berimanlah sebagian dari mereka orang yang beriman dan kafirlah orang yang tetap kafir.
Oleh karena itu Allah berfirman dalam kitabnya:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ . وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُوْلُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ . وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ
“Telah dekat (datangnya) saat itu, dan telah terbelah bulan. Dan jika (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(ini adalah) sihir yang terus menerus.” Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” (QS Al-Qamar ayat 1-3)
Kisah Nyata
Doktor Zaqhlul melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan: “Dan sesudah aku mengakhiri penjelasanku, maka ada seorang pemuda Inggris muslim berdiri dia memperkenalkan dirinya: “Aku bernama Dawud Musa Bidcook, Ketua Hizib Islami Britani.” Setelah itu dia mengatakan: “Tuan, bolehkah aku memberi keterangan tambahan?” Aku Jawab: “Silahkan.” Dia berkata: “Sebelum memeluk Islam saya mempelajari banyak berbagai agama. Satu hari ada seorang mahasiswa muslim memberikan hadiah kepadaku berupa terjemahan Al-Qur’an. Aku berterima kasih kepadanya karena hadiah tersebut. Lalu buku terjemah Al Qur’an tersebut aku bawa pulang kerumah. Saat aku membuka buku terjemah Al-Qur’an itu, surat yang pertama kali aku baca adalah surat Al-Qomar. Aku membaca ayat:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
Maka saya katakan: “Apakah ucapan ini masuk akal? Apa mungkin rembulan itu terbelah kemudian menyatu kembali? Kekuatan apakah yang mampu melakukan itu?” Maka pemuda tadi mengatakan: “Ayat ini membuatku tidak dapat melanjutkan membaca al-Qur`an dan akupun tersibukkan dengan urusan dunia. Akan tetapi Allah mengetahui seberapa jauh keikhlasanku dalam mencari kebenaran. Maka Tuhanku mendudukkan aku di depan televisi Inggris yang di sana ada acara dialog antara komentator Inggris dengan tiga ilmuwan ruang angkasa Amerika.
Pembawa acara ini memberikan komentar miring terhadap tiga pakar tersebut karena telah menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk perjalanan ke ruang angkasa pada saat bumi dipenuhi berbagai problematika kelaparan, kemiskinan, timbulnya berbagai penyakit, dan keterbelakangan. Sang komentator mengatakan: “Seandainya biaya yang demikian banyak itu dihabiskan untuk memakmurkan bumi tentu lebih bermanfaat.”
Akan tetapi tiga pakar tersebut tetap membela pendapat-pendapatnya dengan mengatakan sesungguhnya teknologi ini bisa bermanfaat secara praktis dalam berbagai aspek kehidupan, bisa bermanfaat dalam ilmu kedokteran, industri dan pertanian. Jadi biaya yang demikian besar itu bukanlah harta yang dihambur-hamburkan dengan percuma akan tetapi biaya tersebut membantu perkembangan teknologi yang maju untuk mewujudkan tujuan yang mulia.”
Di sela-sela dialog tersebut muncul penyebutan tentang perjalanan yang mendaratkan seseorang astronot diatas permukaan rembulan. Karena pendaratan tersebut adalah perjalanan ruang angkasa yang paling banyak memakan biaya, ia telah menghabiskan lebih dari 100 milyar US$, maka dengan nada tinggi, komentator Inggris mengatakan: “Kebodohan macam apa ini? 100 milyar US$ hanya untuk mendaratkan seorang ilmuwan Amerika diatas bulan?”
Mereka menjawab: “Tidak, tujuannya bukan untuk mendaratkan ilmuwan Amerika diatas bulan, tapi kami mempelajari susunan bulan bagian dalam. Dan kamipun telah menemukan sebuah fakta ilmiah, seandainya kita menghabiskan biaya berkali-kali lipat daripada ini untuk membuat orang percaya terhadap fakta tersebut, tentu tidak ada orang yang mempercayai kami.”
Maka sang komentator mengatakan: “Fakta apa itu?” Mereka menjawab: “Rembulan ini pernah terbelah pada suatu hari kemudian menyatu kembali.”
Komentator bertanya: “Bagaimana kalian mengetahui hal itu?”
Mereka menerangkan: “Kami mendapatkan sebuah sabuk dari bebatuan yang membelah rembulan dari permukaannya hingga kebagian dalamnya. Kami lantas berembuk dengan para pakar ilmu tanah dan geologi dan mereka mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali jika rembulan pernah terbelah kemudian menyatu lagi.”
Dawud Musa Bidcook lalu mengatakan: “Maka saya segera meloncat dari kursi tempat duduk saya dan saya katakan: “Sebuah mukjizat terjadi untuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada 1400 tahun yang lalu. Allah Subhanahu wa Ta’ala menundukkan orang-orang Amerika untuk membelanjakan lebih dari 100 Milyar US$ guna menetapkan kebenaran mukjizat itu untuk umat Islam?! Kalau begitu, pasti agama ini adalah agama yang haq.” Pemuda itu melanjutkan perkataannya: “Maka sayapun segera kembali ke mushaf dan langsung membaca surat al-Qomar, dan surat itulah yang menjadi pintu masuknya Islam kedalam hatiku.
الحمد لله رب العالمين
(Majalah Qiblati Th. I Ed. 5)
http://qiblati.com/bulan-memang-pernah-terbelah.html
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan”. (QS al Qomar: 1)
Yang menarik adalah ayat di atas menjadi sebab Islamnya seseorang yang nantinya akan menjadi ketua Hizib Islami Britani. Bagaimanakah ceritanya? Ikuti ulasan berikut ini.
Dalam wawancara televisi dengan seorang pakar geologi muslim Prof. Dr. Zaqhlul An-Najar, pembawa acara bertanya kepada beliau tentang ayat diatas: “Apakah terdapat i’jaz ilmi (kemukjizatan yang bersifat sains) yang terkandung di dalam ayat di atas?"
Dr. Zaqhlul memberikan jawaban dengan mengatakan: “Berkenaan dengan ayat ini, aku mempunyai sebuah cerita. Sejak beberapa waktu lamanya aku menjadi tenaga pengajar di Universitas Chardif di bagian barat Inggris. Yang datang mengikuti perkuliahaanku terdiri dari muslim dan non muslim. Pernah suatu ketika terjadi diskusi yang menarik tentang i’jaz ilmi dalam al-Qur`an. Di tengah-tengah diskusi, ada seorang pemuda muslim berdiri dan mengatakan: “Tuan, apakah anda melihat bahwa di dalam firman Allah “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan” terdapat isyarat i’jaz ilmi dalam al-Qur`an?”
Dr. Zaqhlul mengatakan: “Tidak, karena i’jaz ilmi ditafsiri oleh ilmu (sains). Sedangkan mukjizat, ilmu (sains) itu tidak mampu menafsirinya, karena mukjizat adalah suatu perkara luar biasa yang tidak dapat ditafsiri oleh hukum alam (hukum kausalitas). Terbelahnya rembulan adalah mukjizat, yang terjadi untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan bersaksi tentang kenabian dan kerasulannya. Mukjizat visual adalah bukti nyata bagi orang yang menyaksikannya. Seandainya hal itu tidak datang dalam kitab Allah dan sunnah Rarul-Nya tentu kita umat Islam di abad ini tidak wajib mengimaninya. Akan tetapi kita mengimaninya karena telah datang keterangannya didalam kitab Allah dan didalam sunnah Rasul-Nya dan karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Mukjizat Kenabian
Dr. Zaqhlul kemudian menyampaikan terbelahnya rembulan sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab hadits. Dia mengatakan lima tahun sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhijrah dari Makkah ke Madinah, ada sekelompok orang Quraisy yang datang menemui beliau dan mengatakan: “Hai Muhammad, jika engkau benar-benar seorang Nabi dan Rasul maka datangkanlah bukti yang menunjukkan bahwa engkau memang benar-benar seorang Nabi dan Rasul.”
Maka Nabi bertanya kepada mereka: “Apa yang kalian inginkan?”
Mereka berkata dengan tujuan melemahkan dan menantang: “Belahlah untuk kami rembulan itu!”
Nabi lantas berdiri beberapa saat. Beliau berdoa kepada Allah agar memberikan pertolongan untuknya dalam situasi ini. Allah lantas memberikan ilham kepada beliau untuk berisyarat dengan menggunakan jari tangan beliau kearah rembulan. Tiba-tiba rembulan tersebut terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian menjauh dari bagian yang lain selama beberapa jam kemudian menyatu kembali.
Maka orang kafir berkomentar: “Muhammad telah menyihir kita.” Akan tetapi orang-orang yang cerdas di antara mereka mengatakan: “Sesungguhnya sihir itu terkadang dapat mempengaruhi orang-orang yang menyaksikannya dan tidak dapat mempengaruhi seluruh manusia. Maka tunggulah rombongan yang akan datang dari perjalanan.” Maka orang-orang kafir bergegas keluar menuju tempat-tempat keluarnya kota Makkah untuk menunggu orang-orang yang datang dari perjalanan.
Ketika rombongan pertama datang orang kafir menanyakan kepada mereka: “Apakah kalian membuat sesuatu yang aneh telah terjadi pada rembulan itu?” Mereka menjawab: “Ya, benar. Pada malam fulaniah kami melihat rembulan itu telah terbelah menjadi dua dan saling berjauhan satu dari yang lain kemudian kembali menyatu.” Maka berimanlah sebagian dari mereka orang yang beriman dan kafirlah orang yang tetap kafir.
Oleh karena itu Allah berfirman dalam kitabnya:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ . وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُوْلُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ . وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ
“Telah dekat (datangnya) saat itu, dan telah terbelah bulan. Dan jika (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(ini adalah) sihir yang terus menerus.” Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” (QS Al-Qamar ayat 1-3)
Kisah Nyata
Doktor Zaqhlul melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan: “Dan sesudah aku mengakhiri penjelasanku, maka ada seorang pemuda Inggris muslim berdiri dia memperkenalkan dirinya: “Aku bernama Dawud Musa Bidcook, Ketua Hizib Islami Britani.” Setelah itu dia mengatakan: “Tuan, bolehkah aku memberi keterangan tambahan?” Aku Jawab: “Silahkan.” Dia berkata: “Sebelum memeluk Islam saya mempelajari banyak berbagai agama. Satu hari ada seorang mahasiswa muslim memberikan hadiah kepadaku berupa terjemahan Al-Qur’an. Aku berterima kasih kepadanya karena hadiah tersebut. Lalu buku terjemah Al Qur’an tersebut aku bawa pulang kerumah. Saat aku membuka buku terjemah Al-Qur’an itu, surat yang pertama kali aku baca adalah surat Al-Qomar. Aku membaca ayat:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
Maka saya katakan: “Apakah ucapan ini masuk akal? Apa mungkin rembulan itu terbelah kemudian menyatu kembali? Kekuatan apakah yang mampu melakukan itu?” Maka pemuda tadi mengatakan: “Ayat ini membuatku tidak dapat melanjutkan membaca al-Qur`an dan akupun tersibukkan dengan urusan dunia. Akan tetapi Allah mengetahui seberapa jauh keikhlasanku dalam mencari kebenaran. Maka Tuhanku mendudukkan aku di depan televisi Inggris yang di sana ada acara dialog antara komentator Inggris dengan tiga ilmuwan ruang angkasa Amerika.
Pembawa acara ini memberikan komentar miring terhadap tiga pakar tersebut karena telah menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk perjalanan ke ruang angkasa pada saat bumi dipenuhi berbagai problematika kelaparan, kemiskinan, timbulnya berbagai penyakit, dan keterbelakangan. Sang komentator mengatakan: “Seandainya biaya yang demikian banyak itu dihabiskan untuk memakmurkan bumi tentu lebih bermanfaat.”
Akan tetapi tiga pakar tersebut tetap membela pendapat-pendapatnya dengan mengatakan sesungguhnya teknologi ini bisa bermanfaat secara praktis dalam berbagai aspek kehidupan, bisa bermanfaat dalam ilmu kedokteran, industri dan pertanian. Jadi biaya yang demikian besar itu bukanlah harta yang dihambur-hamburkan dengan percuma akan tetapi biaya tersebut membantu perkembangan teknologi yang maju untuk mewujudkan tujuan yang mulia.”
Di sela-sela dialog tersebut muncul penyebutan tentang perjalanan yang mendaratkan seseorang astronot diatas permukaan rembulan. Karena pendaratan tersebut adalah perjalanan ruang angkasa yang paling banyak memakan biaya, ia telah menghabiskan lebih dari 100 milyar US$, maka dengan nada tinggi, komentator Inggris mengatakan: “Kebodohan macam apa ini? 100 milyar US$ hanya untuk mendaratkan seorang ilmuwan Amerika diatas bulan?”
Mereka menjawab: “Tidak, tujuannya bukan untuk mendaratkan ilmuwan Amerika diatas bulan, tapi kami mempelajari susunan bulan bagian dalam. Dan kamipun telah menemukan sebuah fakta ilmiah, seandainya kita menghabiskan biaya berkali-kali lipat daripada ini untuk membuat orang percaya terhadap fakta tersebut, tentu tidak ada orang yang mempercayai kami.”
Maka sang komentator mengatakan: “Fakta apa itu?” Mereka menjawab: “Rembulan ini pernah terbelah pada suatu hari kemudian menyatu kembali.”
Komentator bertanya: “Bagaimana kalian mengetahui hal itu?”
Mereka menerangkan: “Kami mendapatkan sebuah sabuk dari bebatuan yang membelah rembulan dari permukaannya hingga kebagian dalamnya. Kami lantas berembuk dengan para pakar ilmu tanah dan geologi dan mereka mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali jika rembulan pernah terbelah kemudian menyatu lagi.”
Dawud Musa Bidcook lalu mengatakan: “Maka saya segera meloncat dari kursi tempat duduk saya dan saya katakan: “Sebuah mukjizat terjadi untuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada 1400 tahun yang lalu. Allah Subhanahu wa Ta’ala menundukkan orang-orang Amerika untuk membelanjakan lebih dari 100 Milyar US$ guna menetapkan kebenaran mukjizat itu untuk umat Islam?! Kalau begitu, pasti agama ini adalah agama yang haq.” Pemuda itu melanjutkan perkataannya: “Maka sayapun segera kembali ke mushaf dan langsung membaca surat al-Qomar, dan surat itulah yang menjadi pintu masuknya Islam kedalam hatiku.
الحمد لله رب العالمين
(Majalah Qiblati Th. I Ed. 5)
http://qiblati.com/bulan-memang-pernah-terbelah.html
Jahannam Setelah 300 Km
oleh Abu Khalid Al Jadawi
Aku mengenal seorang pemuda yang dulu termasuk orang-orang yang lalai dari mengingat Allah ‘azza wa jalla. Dulu dia bersama dengan teman-teman yang buruk sepanjang masa mudanya. Pemuda itu meriwayatkan kisahnya sendiri:
“Demi Allah, yang tiada sesembahan yang haq selain Dia, aku dulu bersama dengan teman-temanku, dan tidak ada suatu niat dalam diriku untuk melakukan ketaatanpun untuk Allah ‘azza wa jalla, apakah untuk shalat atau yang lain.”
Alkisah kami sekelompok pemuda pergi menuju kota Dammam, ketika kami melewati papan penunjuk jalan, maka teman-teman membacanya: “Dammam, 300 km.” Maka aku katakan kepada mereka bahwa aku melihat papan itu bertuliskan “Jahannam, 300 km.” Merekapun duduk dan menertawakan ucapanku. Aku bersumpah kepada mereka atas hal itu, akan tetapi mereka tidak percaya. Maka merekapun membiarkan dan mendustakanku.
Berlalulah waktu tersebut dalam canda tawa, sementara aku menjadi bingung dengan papan yang telah kubaca tadi.
Selang beberapa waktu, kami mendapatkan penunjuk jalan lain, mereka berkata: “Damman, 200 km.” Kukatakan: “Jahannam, 200 km.” Merekapun menertawakan aku dan menyebutku gila. Kukatakan: “Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya aku melihatnya bertuliskan Jahannam, 200 km.” Merekapun menertawakanku seperti kali pertama. Dan mereka berkata; “Diamlah, kamu membuat kami takut.” Akupun diam, dalam keadaan susah, yang diliputi rasa keheranan aku memikirkan perkara aneh ini.
Keadaanku terus-menerus bersama dengan pikiran dan keheranan, sementara keadaan mereka bersama dengan gelak tawa dan candanya, hingga kemudian kami bertemu dengan papan penunjuk jalan yang ketiga. Mereka berkata: “Tinggal sedikit lagi, Dammam, 100 km.”
Kukatakan: “Demi Allah Yang Maha Agung, aku melihatnya Jahannam, 100 km.” Mereka berkata: “Tinggalkanlah kedustaan, engkau telah menyakiti kami sejak awal perjalanan kita.” Kukatakan: “Turunkan aku, aku ingin kembali.” Mereka berkata: “Apakah engkau sudah gila?” Kukatakan: ”Turunkan aku. Demi Allah, aku tidak akan menyelesaikan perjalanan ini bersama kalian.”
Maka merekapun menurunkanku, akupun pergi ke arah jalan yang berlawanan dari tujuanku semula. Akupun tinggal di jalan itu beberapa saat, dengan memberikan isyarat kepada mobil-mobil untuk berhenti untukku. Selang beberapa saat, berhentilah untukku seorang sopir yang sudah tua, akupun ikut bersama dalam mobilnya.
Saat itu dia dalam keadaan diam lagi sedih, dan tidak berkata-kata walaupun satu kalimat. Maka kukatakan kepadanya: “Baiklah, ada apa dengan anda, kenapa anda tidak berkata-kata?”
Maka dia menjawab: “Sesungguhnya aku sangat terkesima dengan sebuah kecelakaan yang telah kulihat beberapa saat yang lalu. Demi Allah aku belum pernah melihat yang lebih buruk darinya selama kehidupanku.”
Kukatakan kepadanya: “Apakah mereka itu satu keluarga atau selainnya?”
Dia menjawab: “Mereka adalah sekumpulan anak-anak muda, tidak ada seorangpun dari mereka yang selamat.” Maka dia memberitahukan kepadaku ciri-ciri mobilnya, maka akupun mengenalnya, bahwa mereka adalah teman-temanku tadi. Maka akupun meminta kepadanya untuk bersumpah atas apa yang telah dia katakan, maka diapun bersumpah dengan nama Allah.
Maka akupun mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla telah mencabut roh teman-temanku setelah aku turun dari mobil mereka tadi. Dan Dia telah menjadikanku sebagai pelajaran bagi diriku dan yang lain. Akupun memuji Allah yang telah menyelamatkanku di antara mereka.
Syaikh Abu Khalid al-Jadawi (penulis kisah ini) berkata: “Sesungguhnya pemilik kisah ini menjadi seorang laki-laki yang baik. Padanya terdapat tanda-tanda kebaikan, setelah dia kehilangan teman-temannya dengan kisah ini, yang setelahnya dia bertaubat dengan taubat nasuha.”
Maka kukatakan: “Wahai saudaraku, apakah engkau akan menunggu kehilangan empat atau lima teman-temanmu sampai kepada perjalanan seperti perjalanan ini? Agar engkau bisa mengambil pelajaran darinya? Dan tahukah kamu, bahwa kadang bukan engkau yang bertaubat karena sebab kematian teman-temanmu melainkan engkaulah yang menjadi sebab pertaubatan teman-temanmu di atas maksiat dan kerusakan.” Na’udzu billah.
Sumber : Dikutip dengan sedikit perubahan dari Majalah Qiblati edisi 05/III, 2008
http://galuhsurya.wordpress.com/2010/12/03/kisah-nyata-jahannam-setelah-300-km/
Aku mengenal seorang pemuda yang dulu termasuk orang-orang yang lalai dari mengingat Allah ‘azza wa jalla. Dulu dia bersama dengan teman-teman yang buruk sepanjang masa mudanya. Pemuda itu meriwayatkan kisahnya sendiri:
“Demi Allah, yang tiada sesembahan yang haq selain Dia, aku dulu bersama dengan teman-temanku, dan tidak ada suatu niat dalam diriku untuk melakukan ketaatanpun untuk Allah ‘azza wa jalla, apakah untuk shalat atau yang lain.”
Alkisah kami sekelompok pemuda pergi menuju kota Dammam, ketika kami melewati papan penunjuk jalan, maka teman-teman membacanya: “Dammam, 300 km.” Maka aku katakan kepada mereka bahwa aku melihat papan itu bertuliskan “Jahannam, 300 km.” Merekapun duduk dan menertawakan ucapanku. Aku bersumpah kepada mereka atas hal itu, akan tetapi mereka tidak percaya. Maka merekapun membiarkan dan mendustakanku.
Berlalulah waktu tersebut dalam canda tawa, sementara aku menjadi bingung dengan papan yang telah kubaca tadi.
Selang beberapa waktu, kami mendapatkan penunjuk jalan lain, mereka berkata: “Damman, 200 km.” Kukatakan: “Jahannam, 200 km.” Merekapun menertawakan aku dan menyebutku gila. Kukatakan: “Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya aku melihatnya bertuliskan Jahannam, 200 km.” Merekapun menertawakanku seperti kali pertama. Dan mereka berkata; “Diamlah, kamu membuat kami takut.” Akupun diam, dalam keadaan susah, yang diliputi rasa keheranan aku memikirkan perkara aneh ini.
Keadaanku terus-menerus bersama dengan pikiran dan keheranan, sementara keadaan mereka bersama dengan gelak tawa dan candanya, hingga kemudian kami bertemu dengan papan penunjuk jalan yang ketiga. Mereka berkata: “Tinggal sedikit lagi, Dammam, 100 km.”
Kukatakan: “Demi Allah Yang Maha Agung, aku melihatnya Jahannam, 100 km.” Mereka berkata: “Tinggalkanlah kedustaan, engkau telah menyakiti kami sejak awal perjalanan kita.” Kukatakan: “Turunkan aku, aku ingin kembali.” Mereka berkata: “Apakah engkau sudah gila?” Kukatakan: ”Turunkan aku. Demi Allah, aku tidak akan menyelesaikan perjalanan ini bersama kalian.”
Maka merekapun menurunkanku, akupun pergi ke arah jalan yang berlawanan dari tujuanku semula. Akupun tinggal di jalan itu beberapa saat, dengan memberikan isyarat kepada mobil-mobil untuk berhenti untukku. Selang beberapa saat, berhentilah untukku seorang sopir yang sudah tua, akupun ikut bersama dalam mobilnya.
Saat itu dia dalam keadaan diam lagi sedih, dan tidak berkata-kata walaupun satu kalimat. Maka kukatakan kepadanya: “Baiklah, ada apa dengan anda, kenapa anda tidak berkata-kata?”
Maka dia menjawab: “Sesungguhnya aku sangat terkesima dengan sebuah kecelakaan yang telah kulihat beberapa saat yang lalu. Demi Allah aku belum pernah melihat yang lebih buruk darinya selama kehidupanku.”
Kukatakan kepadanya: “Apakah mereka itu satu keluarga atau selainnya?”
Dia menjawab: “Mereka adalah sekumpulan anak-anak muda, tidak ada seorangpun dari mereka yang selamat.” Maka dia memberitahukan kepadaku ciri-ciri mobilnya, maka akupun mengenalnya, bahwa mereka adalah teman-temanku tadi. Maka akupun meminta kepadanya untuk bersumpah atas apa yang telah dia katakan, maka diapun bersumpah dengan nama Allah.
Maka akupun mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla telah mencabut roh teman-temanku setelah aku turun dari mobil mereka tadi. Dan Dia telah menjadikanku sebagai pelajaran bagi diriku dan yang lain. Akupun memuji Allah yang telah menyelamatkanku di antara mereka.
Syaikh Abu Khalid al-Jadawi (penulis kisah ini) berkata: “Sesungguhnya pemilik kisah ini menjadi seorang laki-laki yang baik. Padanya terdapat tanda-tanda kebaikan, setelah dia kehilangan teman-temannya dengan kisah ini, yang setelahnya dia bertaubat dengan taubat nasuha.”
Maka kukatakan: “Wahai saudaraku, apakah engkau akan menunggu kehilangan empat atau lima teman-temanmu sampai kepada perjalanan seperti perjalanan ini? Agar engkau bisa mengambil pelajaran darinya? Dan tahukah kamu, bahwa kadang bukan engkau yang bertaubat karena sebab kematian teman-temanmu melainkan engkaulah yang menjadi sebab pertaubatan teman-temanmu di atas maksiat dan kerusakan.” Na’udzu billah.
Sumber : Dikutip dengan sedikit perubahan dari Majalah Qiblati edisi 05/III, 2008
http://galuhsurya.wordpress.com/2010/12/03/kisah-nyata-jahannam-setelah-300-km/
Membalas Keburukan dengan Kebaikan
Oleh Salahuddin El Ayyubi MA
Suatu ketika pelayan Imam Hasan Al-Bashri menyampaikan bahwa seseorang telah menjelek-jelekkan namanya. Mendengar hal tersebut, sang Imam kemudian memanggil pelayan dan memintanya untuk memberikan kurma pada orang tersebut. Pelayan berkata, “wahai imam, bukankah dia telah menjelekkanmu di hadapan orang banyak. Tapi kenapa engkau malah memberinya kurma?” Sang imam pun menjawab, “Bukankah sudah sepantasnya aku memberikan hadiah bagi orang yang telah membuat diriku berada di sisi Allah SWT.”
“Apa maksud semua ini wahai Jibril?” Tanya Rasul SAW pun ketika turun ayat: “Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf: 199). Jibril pun menjawab, “Wahai Rasul Allah, sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu untuk memaafkan orang yang menzalimimu, memberi kepada orang yang pelit kepadamu, dan menyambung silaturahim kepada orang yang memutuskannya denganmu.”
Jadilah pribadi yang tenang dan menenangkan. Bukan pribadi yang gelisah dan penuh amarah. Tenang bukan berarti tidak mampu, tenang bukan berarti kalah, tenang bukan berarti lambat. Tenang adalah seni menyampaikan kritikan dengan bahasa yang lembut, tenang adalah penyampaian fakta keras dengan cara yang lembut, tenang adalah penolakan berat dengan cara yang ringan. Itulah yang ditunjukkan oleh Rasul SAW ketika penduduk Thaif melempari beliau dengan batu. Beliau malah berdoa, “Allahummahdii qawmii fainnahum laa ya’lamuun...” (Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku ini, karena sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa).
Memang bukan perkara yang mudah untuk menahan marah atau emosi. Apalagi kemudian membalasnya dengan hal yang sebaliknya. Tidak semua orang mampu melakukannya. Sehingga ketika Abdullah bin Amr menanyakan hal apakah yang bisa menjauhkannya dari murka Allah? Rasulullah menjawab: “Laa taghdhab (Janganlah kau marah)!” (HR Imam Ahmad)
Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang keutamaan puasa, Rasulullah SAW bersabda: “... Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah, “Saya sedang berpuasa." Demi Zat yang jiwaku berada di genggaman Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi….” (HR Bukhari).
Mulut yang senantiasa mengucapkan kata-kata indah bukan kata-kata kotor, kata-kata yang menyejukkan bukan yang menyakiti, kata-kata yang menenangkan bukan yang menggelisahkan, kata-kata yang memaafkan bukan yang mendendam, kata-kata yang memuliakan bukan yang menghinakan.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Surah Fussilat: 34-35).
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/24/lqejr9-membalas-keburukan-dengan-kebaikan
Suatu ketika pelayan Imam Hasan Al-Bashri menyampaikan bahwa seseorang telah menjelek-jelekkan namanya. Mendengar hal tersebut, sang Imam kemudian memanggil pelayan dan memintanya untuk memberikan kurma pada orang tersebut. Pelayan berkata, “wahai imam, bukankah dia telah menjelekkanmu di hadapan orang banyak. Tapi kenapa engkau malah memberinya kurma?” Sang imam pun menjawab, “Bukankah sudah sepantasnya aku memberikan hadiah bagi orang yang telah membuat diriku berada di sisi Allah SWT.”
“Apa maksud semua ini wahai Jibril?” Tanya Rasul SAW pun ketika turun ayat: “Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf: 199). Jibril pun menjawab, “Wahai Rasul Allah, sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu untuk memaafkan orang yang menzalimimu, memberi kepada orang yang pelit kepadamu, dan menyambung silaturahim kepada orang yang memutuskannya denganmu.”
Jadilah pribadi yang tenang dan menenangkan. Bukan pribadi yang gelisah dan penuh amarah. Tenang bukan berarti tidak mampu, tenang bukan berarti kalah, tenang bukan berarti lambat. Tenang adalah seni menyampaikan kritikan dengan bahasa yang lembut, tenang adalah penyampaian fakta keras dengan cara yang lembut, tenang adalah penolakan berat dengan cara yang ringan. Itulah yang ditunjukkan oleh Rasul SAW ketika penduduk Thaif melempari beliau dengan batu. Beliau malah berdoa, “Allahummahdii qawmii fainnahum laa ya’lamuun...” (Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku ini, karena sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa).
Memang bukan perkara yang mudah untuk menahan marah atau emosi. Apalagi kemudian membalasnya dengan hal yang sebaliknya. Tidak semua orang mampu melakukannya. Sehingga ketika Abdullah bin Amr menanyakan hal apakah yang bisa menjauhkannya dari murka Allah? Rasulullah menjawab: “Laa taghdhab (Janganlah kau marah)!” (HR Imam Ahmad)
Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang keutamaan puasa, Rasulullah SAW bersabda: “... Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah, “Saya sedang berpuasa." Demi Zat yang jiwaku berada di genggaman Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi….” (HR Bukhari).
Mulut yang senantiasa mengucapkan kata-kata indah bukan kata-kata kotor, kata-kata yang menyejukkan bukan yang menyakiti, kata-kata yang menenangkan bukan yang menggelisahkan, kata-kata yang memaafkan bukan yang mendendam, kata-kata yang memuliakan bukan yang menghinakan.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Surah Fussilat: 34-35).
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/24/lqejr9-membalas-keburukan-dengan-kebaikan
Thursday, August 18, 2011
Misi Iblis
Iblis adalah makhluk dari golongan bangsa jin (QS 18: 50). Sebagaimana kita ketahui, dia tidak mau melaksanakan perintah Tuhannya untuk sujud kepada nabi Adam (QS 7: 11). Ia enggan ikut bersama malaikat untuk sujud (QS 15: 31). Sehingga Allah SWT bertanya kepadanya, “Hai iblis, apakah yang menghalangimu untuk sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku ini?” Kata Iblis: “Aku lebih baik darinya, sebab Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS 38: 75-76).
Itulah iblis, makhluk pertama pembangkang perintah Allah SWT. Kelancangan yang tak layak dinampakkan di hadapan Sang Pencipta. Dan, apapun alasannya itu menjadikan ia terusir dari surga (QS 38: 77). Jadilah ia hina (QS 7: 13), terkutuk (QS 15: 34), sesat (QS 15: 39), dan bahkan termasuk golongan kafir (QS 2: 34).
Usai pembangkangan, iblis berdoa supaya tetap hidup hingga hari kiamat (QS 7: 14). Harapannya, agar dapat menyesatkan seluruh manusia (QS 38: 82). Tentu saja, semua tipu daya dijalankan. Segala rupa misi diterapkan, asalkan tercapai targetnya, yaitu menjadikan manusia sesat.
Mari, kita tengok apa saja misinya:
1. Menyeru manusia agar menjadi kafir (QS 59: 16).
2. Menghalang-halangi manusia dari jalan Allah SWT yang lurus (QS 7: 16).
3. Membisikkan pikiran manusia agar melanggar ketetapan Allah SWT (QS 7: 20).
4. Bersumpah atas nama Allah SWT agar manusia berbuat ingkar (tafsir Ibnu Katsir QS 7: 21).
5. Menjadikan bahwa ingkar kepada Allah SWT itu dipandang baik (QS 15: 39).
6. Menghasut, memberi janji/iming-iming, dan menipu (QS 17: 64).
7. Mampu membuktikan sangkaannya menjadi pembenaran (QS 34: 20).
8. Memutarbalikkan data dan fakta (–Allah SWT tidak menyuruh manusia apa-apa yang dikatakan iblis–) (QS 7: 20).
9. Menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan dan (–sehingga–) menyuruh perbuatan jahat (–curang, licik, segaka cara dilakukan seperti: ribawi, suap, korupsi, nepotisme, dan kecurangan lainnya–) (QS 2: 268).
10. Membangkitkan angan-angan kosong dan tipuan belaka (QS 4: 120).
11. Menggiring, membujuk, menipu, dan menjebak (QS 7: 22).
Itulah sebagian misi iblis. Ternyata, Allah SWT mengabulkan doanya iblis (QS 15: 37), agar dia tetap hidup di dunia hingga manusia dibangkitkan (QS 38: 79). Dengan harapan, dapat menyesatkan semua manusia dari jalan Allah SWT yang lurus (QS 7: 16). Tidak hanya itu, Allah SWT berfirman kepada Iblis dengan: “Hasutlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda (kavaleri) dan pasukanmu yang berjalan kaki (infanteri) dan berserikatlah dengan mereka pada harta (menyusup dalam urusan keuangan) dan anak-anak (keluarganya) dan berilah janji (diiming-imingi) mereka. (QS 17: 64).
Luar biasa! Benar-benar luar biasa! Tak terbayang memang, Allah SWT memberikan kebebasan—menantang—iblis untuk memperbanyak menjadi pengikutnya. Memang, benar-benar luar biasa! Memberikan leluasa kapada musuh paling nyata bagi kita (QS 7: 22). Dan, tidak ada yang mampu melepaskan jeratannya iblis kecuali hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis (QS 15: 40, 38: 83).
"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan (iblis) maka berlindunglah kepada Allah: A'udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim." (QS 7: 200).
Oleh: Akhmad Arifin
Penulis adalah aktivis Masjid Kampus Raden Patah Universitas Brawijaya Malang 2004—2008
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/18/lq3fmh-misi-iblis
Itulah iblis, makhluk pertama pembangkang perintah Allah SWT. Kelancangan yang tak layak dinampakkan di hadapan Sang Pencipta. Dan, apapun alasannya itu menjadikan ia terusir dari surga (QS 38: 77). Jadilah ia hina (QS 7: 13), terkutuk (QS 15: 34), sesat (QS 15: 39), dan bahkan termasuk golongan kafir (QS 2: 34).
Usai pembangkangan, iblis berdoa supaya tetap hidup hingga hari kiamat (QS 7: 14). Harapannya, agar dapat menyesatkan seluruh manusia (QS 38: 82). Tentu saja, semua tipu daya dijalankan. Segala rupa misi diterapkan, asalkan tercapai targetnya, yaitu menjadikan manusia sesat.
Mari, kita tengok apa saja misinya:
1. Menyeru manusia agar menjadi kafir (QS 59: 16).
2. Menghalang-halangi manusia dari jalan Allah SWT yang lurus (QS 7: 16).
3. Membisikkan pikiran manusia agar melanggar ketetapan Allah SWT (QS 7: 20).
4. Bersumpah atas nama Allah SWT agar manusia berbuat ingkar (tafsir Ibnu Katsir QS 7: 21).
5. Menjadikan bahwa ingkar kepada Allah SWT itu dipandang baik (QS 15: 39).
6. Menghasut, memberi janji/iming-iming, dan menipu (QS 17: 64).
7. Mampu membuktikan sangkaannya menjadi pembenaran (QS 34: 20).
8. Memutarbalikkan data dan fakta (–Allah SWT tidak menyuruh manusia apa-apa yang dikatakan iblis–) (QS 7: 20).
9. Menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan dan (–sehingga–) menyuruh perbuatan jahat (–curang, licik, segaka cara dilakukan seperti: ribawi, suap, korupsi, nepotisme, dan kecurangan lainnya–) (QS 2: 268).
10. Membangkitkan angan-angan kosong dan tipuan belaka (QS 4: 120).
11. Menggiring, membujuk, menipu, dan menjebak (QS 7: 22).
Itulah sebagian misi iblis. Ternyata, Allah SWT mengabulkan doanya iblis (QS 15: 37), agar dia tetap hidup di dunia hingga manusia dibangkitkan (QS 38: 79). Dengan harapan, dapat menyesatkan semua manusia dari jalan Allah SWT yang lurus (QS 7: 16). Tidak hanya itu, Allah SWT berfirman kepada Iblis dengan: “Hasutlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda (kavaleri) dan pasukanmu yang berjalan kaki (infanteri) dan berserikatlah dengan mereka pada harta (menyusup dalam urusan keuangan) dan anak-anak (keluarganya) dan berilah janji (diiming-imingi) mereka. (QS 17: 64).
Luar biasa! Benar-benar luar biasa! Tak terbayang memang, Allah SWT memberikan kebebasan—menantang—iblis untuk memperbanyak menjadi pengikutnya. Memang, benar-benar luar biasa! Memberikan leluasa kapada musuh paling nyata bagi kita (QS 7: 22). Dan, tidak ada yang mampu melepaskan jeratannya iblis kecuali hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis (QS 15: 40, 38: 83).
"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan (iblis) maka berlindunglah kepada Allah: A'udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim." (QS 7: 200).
Oleh: Akhmad Arifin
Penulis adalah aktivis Masjid Kampus Raden Patah Universitas Brawijaya Malang 2004—2008
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/18/lq3fmh-misi-iblis
Si Gembel yang Luar Biasa
Allah benar-benar memberi saya sebaik-baik pengalaman hari ini. Pengalaman yang luar biasa sekaligus bikin miris hati.
Sosok itu jelas di mata saya. Seorang pria kumal bin dekil dengan rambut gimbal dan kulit hitam yang sedang clingak-clinguk. Setiap orang yang pertama kali melihatnya pasti akan bilang dia orang gila. Karena memang seperti itu tampilannya. Tapi kenapa beliau ke masjid? Emang beliau mau ngapain?
Sambil memakai mukena pelan-pelan saya fokuskan mata dan pikiran saya ke sosok menarik ini. Tiba-tiba beliau menggulung kedua celana panjang hitam bercampur coklat lumpur dan debunya, lalu berdiri seperti menunggu.
Oh..rupanya beliau mau ke kamar mandi. Tapi kenapa nunggu? Betul kamar mandi untuk prianya sedang ada yang pakai, tapi kamar mandi untuk wanitanya kan kosong? Kalau beliau kurang waras pasti beliau bisa dong main nyelonong aja ke situ? Berarti beliau tau kalau kamar mandi satunya untuk wanita dan beliau tidak berhak di situ?
Ngga lama kemudian bliau keluar dan segera ke tempat wudhu. Mau ngapain beliau? Oh..mungkin mau membasuh muka, rambut, dan tangannya saja. Saya ngga sempat perhatikan sampai selesai karena iqomat sudah berbunyi.
Saya pun menyempurnakan sholat Dhuhur hingga akhir. Begitu berdiri dan balik badan (adalah kebiasaan saya melipat mukena sambil berdiri…), kagetlah saya karena beliau si kumal itu sedang duduk attahiyyat akhir di teras masjid sambil menggerakkan ibu jarinya di tiap ruas jari yang lain.
Subhanallah… saya bener2 bengong. Antara pikiran dan hati saya langsung ngga nyambung. Pikiran saya ‘menolak’ kenyataan beliau sholat karena pakaian beliau yang menurut saya ngga sah untuk sholat. Tapi hati saya benar2 terenyuh sekaligus bangga.
Saya pun merapikan mukena masjid dan bersiap memakai kaos kaki. Begitu mau keluar pintu masjid, nampak beliau keluar gerbang masjid sambil menunjuk kotak infaq di belakang suami saya yang tersenyum.
Saya menebak apa yang sedang terjadi. Akhirnya saya menyusul suami keluar dan melewati beliau yang sudah duduk di samping luar masjid. “Yah, orang itu tadi sholat ya?”. “Iya. Terus tadi ayah kasih uang juga ngga mau. Malah nunjuk ke kotak infaq.” Allahu Akbar…benar tebakan saya. Beliau si kumal itu masih bisa menolak uang dan bahkan mengarahkan suami untuk memasukannya ke kotak infaq.
Tiga hal tadi sudah bisa membuat saya sangat kacau. Saya bangga. Tapi ngga lama kemudian saya berbisik, “Robb…beliau sudah berbuat hebat seperti itu. Tapi adakah perhatian dari orang2 sekitar? Dari tadi hamba lihat wanita berkerudung panjang berseliweran. Pria-pria berjenggot lagi bersih juga hilir mudik.
Dan bukankah beberapa meter dari masjid ini ada komplek perumahan tempat tinggal walikota dari partai dakwah, daiyah terkenal, dan seorang pengusaha muslim beraset miliaran? Apakah beliau ini luput dari penglihatan mereka? Atau memang beliau sudah didekati tapi tidak mau?”. Saya sibuk menerka sendiri dengan tetap mengutamakan khusnuzhon.
Saya dan suami pun menuju motor sambil terdiam. Saya merasa linglung. Secara logika saya ngga terima. Tapi dengan imanlah akhirnya saya bisa memahami. Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.
Apa yang saya lihat hari ini tidak kalah berharga dengan kisah-kisah hebat para Nabi dan Sahabat yang pernah saya baca. Dan saya, berjuta kali lebih menghormati beliau ketimbang orang-orang berilmu dengan deretan titel haji, doktor, profesor, dan sebagainya, tapi masih sanggup korupsi, sanggup menipu dan merampok hak orang bahkan rakyat, dan sanggup berbuat nista lainnya.
Maha Suci Alloh yang telah mengizinkan saya mengalami peristiwa ini. Dan semoga Alloh juga yang akan membuka hati masyarakat di sana untuk bersungguh-sungguh merangkul beliau. Amiin…
Oleh Ruhana Taqiyya
http://www.eramuslim.com/oase-iman/ruhana-taqiyya-si-gembel-yang-luar-biasa.htm
Sosok itu jelas di mata saya. Seorang pria kumal bin dekil dengan rambut gimbal dan kulit hitam yang sedang clingak-clinguk. Setiap orang yang pertama kali melihatnya pasti akan bilang dia orang gila. Karena memang seperti itu tampilannya. Tapi kenapa beliau ke masjid? Emang beliau mau ngapain?
Sambil memakai mukena pelan-pelan saya fokuskan mata dan pikiran saya ke sosok menarik ini. Tiba-tiba beliau menggulung kedua celana panjang hitam bercampur coklat lumpur dan debunya, lalu berdiri seperti menunggu.
Oh..rupanya beliau mau ke kamar mandi. Tapi kenapa nunggu? Betul kamar mandi untuk prianya sedang ada yang pakai, tapi kamar mandi untuk wanitanya kan kosong? Kalau beliau kurang waras pasti beliau bisa dong main nyelonong aja ke situ? Berarti beliau tau kalau kamar mandi satunya untuk wanita dan beliau tidak berhak di situ?
Ngga lama kemudian bliau keluar dan segera ke tempat wudhu. Mau ngapain beliau? Oh..mungkin mau membasuh muka, rambut, dan tangannya saja. Saya ngga sempat perhatikan sampai selesai karena iqomat sudah berbunyi.
Saya pun menyempurnakan sholat Dhuhur hingga akhir. Begitu berdiri dan balik badan (adalah kebiasaan saya melipat mukena sambil berdiri…), kagetlah saya karena beliau si kumal itu sedang duduk attahiyyat akhir di teras masjid sambil menggerakkan ibu jarinya di tiap ruas jari yang lain.
Subhanallah… saya bener2 bengong. Antara pikiran dan hati saya langsung ngga nyambung. Pikiran saya ‘menolak’ kenyataan beliau sholat karena pakaian beliau yang menurut saya ngga sah untuk sholat. Tapi hati saya benar2 terenyuh sekaligus bangga.
Saya pun merapikan mukena masjid dan bersiap memakai kaos kaki. Begitu mau keluar pintu masjid, nampak beliau keluar gerbang masjid sambil menunjuk kotak infaq di belakang suami saya yang tersenyum.
Saya menebak apa yang sedang terjadi. Akhirnya saya menyusul suami keluar dan melewati beliau yang sudah duduk di samping luar masjid. “Yah, orang itu tadi sholat ya?”. “Iya. Terus tadi ayah kasih uang juga ngga mau. Malah nunjuk ke kotak infaq.” Allahu Akbar…benar tebakan saya. Beliau si kumal itu masih bisa menolak uang dan bahkan mengarahkan suami untuk memasukannya ke kotak infaq.
Tiga hal tadi sudah bisa membuat saya sangat kacau. Saya bangga. Tapi ngga lama kemudian saya berbisik, “Robb…beliau sudah berbuat hebat seperti itu. Tapi adakah perhatian dari orang2 sekitar? Dari tadi hamba lihat wanita berkerudung panjang berseliweran. Pria-pria berjenggot lagi bersih juga hilir mudik.
Dan bukankah beberapa meter dari masjid ini ada komplek perumahan tempat tinggal walikota dari partai dakwah, daiyah terkenal, dan seorang pengusaha muslim beraset miliaran? Apakah beliau ini luput dari penglihatan mereka? Atau memang beliau sudah didekati tapi tidak mau?”. Saya sibuk menerka sendiri dengan tetap mengutamakan khusnuzhon.
Saya dan suami pun menuju motor sambil terdiam. Saya merasa linglung. Secara logika saya ngga terima. Tapi dengan imanlah akhirnya saya bisa memahami. Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.
Apa yang saya lihat hari ini tidak kalah berharga dengan kisah-kisah hebat para Nabi dan Sahabat yang pernah saya baca. Dan saya, berjuta kali lebih menghormati beliau ketimbang orang-orang berilmu dengan deretan titel haji, doktor, profesor, dan sebagainya, tapi masih sanggup korupsi, sanggup menipu dan merampok hak orang bahkan rakyat, dan sanggup berbuat nista lainnya.
Maha Suci Alloh yang telah mengizinkan saya mengalami peristiwa ini. Dan semoga Alloh juga yang akan membuka hati masyarakat di sana untuk bersungguh-sungguh merangkul beliau. Amiin…
Oleh Ruhana Taqiyya
http://www.eramuslim.com/oase-iman/ruhana-taqiyya-si-gembel-yang-luar-biasa.htm
WHO: 2015, Rokok Menjadi Pembunuh Nomor Satu
Merokok diprediksi akan menjadi kebiasaan yang paling berbahaya bagi kesehatan karena akan membunuh lebih dari 6,4 juta orang setiap tahunnya mulai tahun 2015, ujar WHO.
Hidayatullah.com–Hasil penelitian yang diumumkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (28/11). Jumlah kematian akibat rokok dan penyakit yang diakibatkan rokok itu, bahkan mengungguli kematian akibat penyebaran virus HIV/AIDS.
“Merokok meningkatkan penyebaran penyakit seperti kanker dan serangan jantung yang prosentasenya 50 persen lebih tinggi dari pada serangan HIV/AIDS,” demikian laporan WHO kepada The Seattle Times.
Meski begitu HIV/AIDS akan tetap menjadi epidemi terbesar yang diperkirakan banyak terjadi di negara berpandapatan rendah dan menengah. WHO juga mengelompokkan 10 penyakit paling mematikan yang dimulai pada 2015 sampai 2030.
“Pada tahun 2015, penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu di dunia adalah yang disebabkan rokok dan berperan atas 10 persen kematian di seluruh dunia,” tambah Colin Mathers, salah satu anggota proyek penelitian WHO dalam Public Library of Science Medicine (PLoS Medicine).
Sedangkan pada 2030, akan lebih banyak orang yang punya kemampuan melawan penyakit saat masih anak-anak dan bisa berumur panjang. Tetapi prosentase kematian oleh penyakit kronis seperti kanker, paru-paru dan jantung serta diabetes yang diakibatkan rokok meningkat sampai 70 persen.
Sedangkan kematian akibat HIV/AIDS yang diperkirakan mencapai 2,9 juta orang per tahun akan melambat. Pada tahun 2015, jumlah kematian akibat HIV/AIDS diperkirakan sekitar 4,3 juta dan menjadi 6,5 juta pada tahun 2030. “Jumlah itu sedikit di bawah penyakit akibat merokok yang membunuh 8,3 juta orang pada 2030 ,” tambah Mathers.
“Menurut skenario kami, AIDS/HIV hanya menjadi epidemi yang menewaskan banyak orang secara luas di negara berkembang dan miskin. Itu akibat penggunaan obat terlarang,” kata Mathers.
WHO menunjuk peredaran dan penjualan rokok yang bebas di negara-negara miskin dan sedang berkembang sebagai biang meningkatnya kematian itu. Di saat bersamaan pangsa pasar tembakau semakin dibatasi di negara-negara maju.
“Ada imbauan bahwa mengurangi rokok adalah cara yang tepat untuk menekan penyakit dan kematian. Tetapi sejak saat ini cara terbaik adalah menghentikan sama sekali kebiasaan merokok, bukan menguranginya,” tandas Mathers. [seattle/sy/cha]
http://bebasrokok.wordpress.com/2009/02/04/who-2015-rokok-menjadi-pembunuh-nomor-satu/#more-295
Hidayatullah.com–Hasil penelitian yang diumumkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (28/11). Jumlah kematian akibat rokok dan penyakit yang diakibatkan rokok itu, bahkan mengungguli kematian akibat penyebaran virus HIV/AIDS.
“Merokok meningkatkan penyebaran penyakit seperti kanker dan serangan jantung yang prosentasenya 50 persen lebih tinggi dari pada serangan HIV/AIDS,” demikian laporan WHO kepada The Seattle Times.
Meski begitu HIV/AIDS akan tetap menjadi epidemi terbesar yang diperkirakan banyak terjadi di negara berpandapatan rendah dan menengah. WHO juga mengelompokkan 10 penyakit paling mematikan yang dimulai pada 2015 sampai 2030.
“Pada tahun 2015, penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu di dunia adalah yang disebabkan rokok dan berperan atas 10 persen kematian di seluruh dunia,” tambah Colin Mathers, salah satu anggota proyek penelitian WHO dalam Public Library of Science Medicine (PLoS Medicine).
Sedangkan pada 2030, akan lebih banyak orang yang punya kemampuan melawan penyakit saat masih anak-anak dan bisa berumur panjang. Tetapi prosentase kematian oleh penyakit kronis seperti kanker, paru-paru dan jantung serta diabetes yang diakibatkan rokok meningkat sampai 70 persen.
Sedangkan kematian akibat HIV/AIDS yang diperkirakan mencapai 2,9 juta orang per tahun akan melambat. Pada tahun 2015, jumlah kematian akibat HIV/AIDS diperkirakan sekitar 4,3 juta dan menjadi 6,5 juta pada tahun 2030. “Jumlah itu sedikit di bawah penyakit akibat merokok yang membunuh 8,3 juta orang pada 2030 ,” tambah Mathers.
“Menurut skenario kami, AIDS/HIV hanya menjadi epidemi yang menewaskan banyak orang secara luas di negara berkembang dan miskin. Itu akibat penggunaan obat terlarang,” kata Mathers.
WHO menunjuk peredaran dan penjualan rokok yang bebas di negara-negara miskin dan sedang berkembang sebagai biang meningkatnya kematian itu. Di saat bersamaan pangsa pasar tembakau semakin dibatasi di negara-negara maju.
“Ada imbauan bahwa mengurangi rokok adalah cara yang tepat untuk menekan penyakit dan kematian. Tetapi sejak saat ini cara terbaik adalah menghentikan sama sekali kebiasaan merokok, bukan menguranginya,” tandas Mathers. [seattle/sy/cha]
http://bebasrokok.wordpress.com/2009/02/04/who-2015-rokok-menjadi-pembunuh-nomor-satu/#more-295
Mengerikan: Inilah Barisan-barisan Manusia di Akhirat Kelak. Anda di Barisan Dimana?
Suatu ketika, Muadz bin Jabal ra mengadap Rasulullah SAW dan bertanya: “Wahai Rasulullah, tolong jelaskan kepadaku mengenai firman Allah SWT: Pada sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris” (Surah an-Naba’:18)
Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab: “Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepada aku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris menjadi 12 barisan, masing-masing dengan pembawaan mereka sendiri….”
Maka dijelaskanlah oleh Rasulullah ke 12 barisan tersebut :-
BARISAN PERTAMA
Diiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEDUA
Diiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan solat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KETIGA
Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking. “Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEEMPAT
Diiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancutan keluar dari mulut mereka. “Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jualbeli, maka inilah balasannya dan tempat mereka adalah neraka…”
BARISAN KELIMA
Diiring dari kubur dengan bau lebih busuk daripada bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. “Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka, takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula rasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEENAM
Diiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. “Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KETUJUH
Diiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. “Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KELAPAN
Diiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. “Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEMBILAN
Diiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. “Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEPULUH
Diiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan kusta. “Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEBELAS
Diiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. “Mereka adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEDUA BELAS
Mereka diiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka,datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan: “Mereka adalah orang yang beramal salih dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat keampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih…”
http://ustadchandra.wordpress.com/2011/08/12/mengerikan-inilah-barisan-barisan-manusia-di-akhirat-kelak-anda-di-barisan-dimana/
Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab: “Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepada aku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris menjadi 12 barisan, masing-masing dengan pembawaan mereka sendiri….”
Maka dijelaskanlah oleh Rasulullah ke 12 barisan tersebut :-
BARISAN PERTAMA
Diiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEDUA
Diiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan solat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KETIGA
Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking. “Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEEMPAT
Diiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancutan keluar dari mulut mereka. “Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jualbeli, maka inilah balasannya dan tempat mereka adalah neraka…”
BARISAN KELIMA
Diiring dari kubur dengan bau lebih busuk daripada bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. “Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka, takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula rasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEENAM
Diiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. “Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KETUJUH
Diiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. “Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KELAPAN
Diiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. “Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEMBILAN
Diiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. “Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEPULUH
Diiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan kusta. “Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEBELAS
Diiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. “Mereka adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEDUA BELAS
Mereka diiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka,datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan: “Mereka adalah orang yang beramal salih dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat keampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih…”
http://ustadchandra.wordpress.com/2011/08/12/mengerikan-inilah-barisan-barisan-manusia-di-akhirat-kelak-anda-di-barisan-dimana/
Bagimu Saudaraku yang Belum Dikaruniai Anak
Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam.
Anak merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang amat agung di sisi manusia. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki”. [ QS. Asy Syura (42) : 49]
Namun demikian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa anak juga dapat menjadi fitnah (cobaan/musibah) bagi orang tuanya jika anak tersebut menjadikan orang tuanya lalai dari bertaqwa kepada Allah. Oleh karena itu Allah ingatkan kita dalam banyak firmanNya agar anak-anak tidak menjadi fitnah bagi kita.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. [ QS. Al Munafiqun (63) : 9]
Maka demikianlah nikmat jika kita tidak pandai bersyukur maka nikmat tersebut akan menjadi bencana buat kita, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memperingatkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah) akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”. [ QS. Ibrohim (14) : 7]
Saudara-saudaraku –semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas jalan yang benar- adalah sebuah kenyataan yang sering mata ini melihatnya ketika dua orang insan yang telah menikah namun belum dikaruniai anak (padahal mereka telah lama menikah). Demi mendapatkan anak mereka melanggar aturan Allah ‘Azza wa Jalla semisal mendatangi dukun (walaupun dengan sebutan orang pintar), mengkonsumsi obat-obat yang haram hingga tak jarang menceraikan istri mereka. Untuk itulah aku goreskan pena ini untuk kita wahai saudaraku agar kita terhindar dari hal di atas.
[Salah Solusi bagi Pasangan yang Belum Dianugrahi Anak]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka, Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. [ QS. Nuh (71) : 10-12]
Seorang ‘Ulama Tafsir yang Masyhur Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi rohimahullah menukil sebuah atsar yang diriwayatkan dari Ar Robi’ bin Shobih,
وقال ابن صبيح: شكا رجل إلى الحسن الجدوبة فقال له: استغفر الله.
وشكا آخر إليه الفقر فقال له: استغفر الله.
وقال له آخر. ادع الله أن يرزقني ولدا، فقال له: استغفر الله.وشكا إليه آخر جفاف بستانه،
فقال له: استغفر الله.
فقلنا له في ذلك ؟ فقال: ما قلت من عندي شيئا، إن الله تعالى يقول في سورة ” نوح “: ” استغفروا ربكم إنه كان غفارا.
يرسل السماء عليكم مدرارا.
“Ada seseorang yang mengadu kepada Al Hasan Al Bashri tentang paceklik, maka Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Kemudian ada orang lain yang mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Kemudian datang orang lain kepada Beliau dan meminta agar didoakan supaya dikaruniai anak, Beliau mengatakan, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Maka kami katakan kepada Beliau, “Mengapa Engkau memerintahkan kepada mereka semua untuk beristighfarlah kepada Allah ?”
Beliau menjawab, “Aku tidaklah mengatakan hal itu dari diriku sendiri melainkan sesungguhnya Allah Subahanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya),
“Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka, Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat”. [ QS. Nuh (71) : 10-11][1]
Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hafidzahullah mengatakan,
استنبط بعض الصالحين من هذه الآية أن من كانت له رغبة في مال أو ولد فليكثر من الاتسغفار الليل والنهار ولا يمل يعطه الله تعالى مراده من المال والولد
“Sebagian orang-orang yang sholeh[2] berdalil dengan ayat ini untuk menetapkan barangsiapa yang berkeinginan dianugrahi harta, atau anak maka hendaklah ia memperbanyak istighfar di malam hari dan siang hari serta hendaklah ia tidak malas/bosan meminta kepada Allah agar Allah memberikan padanya harta dan anak”[3].
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh orang yang sudah menikah dan belum memilki anak adalah memperbanyak istighfar / taubat kepada Allah. Dan perlu diingat taubat / istighfar itu harus dilaksanakan dari hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan anggota badan. Allahu a’lam.
Demikianlah pembahasan singkat ini, mudah-mudahan kita dapat mengamalkannya. Amin
--------------------------------------------------------------------------------
[1] Lihat Tafsir Al Qurthubi hal. 302/XVII, Syamilah.
[2] Dalam catatan kaki disebutkan bahwa yang dimaksud orang sholeh adalah Al Hasan Al Bashri.
[3] Lihat Aisarut Tafaasir oleh Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hal. 345/V, terbitan Maktabah Al ‘Ulum wal Hikam, Madinah Al Munawaroh, KSA
http://ustadchandra.wordpress.com/2011/08/14/bagimu-saudaraku-yang-belum-dikaruniai-anak/
Anak merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang amat agung di sisi manusia. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki”. [ QS. Asy Syura (42) : 49]
Namun demikian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa anak juga dapat menjadi fitnah (cobaan/musibah) bagi orang tuanya jika anak tersebut menjadikan orang tuanya lalai dari bertaqwa kepada Allah. Oleh karena itu Allah ingatkan kita dalam banyak firmanNya agar anak-anak tidak menjadi fitnah bagi kita.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. [ QS. Al Munafiqun (63) : 9]
Maka demikianlah nikmat jika kita tidak pandai bersyukur maka nikmat tersebut akan menjadi bencana buat kita, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memperingatkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah) akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”. [ QS. Ibrohim (14) : 7]
Saudara-saudaraku –semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas jalan yang benar- adalah sebuah kenyataan yang sering mata ini melihatnya ketika dua orang insan yang telah menikah namun belum dikaruniai anak (padahal mereka telah lama menikah). Demi mendapatkan anak mereka melanggar aturan Allah ‘Azza wa Jalla semisal mendatangi dukun (walaupun dengan sebutan orang pintar), mengkonsumsi obat-obat yang haram hingga tak jarang menceraikan istri mereka. Untuk itulah aku goreskan pena ini untuk kita wahai saudaraku agar kita terhindar dari hal di atas.
[Salah Solusi bagi Pasangan yang Belum Dianugrahi Anak]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka, Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. [ QS. Nuh (71) : 10-12]
Seorang ‘Ulama Tafsir yang Masyhur Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi rohimahullah menukil sebuah atsar yang diriwayatkan dari Ar Robi’ bin Shobih,
وقال ابن صبيح: شكا رجل إلى الحسن الجدوبة فقال له: استغفر الله.
وشكا آخر إليه الفقر فقال له: استغفر الله.
وقال له آخر. ادع الله أن يرزقني ولدا، فقال له: استغفر الله.وشكا إليه آخر جفاف بستانه،
فقال له: استغفر الله.
فقلنا له في ذلك ؟ فقال: ما قلت من عندي شيئا، إن الله تعالى يقول في سورة ” نوح “: ” استغفروا ربكم إنه كان غفارا.
يرسل السماء عليكم مدرارا.
“Ada seseorang yang mengadu kepada Al Hasan Al Bashri tentang paceklik, maka Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Kemudian ada orang lain yang mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Kemudian datang orang lain kepada Beliau dan meminta agar didoakan supaya dikaruniai anak, Beliau mengatakan, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Maka kami katakan kepada Beliau, “Mengapa Engkau memerintahkan kepada mereka semua untuk beristighfarlah kepada Allah ?”
Beliau menjawab, “Aku tidaklah mengatakan hal itu dari diriku sendiri melainkan sesungguhnya Allah Subahanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya),
“Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka, Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat”. [ QS. Nuh (71) : 10-11][1]
Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hafidzahullah mengatakan,
استنبط بعض الصالحين من هذه الآية أن من كانت له رغبة في مال أو ولد فليكثر من الاتسغفار الليل والنهار ولا يمل يعطه الله تعالى مراده من المال والولد
“Sebagian orang-orang yang sholeh[2] berdalil dengan ayat ini untuk menetapkan barangsiapa yang berkeinginan dianugrahi harta, atau anak maka hendaklah ia memperbanyak istighfar di malam hari dan siang hari serta hendaklah ia tidak malas/bosan meminta kepada Allah agar Allah memberikan padanya harta dan anak”[3].
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh orang yang sudah menikah dan belum memilki anak adalah memperbanyak istighfar / taubat kepada Allah. Dan perlu diingat taubat / istighfar itu harus dilaksanakan dari hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan anggota badan. Allahu a’lam.
Demikianlah pembahasan singkat ini, mudah-mudahan kita dapat mengamalkannya. Amin
--------------------------------------------------------------------------------
[1] Lihat Tafsir Al Qurthubi hal. 302/XVII, Syamilah.
[2] Dalam catatan kaki disebutkan bahwa yang dimaksud orang sholeh adalah Al Hasan Al Bashri.
[3] Lihat Aisarut Tafaasir oleh Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hal. 345/V, terbitan Maktabah Al ‘Ulum wal Hikam, Madinah Al Munawaroh, KSA
http://ustadchandra.wordpress.com/2011/08/14/bagimu-saudaraku-yang-belum-dikaruniai-anak/
Tuesday, August 16, 2011
Iman Sotiria Kouvalis: Tuhan Kutahu Kau Ada...Pilihkan Agama Buatku!
ATHENA - Perkenalan Iman Sotiria Kouvalis dengan Islam dimulai dengan cara yang aneh. Suatu hari melihat perempuan Muslim di kampus dan merasa kasihan pada mereka. "Aku tidak mengenal mereka tapi ketika kami menyeberangi jalan di kafetaria, aku tersenyum pada mereka karena aku pikir mereka tertindas. Aku tidak pernah berbicara dengan mereka tapi aku hanya berasumsi bahwa mereka dipaksa memakai jilbab," katanya.
Saat itu, wanita yang tumbuh dan besar di Ontario, Kanada ini mengaku benar-benar berpikir bahwa semua orang di dunia adalah orang Kristen. Kejadian ini terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, sebelum peristiwa 11 september terjadi.
Pada saat yang sama, Iman, begitu ia minta dipanggil sekarang, tengah mengalami kekosongan batin. Meskipun dibesarkan dalam keluarga Ortodoks Yunani dan menghadiri gereja setiap Minggu hampir tak pernah bolong, "Gereja tidak lagi memiliki arti dalam hidupku dan ada banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Gereja," katanya.
Suatu dikotomi mulai muncul, di mana kehidupan dan agama itu hanyut ke sisi berlawanan. "Aku tidak bisa melihat bagaimana membuat agama relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dan itulah bagaimana aku mulai menjauh dari Gereja," katanya.
Di kampus, ia mulai berinteraksi dengan mahasiswa Muslim. "Mereka menghidupkan kembali rohaniku untuk menjadi dekat dengan Tuhan lagi," katanya. Ia mengaku sedikit cemburu; bagaimana mereka begitu setia dan damai dan aku tidak, meskipun aku akan ke surga dan mereka tidak?
Ia mulai masuk ke perdebatan agama dengan mereka. Salah satu misinya, mengenalkan Yesus. Ketika mereka menyatakan percaya pada Yesus, ia terkejut. "Mereka menghormati Yesus bukan sebagai Tuhan, tapi utusan Tuhan dan salah satu nabi mereka," katanya.
Diam-diam, ketika tidak ada yang melihat, ia menyelinap ke perpustakaan untuk membaca tentang Islam untuk meyakinkan mereka bahwa mereka salah. "Aku hanya menemukan beberapa buku benar-benar aneh dan tua. Saat itu adalah zaman pra-Google sehingga tidak ada sumber informasi lain yang bisa dikorek," katanya.
Suatu hari, saat berjalan menyusuri salah satu aula universitas ia melihat beberapa pamflet di dinding tentang Islam. Sampai di rumah ia mulai membaca dan takjub. Satu pamflet bahkan berbicara tentang isyarat Muhammad dalam Alkitab. "Alkitab? Aku pikir ini bohong! Tapi aku memeriksa ayat dalam Alkitab, ternyata benar," katanya.
Ia makin bimbang. "Sampai di satu titik aku berdoa pada Tuhan untuk menunjukkan mana agama yang benar," katanya.
Ia mendatangi gereja lagi, dan lebih sering ke sana, dua kali seminggu. "Aku mulai membaca Alkitab lagi, tapi kali ini dalam rangka untuk menemukan jawaban atas pertanyaanku," katanya.
Setelah berbulan-bulan ini, ia mengaku tidak tahan lagi dan memutuskan untuk pergi menemui pendeta. "Pertanyaanku tiga: Jika Yesus mati untuk dosa-dosa kita dan kita hanya perlu percaya ini untuk diselamatkan dan masuk surga, lalu bagaimana itu masuk akal? Itu berarti aku dapat melakukan dosa dan diselamatkan? Bagaimana bisa Tuhan 3 in 1? Apa pendapat Anda tentang Islam?"
"Untuk dua pertanyaan pertama, ia mencoba yang terbaik untuk menjelaskan, tapi sudah jelas bagiku bahwa ada banyak ambiguitas dalam jawabannya. Ketika kami sampai ke pertanyaan ketiga, matanya melotot keluar dan wajahnya memerah! Ia memintaku untuk menjauh dari orang-orang yang mempengaruhiku hingga bertanya demikian."
Ia meninggalkan pertemuan dengan kecewa. "Untuk pertama kalinya, hal ini menyebabkan celah pasti dalam imanku. Aku justru makin menemukan jawaban," katanya.
Setelah berbulan-bulan lebih intens membaca, studi kritis terhadap kedua agama dan berdoa pada Tuhan untuk ditunjukkan agamanya, hatinya makin condong pada Islam. Namun, ia masih ragu dan takut akan perubahan sikap orang-orang terdekatnya, terutama keluarganya. Ia takut menyakiti hati mereka.
Namun, ia dikuatkan setelah bertemu ayat 113-115 dalam surat Ali Imran. "Aku mengerti bahwa sebagai Muslim kita harus menghormati orang dari agama lain untuk beberapa dari mereka benar-benar tulus dan mereka percaya Allah. Pada akhirnya, bukan mereka atau aku yang akan menghakimi orang, hanya Tuhan yang bisa melakukan itu," katanya.
Iapun memutuskan bersyahadat. "Aku datang pada Islam melalui buku. Melalui studi kritis dan intens seperti mualaf lain. Jika Anda berada dalam situasi ini, Anda berutang kepada diri sendiri untuk menemukan jawaban sekarang karena kita tidak tahu kapan kita akan mati. Dan untuk mengetahui bahwa Tuhan memberikan kita pikiran untuk berpikir kritis. It's OK untuk mengajukan pertanyaan dan it's OK untuk menemukan jawaban."
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/08/16/lq09sr-mualaf-iman-sotiria-kouvalis-tuhan-kutahu-kau-adapilihkan-agama-buatku
Saat itu, wanita yang tumbuh dan besar di Ontario, Kanada ini mengaku benar-benar berpikir bahwa semua orang di dunia adalah orang Kristen. Kejadian ini terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, sebelum peristiwa 11 september terjadi.
Pada saat yang sama, Iman, begitu ia minta dipanggil sekarang, tengah mengalami kekosongan batin. Meskipun dibesarkan dalam keluarga Ortodoks Yunani dan menghadiri gereja setiap Minggu hampir tak pernah bolong, "Gereja tidak lagi memiliki arti dalam hidupku dan ada banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Gereja," katanya.
Suatu dikotomi mulai muncul, di mana kehidupan dan agama itu hanyut ke sisi berlawanan. "Aku tidak bisa melihat bagaimana membuat agama relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dan itulah bagaimana aku mulai menjauh dari Gereja," katanya.
Di kampus, ia mulai berinteraksi dengan mahasiswa Muslim. "Mereka menghidupkan kembali rohaniku untuk menjadi dekat dengan Tuhan lagi," katanya. Ia mengaku sedikit cemburu; bagaimana mereka begitu setia dan damai dan aku tidak, meskipun aku akan ke surga dan mereka tidak?
Ia mulai masuk ke perdebatan agama dengan mereka. Salah satu misinya, mengenalkan Yesus. Ketika mereka menyatakan percaya pada Yesus, ia terkejut. "Mereka menghormati Yesus bukan sebagai Tuhan, tapi utusan Tuhan dan salah satu nabi mereka," katanya.
Diam-diam, ketika tidak ada yang melihat, ia menyelinap ke perpustakaan untuk membaca tentang Islam untuk meyakinkan mereka bahwa mereka salah. "Aku hanya menemukan beberapa buku benar-benar aneh dan tua. Saat itu adalah zaman pra-Google sehingga tidak ada sumber informasi lain yang bisa dikorek," katanya.
Suatu hari, saat berjalan menyusuri salah satu aula universitas ia melihat beberapa pamflet di dinding tentang Islam. Sampai di rumah ia mulai membaca dan takjub. Satu pamflet bahkan berbicara tentang isyarat Muhammad dalam Alkitab. "Alkitab? Aku pikir ini bohong! Tapi aku memeriksa ayat dalam Alkitab, ternyata benar," katanya.
Ia makin bimbang. "Sampai di satu titik aku berdoa pada Tuhan untuk menunjukkan mana agama yang benar," katanya.
Ia mendatangi gereja lagi, dan lebih sering ke sana, dua kali seminggu. "Aku mulai membaca Alkitab lagi, tapi kali ini dalam rangka untuk menemukan jawaban atas pertanyaanku," katanya.
Setelah berbulan-bulan ini, ia mengaku tidak tahan lagi dan memutuskan untuk pergi menemui pendeta. "Pertanyaanku tiga: Jika Yesus mati untuk dosa-dosa kita dan kita hanya perlu percaya ini untuk diselamatkan dan masuk surga, lalu bagaimana itu masuk akal? Itu berarti aku dapat melakukan dosa dan diselamatkan? Bagaimana bisa Tuhan 3 in 1? Apa pendapat Anda tentang Islam?"
"Untuk dua pertanyaan pertama, ia mencoba yang terbaik untuk menjelaskan, tapi sudah jelas bagiku bahwa ada banyak ambiguitas dalam jawabannya. Ketika kami sampai ke pertanyaan ketiga, matanya melotot keluar dan wajahnya memerah! Ia memintaku untuk menjauh dari orang-orang yang mempengaruhiku hingga bertanya demikian."
Ia meninggalkan pertemuan dengan kecewa. "Untuk pertama kalinya, hal ini menyebabkan celah pasti dalam imanku. Aku justru makin menemukan jawaban," katanya.
Setelah berbulan-bulan lebih intens membaca, studi kritis terhadap kedua agama dan berdoa pada Tuhan untuk ditunjukkan agamanya, hatinya makin condong pada Islam. Namun, ia masih ragu dan takut akan perubahan sikap orang-orang terdekatnya, terutama keluarganya. Ia takut menyakiti hati mereka.
Namun, ia dikuatkan setelah bertemu ayat 113-115 dalam surat Ali Imran. "Aku mengerti bahwa sebagai Muslim kita harus menghormati orang dari agama lain untuk beberapa dari mereka benar-benar tulus dan mereka percaya Allah. Pada akhirnya, bukan mereka atau aku yang akan menghakimi orang, hanya Tuhan yang bisa melakukan itu," katanya.
Iapun memutuskan bersyahadat. "Aku datang pada Islam melalui buku. Melalui studi kritis dan intens seperti mualaf lain. Jika Anda berada dalam situasi ini, Anda berutang kepada diri sendiri untuk menemukan jawaban sekarang karena kita tidak tahu kapan kita akan mati. Dan untuk mengetahui bahwa Tuhan memberikan kita pikiran untuk berpikir kritis. It's OK untuk mengajukan pertanyaan dan it's OK untuk menemukan jawaban."
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/08/16/lq09sr-mualaf-iman-sotiria-kouvalis-tuhan-kutahu-kau-adapilihkan-agama-buatku
Sedikit Tentang Sayyidah Fathimah Az-Zahra
Beliau dijuluki Saydatun Nisa`i al-Alamin. Ayahnya Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wa‘Alaa Alihi Wa Sallam, ibunya Khadijah al-Kubra. Dilahirkan di Makkah pada Jum ’at Jumada Tsani. Wafat pada hari Selasa 3 Jumada Tsani tahun 11 Hijrah. Dimakamkan di Baqi, Madinah. Mempunyai 2 anak laki-laki (Hasan dan Husein) dan 2 anak perempuan (Zainab dan Ummu Kultsum).
Siti Fatimah Azzahra putri kesayangan Rasullallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam., hidup zuhud dan tekun beribadah, karena pengabdiannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah menjadi contoh teladan bagi seluruh ummat Islam. Karena pengabdian dan penyerahan dirinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka beliau terkenal dengan sebutan “Al-Batul” orang yang sangat tekun beribadah.
Asma binti Umais, berkata: ”Pada suatu hari aku berada di rumah siti Fatimah. Ketika itu siti Fatimah memakai seuntai kalung pemberian suaminya Imam Ali bin Abi Thalib, hasil pembahagian barang ganimah yang diterimanya. Ketika itu Rasulallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam datang ke rumah Fatimah. Ketika Rasulallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam melihat kalung yang dipakainya, baginda bersabda: ”Hai anakku, apakah engkau bangga disebut orang putri Muhammad, sedangkan engkau sendiri memakai jababirah?”(perhiasan yang biasa dipakai wanita bangsawan.)
Pada waktu itu juga, siti Fatimah melepaskan kalungnya untuk dijual. Hasil penjualan kalung tersebut ia membeli seorang hamba sahaya yang kemudian hamba sahaya itu di merdekakannya. Ketika Rasulallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam mendengarnya, baginda sungguh gembira."
IBADAH SAYYIDAH FATHIMAH AZZAHRA
Al Hasan putra siti Fatimah Azzahra mengatakan:
”Tiap malam Jum’at aku melihat ibuku berada di mihrabnya. Ia terus menerus beruku’ dan bersujud hingga cahaya pagi mulai terang. Aku juga mendengar ibuku selalu berdoa untuk seluruh mukminin dan mukminat, menyebutkan sebahagian nama-nama mereka dan banyak berdoa untuk mereka. Ia tidak berdoa apa-apa untuk dirinya sendiri. Aku pernah bertanya : ”Apa sebab ibu tidak berdoa bagi diri ibu sendiri seperti halnya ibu berdoa untuk orang lain?” Ibu hanya menjawab: ”Tetangga dulu, baru keluarga sendiri ……”
Seorang ahli sufi terkenal Hasan Al-Basri pernah mengatakan:
”Dalam ummat ini, tidak ada wanita yang tekun beribadah, melebihi Siti Fatimah Azzahra, ia terus menerus solat hingga kakinya bengkak.”
www.pondokhabib.wordpress.com
http://zidniagus.wordpress.com/2010/06/15/sedikit-tentang-sayyidah-fathimah-az-zahra/
Siti Fatimah Azzahra putri kesayangan Rasullallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam., hidup zuhud dan tekun beribadah, karena pengabdiannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah menjadi contoh teladan bagi seluruh ummat Islam. Karena pengabdian dan penyerahan dirinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka beliau terkenal dengan sebutan “Al-Batul” orang yang sangat tekun beribadah.
Asma binti Umais, berkata: ”Pada suatu hari aku berada di rumah siti Fatimah. Ketika itu siti Fatimah memakai seuntai kalung pemberian suaminya Imam Ali bin Abi Thalib, hasil pembahagian barang ganimah yang diterimanya. Ketika itu Rasulallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam datang ke rumah Fatimah. Ketika Rasulallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam melihat kalung yang dipakainya, baginda bersabda: ”Hai anakku, apakah engkau bangga disebut orang putri Muhammad, sedangkan engkau sendiri memakai jababirah?”(perhiasan yang biasa dipakai wanita bangsawan.)
Pada waktu itu juga, siti Fatimah melepaskan kalungnya untuk dijual. Hasil penjualan kalung tersebut ia membeli seorang hamba sahaya yang kemudian hamba sahaya itu di merdekakannya. Ketika Rasulallah Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Alihi Wa Sallam mendengarnya, baginda sungguh gembira."
IBADAH SAYYIDAH FATHIMAH AZZAHRA
Al Hasan putra siti Fatimah Azzahra mengatakan:
”Tiap malam Jum’at aku melihat ibuku berada di mihrabnya. Ia terus menerus beruku’ dan bersujud hingga cahaya pagi mulai terang. Aku juga mendengar ibuku selalu berdoa untuk seluruh mukminin dan mukminat, menyebutkan sebahagian nama-nama mereka dan banyak berdoa untuk mereka. Ia tidak berdoa apa-apa untuk dirinya sendiri. Aku pernah bertanya : ”Apa sebab ibu tidak berdoa bagi diri ibu sendiri seperti halnya ibu berdoa untuk orang lain?” Ibu hanya menjawab: ”Tetangga dulu, baru keluarga sendiri ……”
Seorang ahli sufi terkenal Hasan Al-Basri pernah mengatakan:
”Dalam ummat ini, tidak ada wanita yang tekun beribadah, melebihi Siti Fatimah Azzahra, ia terus menerus solat hingga kakinya bengkak.”
www.pondokhabib.wordpress.com
http://zidniagus.wordpress.com/2010/06/15/sedikit-tentang-sayyidah-fathimah-az-zahra/
Kisah Ajaib Sahabat Rasulullah Yang Jenazahnya Dilindungi Lebah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus 10 mata-mata yang dipimpin Ashim bin Tsabit al-Anshari kakek Ashim bin al-Khaththab. Ketika mereka tiba di daerah Huddah antara Asafan dan Makkah mereka berhenti di sebuah kampung suku Hudhail yang biasa disebut sebagai Bani Luhayan.
Kemudian Bani Luhayan mengirim sekitar 100 orang ahli panah untuk mengejar para mata-mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berhasil menemukan sisa makanan berupa biji kurma yang mereka makan di tempat istirahat itu. Mereka berkata, ‘Ini adalah biji kurma Madinah, kita harus mengikuti jejak mereka.’
Ashim merasa rombongannya diikuti Bani Luhayan, kemudian mereka berlindung di sebuah kebun. Bani Luhayan berkata, ‘Turun dan menyerahlah, kami akan membuat perjanjian dan tidak akan membunuh salah seorang di antara kalian.’ Ashim bin Tsabit berkata, ‘Aku tidak akan menyerahkan diri pada orang kafir.’ Lalu memanjatkan doa, ‘Ya Allah, beritakan kondisi kami ini kepada Nabi-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam.’
Rombongan Bani Luhayan melempari utusan Rasulullah dengan tombak, sehingga Ashim pun terbunuh. Utusan Rasulullah tinggal tiga orang, mereka setuju untuk membuat perjanjian.
Mereka itu adalah Hubaib, Zaid bin Dasnah dan seorang lelaki yang kemudian ditombak pula setelah mengikatnya. Laki-laki yang ketiga itu berkata, ‘Ini adalah penghianatan pertama. Demi Allah, aku tidak akan berkompromi kepadamu karena aku telah memiliki teladan (sahabat-sahabatku yang terbunuh).’
Kemudian rombongan Bani Hudhail membawa pergi Hubaib dan Zaid bin Dasnah, mereka berdua dijual. Ini terjadi setelah peperangan Badar. Adalah Bani Harits bin Amr bin Nufail yang membeli Hubaib. Karena Hubaib adalah orang yang membunuh al-Harits bin Amir pada peperangan Badar. Kini Hubaib menjadi tawanan Bani al-Harits yang telah bersepakat untuk membunuhnya.
Pada suatu hari Hubaib meminjam pisau silet dari salah seorang anak perempuan al-Harits untuk mencukur kumisnya, perempuan itu meminjaminya. Tiba-tiba anak laki-laki perempuan itu mendekati Hubaib bahkan duduk di pangkuannya tanpa sepengetahuan ibunya.
Sementara tangan kanan Hubaib memegang silet. Wanita itu berkata, ‘Aku sangat kaget.’ Hubaib pun mengetahui yang kualami. Hubaib berkata, ‘Apakah kamu khawatir aku akan membunuh anakmu? Aku tidak mungkin membunuhnya.’
Wanita itu berkata, ‘Demi Allah aku tidak pernah melihat tawanan sebaik Hubaib. Dan demi Allah pada suatu hari, aku melihat Hubaib makan setangkai anggur dari tangannya padahal kedua tangannya dibelenggu dengan besi, sementara di Makkah sedang tidak musim buah. Sungguh itu merupakan rizki yang dianugrahkan Allah kepada Hubaib.’
Ketika Bani al-Harits membawa keluar Hubaib dari tanah haram untuk membunuhnya, Hubaib berkata, ‘Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan shalat dua rakaat.’ Mereka mengizinkan shalat dua rakaat. Hubaib berkata, ‘Demi Allah, sekiranya kalian tidak menuduhku berputus asa pasti aku menambah shalatku.’ Lalu Hubaib memanjatkan doa, ‘Ya Allah, susutkanlah jumlah bilangan mereka, musnahkanlah mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari keturunannya yang hidup,’ lalu mengucapkan syair:
Mati bagiku bukan masalah, selama aku mati dalam keadaan Islam
Dengan cara apa saja Allah lah tempat kembaliku
Semua itu aku kurbankan demi Engkau Ya Allah
Jika Engkau berkenan,
berkahilah aku berada dalam tembolok burung karena lukaku (syahid)
Lalu Abu Sirwa’ah Uqbah bin Harits tampil untuk membunuh Hubaib. Hubaib adalah orang Islam pertama yang dibunuh dan sebelum dibunuh melakukan shalat.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahu para sahabat pada hari disiksanya Hubaib, bahwa kaum Quraisy mengutus beberapa orang untuk mencari bukti bahwa Ashim bin Tsabit telah terbunuh dalam peristiwa itu, mereka mencari potongan tubuh Ashim. Karena Ashim adalah yang membunuh salah seorang pembesar Quraisy. Tetapi Allah melindungi jenazah Ashim dengan mengirim sejenis sekawanan lebah yang melindungi jenazah Ashim, sehingga orang-orang itu tidak berhasil memotong bagian tubuh jenazah Ashim sedikit pun.” (HR. Al-Bukhari, no. 3989; Abu Dawud, no. 2660.). (ar/kisahmuslim)
http://zidniagus.wordpress.com/2011/04/30/kisah-ajaib-sahabat-rasulullah-yang-jenazahnya-dilindungi-lebah/
Kemudian Bani Luhayan mengirim sekitar 100 orang ahli panah untuk mengejar para mata-mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berhasil menemukan sisa makanan berupa biji kurma yang mereka makan di tempat istirahat itu. Mereka berkata, ‘Ini adalah biji kurma Madinah, kita harus mengikuti jejak mereka.’
Ashim merasa rombongannya diikuti Bani Luhayan, kemudian mereka berlindung di sebuah kebun. Bani Luhayan berkata, ‘Turun dan menyerahlah, kami akan membuat perjanjian dan tidak akan membunuh salah seorang di antara kalian.’ Ashim bin Tsabit berkata, ‘Aku tidak akan menyerahkan diri pada orang kafir.’ Lalu memanjatkan doa, ‘Ya Allah, beritakan kondisi kami ini kepada Nabi-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam.’
Rombongan Bani Luhayan melempari utusan Rasulullah dengan tombak, sehingga Ashim pun terbunuh. Utusan Rasulullah tinggal tiga orang, mereka setuju untuk membuat perjanjian.
Mereka itu adalah Hubaib, Zaid bin Dasnah dan seorang lelaki yang kemudian ditombak pula setelah mengikatnya. Laki-laki yang ketiga itu berkata, ‘Ini adalah penghianatan pertama. Demi Allah, aku tidak akan berkompromi kepadamu karena aku telah memiliki teladan (sahabat-sahabatku yang terbunuh).’
Kemudian rombongan Bani Hudhail membawa pergi Hubaib dan Zaid bin Dasnah, mereka berdua dijual. Ini terjadi setelah peperangan Badar. Adalah Bani Harits bin Amr bin Nufail yang membeli Hubaib. Karena Hubaib adalah orang yang membunuh al-Harits bin Amir pada peperangan Badar. Kini Hubaib menjadi tawanan Bani al-Harits yang telah bersepakat untuk membunuhnya.
Pada suatu hari Hubaib meminjam pisau silet dari salah seorang anak perempuan al-Harits untuk mencukur kumisnya, perempuan itu meminjaminya. Tiba-tiba anak laki-laki perempuan itu mendekati Hubaib bahkan duduk di pangkuannya tanpa sepengetahuan ibunya.
Sementara tangan kanan Hubaib memegang silet. Wanita itu berkata, ‘Aku sangat kaget.’ Hubaib pun mengetahui yang kualami. Hubaib berkata, ‘Apakah kamu khawatir aku akan membunuh anakmu? Aku tidak mungkin membunuhnya.’
Wanita itu berkata, ‘Demi Allah aku tidak pernah melihat tawanan sebaik Hubaib. Dan demi Allah pada suatu hari, aku melihat Hubaib makan setangkai anggur dari tangannya padahal kedua tangannya dibelenggu dengan besi, sementara di Makkah sedang tidak musim buah. Sungguh itu merupakan rizki yang dianugrahkan Allah kepada Hubaib.’
Ketika Bani al-Harits membawa keluar Hubaib dari tanah haram untuk membunuhnya, Hubaib berkata, ‘Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan shalat dua rakaat.’ Mereka mengizinkan shalat dua rakaat. Hubaib berkata, ‘Demi Allah, sekiranya kalian tidak menuduhku berputus asa pasti aku menambah shalatku.’ Lalu Hubaib memanjatkan doa, ‘Ya Allah, susutkanlah jumlah bilangan mereka, musnahkanlah mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari keturunannya yang hidup,’ lalu mengucapkan syair:
Mati bagiku bukan masalah, selama aku mati dalam keadaan Islam
Dengan cara apa saja Allah lah tempat kembaliku
Semua itu aku kurbankan demi Engkau Ya Allah
Jika Engkau berkenan,
berkahilah aku berada dalam tembolok burung karena lukaku (syahid)
Lalu Abu Sirwa’ah Uqbah bin Harits tampil untuk membunuh Hubaib. Hubaib adalah orang Islam pertama yang dibunuh dan sebelum dibunuh melakukan shalat.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahu para sahabat pada hari disiksanya Hubaib, bahwa kaum Quraisy mengutus beberapa orang untuk mencari bukti bahwa Ashim bin Tsabit telah terbunuh dalam peristiwa itu, mereka mencari potongan tubuh Ashim. Karena Ashim adalah yang membunuh salah seorang pembesar Quraisy. Tetapi Allah melindungi jenazah Ashim dengan mengirim sejenis sekawanan lebah yang melindungi jenazah Ashim, sehingga orang-orang itu tidak berhasil memotong bagian tubuh jenazah Ashim sedikit pun.” (HR. Al-Bukhari, no. 3989; Abu Dawud, no. 2660.). (ar/kisahmuslim)
http://zidniagus.wordpress.com/2011/04/30/kisah-ajaib-sahabat-rasulullah-yang-jenazahnya-dilindungi-lebah/
Monday, August 15, 2011
Musik klasik VS Al-Quran
Kepercayaan orang barat bahwa musik terutama mozart dapat meningkatkan kecerdasan sudah diyakini sejak tahuan 1950-an, mitos ini kemudian diteliti secara lebih serius pada tahun 1990-an. 36 siswa dalam sebuah studi di University of California di Irvine mendengarkan 10 menit sonata Mozart sebelum mengambil tes IQ. Menurut Dr Gordon Shaw, psikolog yang bertanggung jawab atas penelitian ini, skor IQ siswa naik sekitar 8 poin akibat dirangsang oleh alunan ajaib musik Mozart, sejak itulah istilah “Mozart effect ” lahir.
Bahkan di dalam negeri, tahun 2002 Hermanto Tri Juwono dan timnya pernah mencoba pada tikus hamil. Hermanto dkk., memperdengarkan musik klasik Mozart, gamelan sampai dangdut. Setelah distimulasi seperti itu, pertumbuhan sel-sel otak bayi dan ibu tikus diteliti. Hasilnya musik Mozart memberi peningkatan jumlah sel lebih tinggi. Musik gamelan nomor dua tertinggi, sedangkan musik dangdut peningkatannya paling rendah.
Namun setelah bertahun-tahun, orang mulai ragu akan kesahihan dari ‘Mozart effect’ ini dan penelitian tandingan yang menghasilkan kesimpulan kontradiktif dengan kesimpulan diatassudah dilakukan. Beberapa peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang.Mereka membuat riset yang melibatkan 3000 partisipator, hasil penelitiannya adalah ; ‘tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan inteligensi seseorang setelah mendengarkan musik Mozart.’
Tim peneliti dari Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik juga mengadakan penelitian serupa, mereka mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Dan hasil penelitiannya ; ‘Sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.’
Howstuffwork sebuah situs yang terkenal memaparkan bahwa musik klasik seperti karya mozart tidak akan membuat seseorang lebih cerdas. Dalam situsnya, masalah ini dimasukan sebagai salah satu point dalam artikel yang berjudul ;‘10 mitos tentang otak.’
Bahkan Dr Frances Rauscher, seorang peneliti yang terlibat dalam studi di Universitas California di Irvine –yang melahirkan istilah “Mozart Efect”– yang telah menjadi kontroversi dalam komunitas ilmiah ini juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengklaim itu benar-benar membuat orang pintar, tetapi hanya meningkatkan kinerja pada tugas-tugas spasial-temporal tertentu.
Sekarang kita mengetahui bahwa musik Mozart –dan sebetulnya semua musik yang memiliki alunan nada yang menenangkan (kecuali musik dangdut sepertinya-red)– hanya diyakini dapat menimbulkan efek psikologis seperti bergairah, tenang atau damai. Dan kondisi psikologis ini memang positif dalam merangsang pertumbuhan sel otak. Psikolog Rose Mini menambahkan bahwa yang terpenting bukan musiknya, namun ketenangan yang didapat oleh seorang ibu yang kemudian ditularkan kepada si bayi sejak dalam kandungan.
Lise Eliot, Ph.D, pakar biologi dan anatomi sel Chicago Medical School AS, mengatakan, perkembangan struktur otak bayi lebih dipengaruhi; pola diet, gaya hidup dan kondisi emosi ibu hamil. Efek musik memang diakui sebagai stimulus psikologis / emosional yang baik.
Jadi musik diakui meningkatkan kecerdasan, namun secara tidak langsung yaitu dengan efeknya yang menenangkan sehingga syarat psikologis dan emosional sang ibu memenuhi syarat untuk menciptakan suasana dan lingkungan rahim yang kondusif untuk pembangunan dan pertumbuhan otak sang janin. Stimulan serupa juga didapati pada Al-Quran, diyakini juga bahwa Al-Quran membawa pengaruh-pengaruh positif lain yang luar biasa disebabkan oleh sumber Al-Quran yang ilahiah, dan juga berdasarkan banyaknya kesaksian orang-orang yang merasakan pengaruh Al-Quran secara langsung maupun tak langsung. Keyakinan ini terus diupayakan diteliti sehingga dapat dijelaskan lebih baik dalam ranah ilmiah.
Sudah diteliti dan didapati fakta bahwa memperdengarkan Al-Quran kepada bayi akan meningkatkan tingkat inteligensia sang bayi. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitian ini dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam.
Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Dan ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan lain sebagainya.
Kalau musik klasik disimpulkan dapat mempengaruhi kecerdasan melalui pengaruh positifnya terhadap stimulan psikologis dengan efektivitas sebesar 65% maka seharusnya Al-Quran yang adalah Kalamullah bisa lebih baik lagi. Al-Qur’an tetaplah obat dan terapi serta stimulan yang terbaik.
Ibu yang cerdas menganggap bahwa rahimnya adalah ruang kelas pertama bagi anaknya, bukan hanya sekedar ruang tunggu bagi janin sampai ia siap dilahirkan ke dunia ini. Para ahli menyatakan bahwa kondisi kejiwaan sang ibu juga sangat mempengaruhi watak dan kecerdasan bayinya. Dalam kondisi stress tubuh sang ibu akan memproduksi hormon kortisol dalam jumlah berlebihan sehingga ini akan memicu tekanan darah meninggi, dada terasa sesak, dan emosi menjadi tidak stabil. Hormon kortisol ini bisa merambat ke bayi melalui plasenta sehingga mempengaruhi pembuluh darah sang janin, akibatnya sang janinpun ikutan stress. Bila ini terjadi terus-menerus dapat menyebabkan sang anak kelak menjadi orang yang rentan stress. Inilah pentingnya ibu yang sedang hamil memperbanyak berdzikir, sebab manfaat berdzikir yang pertama adalah menciptakan ketenangan batin, dan dzikir yang paling utama adalah menghafal, membaca, dan mempelajari Al-Quran Al-Kariim.
Oleh: Purwanto Abd. Ghaffar
http://ramadhan.eramuslim.com/musik-klasik-vs-al-quran/
Bahkan di dalam negeri, tahun 2002 Hermanto Tri Juwono dan timnya pernah mencoba pada tikus hamil. Hermanto dkk., memperdengarkan musik klasik Mozart, gamelan sampai dangdut. Setelah distimulasi seperti itu, pertumbuhan sel-sel otak bayi dan ibu tikus diteliti. Hasilnya musik Mozart memberi peningkatan jumlah sel lebih tinggi. Musik gamelan nomor dua tertinggi, sedangkan musik dangdut peningkatannya paling rendah.
Namun setelah bertahun-tahun, orang mulai ragu akan kesahihan dari ‘Mozart effect’ ini dan penelitian tandingan yang menghasilkan kesimpulan kontradiktif dengan kesimpulan diatassudah dilakukan. Beberapa peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang.Mereka membuat riset yang melibatkan 3000 partisipator, hasil penelitiannya adalah ; ‘tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan inteligensi seseorang setelah mendengarkan musik Mozart.’
Tim peneliti dari Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik juga mengadakan penelitian serupa, mereka mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Dan hasil penelitiannya ; ‘Sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.’
Howstuffwork sebuah situs yang terkenal memaparkan bahwa musik klasik seperti karya mozart tidak akan membuat seseorang lebih cerdas. Dalam situsnya, masalah ini dimasukan sebagai salah satu point dalam artikel yang berjudul ;‘10 mitos tentang otak.’
Bahkan Dr Frances Rauscher, seorang peneliti yang terlibat dalam studi di Universitas California di Irvine –yang melahirkan istilah “Mozart Efect”– yang telah menjadi kontroversi dalam komunitas ilmiah ini juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengklaim itu benar-benar membuat orang pintar, tetapi hanya meningkatkan kinerja pada tugas-tugas spasial-temporal tertentu.
Sekarang kita mengetahui bahwa musik Mozart –dan sebetulnya semua musik yang memiliki alunan nada yang menenangkan (kecuali musik dangdut sepertinya-red)– hanya diyakini dapat menimbulkan efek psikologis seperti bergairah, tenang atau damai. Dan kondisi psikologis ini memang positif dalam merangsang pertumbuhan sel otak. Psikolog Rose Mini menambahkan bahwa yang terpenting bukan musiknya, namun ketenangan yang didapat oleh seorang ibu yang kemudian ditularkan kepada si bayi sejak dalam kandungan.
Lise Eliot, Ph.D, pakar biologi dan anatomi sel Chicago Medical School AS, mengatakan, perkembangan struktur otak bayi lebih dipengaruhi; pola diet, gaya hidup dan kondisi emosi ibu hamil. Efek musik memang diakui sebagai stimulus psikologis / emosional yang baik.
Jadi musik diakui meningkatkan kecerdasan, namun secara tidak langsung yaitu dengan efeknya yang menenangkan sehingga syarat psikologis dan emosional sang ibu memenuhi syarat untuk menciptakan suasana dan lingkungan rahim yang kondusif untuk pembangunan dan pertumbuhan otak sang janin. Stimulan serupa juga didapati pada Al-Quran, diyakini juga bahwa Al-Quran membawa pengaruh-pengaruh positif lain yang luar biasa disebabkan oleh sumber Al-Quran yang ilahiah, dan juga berdasarkan banyaknya kesaksian orang-orang yang merasakan pengaruh Al-Quran secara langsung maupun tak langsung. Keyakinan ini terus diupayakan diteliti sehingga dapat dijelaskan lebih baik dalam ranah ilmiah.
Sudah diteliti dan didapati fakta bahwa memperdengarkan Al-Quran kepada bayi akan meningkatkan tingkat inteligensia sang bayi. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitian ini dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam.
Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Dan ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan lain sebagainya.
Kalau musik klasik disimpulkan dapat mempengaruhi kecerdasan melalui pengaruh positifnya terhadap stimulan psikologis dengan efektivitas sebesar 65% maka seharusnya Al-Quran yang adalah Kalamullah bisa lebih baik lagi. Al-Qur’an tetaplah obat dan terapi serta stimulan yang terbaik.
Ibu yang cerdas menganggap bahwa rahimnya adalah ruang kelas pertama bagi anaknya, bukan hanya sekedar ruang tunggu bagi janin sampai ia siap dilahirkan ke dunia ini. Para ahli menyatakan bahwa kondisi kejiwaan sang ibu juga sangat mempengaruhi watak dan kecerdasan bayinya. Dalam kondisi stress tubuh sang ibu akan memproduksi hormon kortisol dalam jumlah berlebihan sehingga ini akan memicu tekanan darah meninggi, dada terasa sesak, dan emosi menjadi tidak stabil. Hormon kortisol ini bisa merambat ke bayi melalui plasenta sehingga mempengaruhi pembuluh darah sang janin, akibatnya sang janinpun ikutan stress. Bila ini terjadi terus-menerus dapat menyebabkan sang anak kelak menjadi orang yang rentan stress. Inilah pentingnya ibu yang sedang hamil memperbanyak berdzikir, sebab manfaat berdzikir yang pertama adalah menciptakan ketenangan batin, dan dzikir yang paling utama adalah menghafal, membaca, dan mempelajari Al-Quran Al-Kariim.
Oleh: Purwanto Abd. Ghaffar
http://ramadhan.eramuslim.com/musik-klasik-vs-al-quran/
Syekh Jumadil Kubro
Ada dua pendapat mengenai sejarah riwayat Syekh Jumadil Qubro ini, berikut adalah pendapat pertama :
Syekh Jumadil Kubro adalah tokoh yang sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah. Terdapat beberapa versi babad yang meyakini bahwa ia adalah keturunan ke-10 dari Husain bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Martin van Bruinessen (1994) menyatakan bahwa ia adalah tokoh yang sama dengan Jamaluddin Akbar (lihat keterangan Syekh Maulana Akbar di bawah).
Sebagian babad berpendapat bahwa Syekh Jumadil Kubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Kubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudera Pasai. Dengan demikian, beberapa Walisongo yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya; sedangkan Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah cicitnya. Hal tersebut menyebabkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis Uzbek yang dominan di Asia Tengah, selain kemungkinan lainnya yaitu etnis Persia, Gujarat, ataupun Hadramaut.
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.
Pendapat ke-2 mengenai Syekh Jumadil Kubro ini adalah sebagai berikut :
Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syekh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan hyper-correct atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.[3]
Silsilah Syekh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari Nabi Muhammad SAW umumnya dinyatakan sebagai berikut: Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).
Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syekh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar (dinamakan masyarakat setempat makam Kramat Mekkah), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.
wallahu a’lam
http://zidniagus.wordpress.com/2009/12/26/syekh-jumadil-kubro/
Syekh Jumadil Kubro adalah tokoh yang sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah. Terdapat beberapa versi babad yang meyakini bahwa ia adalah keturunan ke-10 dari Husain bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Martin van Bruinessen (1994) menyatakan bahwa ia adalah tokoh yang sama dengan Jamaluddin Akbar (lihat keterangan Syekh Maulana Akbar di bawah).
Sebagian babad berpendapat bahwa Syekh Jumadil Kubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Kubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudera Pasai. Dengan demikian, beberapa Walisongo yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya; sedangkan Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah cicitnya. Hal tersebut menyebabkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis Uzbek yang dominan di Asia Tengah, selain kemungkinan lainnya yaitu etnis Persia, Gujarat, ataupun Hadramaut.
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.
Pendapat ke-2 mengenai Syekh Jumadil Kubro ini adalah sebagai berikut :
Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syekh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan hyper-correct atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.[3]
Silsilah Syekh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari Nabi Muhammad SAW umumnya dinyatakan sebagai berikut: Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).
Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syekh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar (dinamakan masyarakat setempat makam Kramat Mekkah), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.
wallahu a’lam
http://zidniagus.wordpress.com/2009/12/26/syekh-jumadil-kubro/
Friday, August 12, 2011
Makanan Mukmin Menjelang Ad-Dajjal Keluar
Di dalam bukunya yang berjudul “Kisah Dajjal dan Turunnya Nabi Isa ‘alahissalam Untuk Membunuhnya”, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menulis sebagai berikut:
“Asma’ berkata, “Akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan, dan apa yang bisa dimakan oleh kaum mukmin pada waktu itu?” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم :
يَجْزِيهِمْ مَا يَجْزِي أَهْلَ السَّمَاءِ
“Allah سبحانه و تعالى mencukupkan kepada mereka dengan makanan yang diberikan kepada penduduk langit (Malaikat).” (HR. Ahmad No. 26298)
Asma’ berkata, “Wahai Nabi Allah, bahwasanya Malaikat tidak makan dan tidak minum.” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم :
“Akan tetapi mereka membaca tasbih dan mensucikan Allah سبحانه و تعالى , dan itulah makanan dan minuman kaum beriman saat itu, tasbih dan taqdis.” (HR. Abdul Razzaq, ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Asakir. Ibnu Katsir berkata, “Isnad ini merupakan isnad yang tidak ada cacat (laa ba’sa bihi).” (“Kisah Dajjal”—Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 94-95)
Yang dimaksud oleh Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah dengan “mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan” ialah saat menjelang Ad-Dajjal keluar untuk menebar fitnah di tengah ummat manusia. Khususnya di dalam suatu hadits yang juga dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani sebagai berikut:
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya, bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya. Dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi, sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku.” (“Kisah Dajjal”— Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 92)
Jika Nabi صلى الله عليه و سلم menyatakan bahwa “sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku”, itu berarti setiap hewan yang memberikan protein utama bagi manusia menjadi punah. Seperti di antaranya ialah: kambing, domba, sapi, kerbau dan onta. Dan sebab itulah Asma’ menjadi khawatir apa yang bakal menjadi makanan kaum beriman di masa itu. Lalu Nabi صلى الله عليه و سلم menjelaskan bahwa makanan kaum mukmin di masa itu ialah makanan penghuni langit, yaitu para malaikat. Dalam hal ini berupa tasbih dan taqdis.
Masya Allah...! Nabi صلى الله عليه و سلم memberi tahu kita yang hidup di masa menjelang datangnya puncak fitnah, yakni Ad-Dajjal, bahwa jenis makanan orang beriman adalah semisal dengan makanan para malaikat. Bayangkan...! Betapa pentingnya kedudukan dan peranan dzikrullah di masa fitnah menjelang hadirnya Ad-Dajjal. Sedemikian pentingnya mengingat Allah سبحانه و تعالى (dzikrullah) sehingga jika dilakukan dengan baik dan benar, maka ia dapat menggantikan fungsi makanan, khususnya protein, yang pada masa itu menjadi barang langka jika tidak bisa dikatakan musnah sama sekali.
Maka saudaraku, alangkah pentingnya ummat Islam sejak sekarang sudah melatih diri dan keluarganya untuk melakukan dzikrullah yang berkualitas dan sebanyak mungkin. Baik dzikrullah yang formal, seperti sholat lima waktu yang hukumnya fardhu ‘ain, maupun dzikrullah yang non-formal seperti berbagai wirid yang dianjurkan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Pantas bilamana Allah سبحانه و تعالى menurunkan ayat khusus berisi perintah untuk dzikrullah sebanyak mungkin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab [33] : 41-42)
Bila ummat Islam sudah membiasakan sejak dini berdzikir mengingat Allah سبحانه و تعالى sebanyak mungkin dan diiringi dengan kualitas pelaksanaan yang bermakna, niscaya perlahan tapi pasti kegiatan dzikrullah akan menjadi suatu kebutuhan bagi ruhani mukmin laksana makanan dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Jadi, sejak sekarang setiap mukmin perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikrullah sebab kita tidak tahu kapan tiga tahun sulit menjelang keluarnya Ad-Dajjal datang. Lebih baik mempersiapkan diri dan keluarga sedini mungkin daripada terlambat.
Alhamdulillah, kita bersyukur Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم memberi tahu beberapa pesan khusus mengenai wirid yang berkaitan dengan fitnah Ad-Dajjal, seperti:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
"Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah Dajjal." (HR. Abu Dawud)
من قرأ سورة الكهف كما أنزلت كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يضره
“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, maka baginya cahaya di hari Kiamat dari tempatnya hingga Mekkah, dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surah Al-Kahfi lalu Ad-Dajjal keluar, maka Ad-Dajjal tidak akan dapat memudharatkannya.” (Dishahihkan oleh Al-Albani)
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Jika salah seorang diantara kalian ber-tasyahud (dalam sholat), hendaklah meminta perlindungan kepada Allah سبحانه و تعالى dari empat perkara dan berdoa, "ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MIN 'ADZAABI JAHANNAMA WAMIN 'ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal)." (HR. Muslim No. 924)
http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/makanan-mukmin-menjelang-ad-dajjal-keluar.htm
“Asma’ berkata, “Akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan, dan apa yang bisa dimakan oleh kaum mukmin pada waktu itu?” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم :
يَجْزِيهِمْ مَا يَجْزِي أَهْلَ السَّمَاءِ
“Allah سبحانه و تعالى mencukupkan kepada mereka dengan makanan yang diberikan kepada penduduk langit (Malaikat).” (HR. Ahmad No. 26298)
Asma’ berkata, “Wahai Nabi Allah, bahwasanya Malaikat tidak makan dan tidak minum.” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم :
“Akan tetapi mereka membaca tasbih dan mensucikan Allah سبحانه و تعالى , dan itulah makanan dan minuman kaum beriman saat itu, tasbih dan taqdis.” (HR. Abdul Razzaq, ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Asakir. Ibnu Katsir berkata, “Isnad ini merupakan isnad yang tidak ada cacat (laa ba’sa bihi).” (“Kisah Dajjal”—Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 94-95)
Yang dimaksud oleh Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah dengan “mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan” ialah saat menjelang Ad-Dajjal keluar untuk menebar fitnah di tengah ummat manusia. Khususnya di dalam suatu hadits yang juga dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani sebagai berikut:
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya, bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya. Dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi, sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku.” (“Kisah Dajjal”— Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 92)
Jika Nabi صلى الله عليه و سلم menyatakan bahwa “sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku”, itu berarti setiap hewan yang memberikan protein utama bagi manusia menjadi punah. Seperti di antaranya ialah: kambing, domba, sapi, kerbau dan onta. Dan sebab itulah Asma’ menjadi khawatir apa yang bakal menjadi makanan kaum beriman di masa itu. Lalu Nabi صلى الله عليه و سلم menjelaskan bahwa makanan kaum mukmin di masa itu ialah makanan penghuni langit, yaitu para malaikat. Dalam hal ini berupa tasbih dan taqdis.
Masya Allah...! Nabi صلى الله عليه و سلم memberi tahu kita yang hidup di masa menjelang datangnya puncak fitnah, yakni Ad-Dajjal, bahwa jenis makanan orang beriman adalah semisal dengan makanan para malaikat. Bayangkan...! Betapa pentingnya kedudukan dan peranan dzikrullah di masa fitnah menjelang hadirnya Ad-Dajjal. Sedemikian pentingnya mengingat Allah سبحانه و تعالى (dzikrullah) sehingga jika dilakukan dengan baik dan benar, maka ia dapat menggantikan fungsi makanan, khususnya protein, yang pada masa itu menjadi barang langka jika tidak bisa dikatakan musnah sama sekali.
Maka saudaraku, alangkah pentingnya ummat Islam sejak sekarang sudah melatih diri dan keluarganya untuk melakukan dzikrullah yang berkualitas dan sebanyak mungkin. Baik dzikrullah yang formal, seperti sholat lima waktu yang hukumnya fardhu ‘ain, maupun dzikrullah yang non-formal seperti berbagai wirid yang dianjurkan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Pantas bilamana Allah سبحانه و تعالى menurunkan ayat khusus berisi perintah untuk dzikrullah sebanyak mungkin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab [33] : 41-42)
Bila ummat Islam sudah membiasakan sejak dini berdzikir mengingat Allah سبحانه و تعالى sebanyak mungkin dan diiringi dengan kualitas pelaksanaan yang bermakna, niscaya perlahan tapi pasti kegiatan dzikrullah akan menjadi suatu kebutuhan bagi ruhani mukmin laksana makanan dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Jadi, sejak sekarang setiap mukmin perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikrullah sebab kita tidak tahu kapan tiga tahun sulit menjelang keluarnya Ad-Dajjal datang. Lebih baik mempersiapkan diri dan keluarga sedini mungkin daripada terlambat.
Alhamdulillah, kita bersyukur Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم memberi tahu beberapa pesan khusus mengenai wirid yang berkaitan dengan fitnah Ad-Dajjal, seperti:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
"Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah Dajjal." (HR. Abu Dawud)
من قرأ سورة الكهف كما أنزلت كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يضره
“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, maka baginya cahaya di hari Kiamat dari tempatnya hingga Mekkah, dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surah Al-Kahfi lalu Ad-Dajjal keluar, maka Ad-Dajjal tidak akan dapat memudharatkannya.” (Dishahihkan oleh Al-Albani)
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Jika salah seorang diantara kalian ber-tasyahud (dalam sholat), hendaklah meminta perlindungan kepada Allah سبحانه و تعالى dari empat perkara dan berdoa, "ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MIN 'ADZAABI JAHANNAMA WAMIN 'ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal)." (HR. Muslim No. 924)
http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/makanan-mukmin-menjelang-ad-dajjal-keluar.htm
Panduan I'tikaf Ramadhan
I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syar’i, i’tikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat.[1]
Dalil Disyari’atkannya I’tikaf
Ibnul Mundzir mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa i’tikaf itu sunnah, bukan wajib kecuali jika seseorang mewajibkan bagi dirinya bernadzar untuk melaksanakan i’tikaf.”[2]
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”.[3]
Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”[4]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu.[5]
I’tikaf Harus Dilakukan di Masjid
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187). Demikian juga dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga istri-istri beliau melakukannya di masjid, dan tidak pernah di rumah sama sekali. Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Para ulama sepakat bahwa disyaratkan melakukan i’tikaf di masjid.”[6] Termasuk wanita, ia boleh melakukan i’tikaf sebagaimana laki-laki, tidak sah jika dilakukan selain di masjid.[7]
I’tikaf Boleh Dilakukan di Masjid Mana Saja
Menurut mayoritas ulama, i’tikaf disyari’atkan di semua masjid karena keumuman firman Allah di atas (yang artinya) “Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”. [8]
Imam Bukhari membawakan Bab dalam kitab Shahihnya, “I’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramdhan dan i’tikaf di seluruh masjid.” Ibnu Hajar menyatakan, “Ayat tersebut (surat Al Baqarah ayat 187) menyebutkan disyaratkannya masjid, tanpa dikhususkan masjid tertentu”[9].[10]
Para ulama selanjutnya berselisih pendapat masjid apakah yang dimaksudkan. Apakah masjid biasa di mana dijalankan shalat jama’ah lima waktu[11] ataukah masjid jaami’ yang diadakan juga shalat jum’at di sana?
Imam Malik mengatakan bahwa i’tikaf boleh dilakukan di masjid mana saja (asal ditegakkan shalat lima waktu di sana, pen) karena keumuman firman Allah Ta’ala,
وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187). Ini juga menjadi pendapat Imam Asy Syafi’i. Namun Imam Asy Syafi’i rahimahullah menambahkan syarat, yaitu masjid tersebut diadakan juga shalat Jum’at.[12] Tujuannya di sini adalah agar ketika pelaksanaan shalat Jum’at, orang yang beri’tikaf tidak perlu keluar dari masjid.
Kenapa disyaratkan di masjid yang ditegakkan shalat jama’ah? Ibnu Qudamah katakan, “Shalat jama’ah itu wajib (bagi laki-laki). Jika seorang laki-laki yang hendak melaksanakan i’tikaf tidak berdiam di masjid yang tidak ditegakkan shalat jama’ah, maka bisa terjadi dua dampak negatif: (1) meninggalkan shalat jama’ah yang hukumnya wajib, dan (2) terus menerus keluar dari tempat i’tikaf padahal seperti ini bisa saja dihindari. Jika semacam ini yang terjadi, maka ini sama saja tidak i’tikaf. Padahal maksud i’tikaf adalah untuk menetap dalam rangka melaksanakan ibadah pada Allah.”[13]
Wanita Boleh Beri’tikaf
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan istri beliau untuk beri’tikaf. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ ، وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِى اعْتَكَفَ فِيهِ – قَالَ – فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”[14]
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”[15]
Namun wanita boleh beri’tikaf di masjid asalkan memenuhi 2 syarat: (1) Meminta izin suami dan (2) Tidak menimbulkan fitnah (godaan bagi laki-laki) sehingga wanita yang i’tikaf harus benar-benar menutup aurat dengan sempurna dan juga tidak memakai wewangian.[16]
Lama Waktu Berdiam di Masjid
Para ulama sepakat bahwa i’tikaf tidak ada batasan waktu maksimalnya. Namun mereka berselisih pendapat berapa waktu minimal untuk dikatakan sudah beri’tikaf. [17]
Bagi ulama yang mensyaratkan i’tikaf harus disertai dengan puasa, maka waktu minimalnya adalah sehari. Ulama lainnya mengatakan dibolehkan kurang dari sehari, namun tetap disyaratkan puasa. Imam Malik mensyaratkan minimal sepuluh hari. Imam Malik juga memiliki pendapat lainnya, minimal satu atau dua hari. Sedangkan bagi ulama yang tidak mensyaratkan puasa, maka waktu minimal dikatakan telah beri’tikaf adalah selama ia sudah berdiam di masjid dan di sini tanpa dipersyaratkan harus duduk.[18]
Yang tepat dalam masalah ini, i’tikaf tidak dipersyaratkan untuk puasa, hanya disunnahkan[19]. Menurut mayoritas ulama, i’tikaf tidak ada batasan waktu minimalnya, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang hari.[20] Al Mardawi rahimahullah mengatakan, “Waktu minimal dikatakan i’tikaf pada i’tikaf yang sunnah atau i’tikaf yang mutlak[21] adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat).”[22]
Yang Membatalkan I’tikaf
1. Keluar masjid tanpa alasan syar’i dan tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak.
2. Jima’ (bersetubuh) dengan istri berdasarkan Surat Al Baqarah ayat 187. Ibnul Mundzir telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa yang dimaksud mubasyaroh dalam surat Al Baqarah ayat 187 adalah jima’ (hubungan intim)[23].
Yang Dibolehkan Ketika I’tikaf
1. Keluar masjid disebabkan ada hajat yang mesti ditunaikan seperti keluar untuk makan, minum, dan hajat lain yang tidak bisa dilakukan di dalam masjid.
2. Melakukan hal-hal mubah seperti mengantarkan orang yang mengunjunginya sampai pintu masjid atau bercakap-cakap dengan orang lain.
3. Istri mengunjungi suami yang beri’tikaf dan berdua-duaan dengannya.
4. Mandi dan berwudhu di masjid.
5. Membawa kasur untuk tidur di masjid.
Mulai Masuk dan Keluar Masjid
Jika ingin beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka seorang yang beri’tikaf mulai memasuki masjid setelah shalat Shubuh pada hari ke-21 dan keluar setelah shalat shubuh pada hari ‘Idul Fithri menuju lapangan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Aisyah, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ ، وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِى اعْتَكَفَ فِيهِ – قَالَ – فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”[24]
Namun para ulama madzhab menganjurkan untuk memasuki masjid menjelang matahari tenggelam pada hari ke-20 Ramadhan. Mereka mengatakan bahwa yang namanya 10 hari yang dimaksudkan adalah jumlah bilangan malam sehingga seharusnya dimulai dari awal malam.
Adab I’tikaf
Hendaknya ketika beri’tikaf, seseorang menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan seperti berdo’a, dzikir, bershalawat pada Nabi, mengkaji Al Qur’an dan mengkaji hadits. Dan dimakruhkan menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.[25]
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
--------------------------------------------------------------------------------
[1] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/1699.
[2] Al Mughni, 4/456.
[3] HR. Bukhari no. 2044.
[4] HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172.
[5] Latho-if Al Ma’arif, hal. 338
[6] Fathul Bari, 4/271.
[7] Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/13775.
[8] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151.
[9] Fathul Bari, 4/271.
[10] Adapun hadits marfu’ dari Hudzaifah yang mengatakan, ”Tidak ada i’tikaf kecuali pada tiga masjid yaitu masjidil harom, masjid nabawi dan masjidil aqsho”; perlu diketahui, hadits ini masih diperselisihkan statusnya, apakah marfu’ (sabda Nabi) atau mauquf (perkataan sahabat). (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151). Jika melihat perkataan Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah, beliau lebih memilih bahwa hadits tersebut hanyalah perkataan Hudzaifah ibnul Yaman. Lihat Fathul Bari, 4/272.
[11] Walaupun namanya beraneka ragam di tempat kita, baik dengan sebutan masjid, musholla, langgar, maka itu dinamakan masjid menurut istilah para ulama selama diadakan shalat jama’ah lima waktu di sana untuk kaum muslimin. Ini berarti jika itu musholla rumahan yang bukan tempat ditegakkan shalat lima waktu bagi kaum muslimin lainnya, maka ini tidak masuk dalam istilah masjid. Sedangkan dinamakan masjid Jaami’ jika ditegakkan shalat Jum’at di sana. Lihat penjelasan tentang masjid di Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/13754.
[12] Lihat Al Mughni, 4/462.
[13] Al Mugni, 4/461.
[14] HR. Bukhari no. 2041.
[15] HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172.
[16] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151-152.
[17] Lihat Fathul Bari, 4/272.
[18] Idem.
[19] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/153.
[20] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/154.
[21] I’tikaf mutlak, maksudnya adalah i’tikaf tanpa disebutkan syarat berapa lama.
[22] Al Inshof, 6/17.
[23] Fathul Bari, 4/272.
[24] HR. Bukhari no. 2041.
[25] Lihat pembahasan I’tikaf di Shahih Fiqh Sunnah, 2/150-158.
Dalil Disyari’atkannya I’tikaf
Ibnul Mundzir mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa i’tikaf itu sunnah, bukan wajib kecuali jika seseorang mewajibkan bagi dirinya bernadzar untuk melaksanakan i’tikaf.”[2]
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”.[3]
Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”[4]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu.[5]
I’tikaf Harus Dilakukan di Masjid
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187). Demikian juga dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga istri-istri beliau melakukannya di masjid, dan tidak pernah di rumah sama sekali. Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Para ulama sepakat bahwa disyaratkan melakukan i’tikaf di masjid.”[6] Termasuk wanita, ia boleh melakukan i’tikaf sebagaimana laki-laki, tidak sah jika dilakukan selain di masjid.[7]
I’tikaf Boleh Dilakukan di Masjid Mana Saja
Menurut mayoritas ulama, i’tikaf disyari’atkan di semua masjid karena keumuman firman Allah di atas (yang artinya) “Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”. [8]
Imam Bukhari membawakan Bab dalam kitab Shahihnya, “I’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramdhan dan i’tikaf di seluruh masjid.” Ibnu Hajar menyatakan, “Ayat tersebut (surat Al Baqarah ayat 187) menyebutkan disyaratkannya masjid, tanpa dikhususkan masjid tertentu”[9].[10]
Para ulama selanjutnya berselisih pendapat masjid apakah yang dimaksudkan. Apakah masjid biasa di mana dijalankan shalat jama’ah lima waktu[11] ataukah masjid jaami’ yang diadakan juga shalat jum’at di sana?
Imam Malik mengatakan bahwa i’tikaf boleh dilakukan di masjid mana saja (asal ditegakkan shalat lima waktu di sana, pen) karena keumuman firman Allah Ta’ala,
وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187). Ini juga menjadi pendapat Imam Asy Syafi’i. Namun Imam Asy Syafi’i rahimahullah menambahkan syarat, yaitu masjid tersebut diadakan juga shalat Jum’at.[12] Tujuannya di sini adalah agar ketika pelaksanaan shalat Jum’at, orang yang beri’tikaf tidak perlu keluar dari masjid.
Kenapa disyaratkan di masjid yang ditegakkan shalat jama’ah? Ibnu Qudamah katakan, “Shalat jama’ah itu wajib (bagi laki-laki). Jika seorang laki-laki yang hendak melaksanakan i’tikaf tidak berdiam di masjid yang tidak ditegakkan shalat jama’ah, maka bisa terjadi dua dampak negatif: (1) meninggalkan shalat jama’ah yang hukumnya wajib, dan (2) terus menerus keluar dari tempat i’tikaf padahal seperti ini bisa saja dihindari. Jika semacam ini yang terjadi, maka ini sama saja tidak i’tikaf. Padahal maksud i’tikaf adalah untuk menetap dalam rangka melaksanakan ibadah pada Allah.”[13]
Wanita Boleh Beri’tikaf
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan istri beliau untuk beri’tikaf. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ ، وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِى اعْتَكَفَ فِيهِ – قَالَ – فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”[14]
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”[15]
Namun wanita boleh beri’tikaf di masjid asalkan memenuhi 2 syarat: (1) Meminta izin suami dan (2) Tidak menimbulkan fitnah (godaan bagi laki-laki) sehingga wanita yang i’tikaf harus benar-benar menutup aurat dengan sempurna dan juga tidak memakai wewangian.[16]
Lama Waktu Berdiam di Masjid
Para ulama sepakat bahwa i’tikaf tidak ada batasan waktu maksimalnya. Namun mereka berselisih pendapat berapa waktu minimal untuk dikatakan sudah beri’tikaf. [17]
Bagi ulama yang mensyaratkan i’tikaf harus disertai dengan puasa, maka waktu minimalnya adalah sehari. Ulama lainnya mengatakan dibolehkan kurang dari sehari, namun tetap disyaratkan puasa. Imam Malik mensyaratkan minimal sepuluh hari. Imam Malik juga memiliki pendapat lainnya, minimal satu atau dua hari. Sedangkan bagi ulama yang tidak mensyaratkan puasa, maka waktu minimal dikatakan telah beri’tikaf adalah selama ia sudah berdiam di masjid dan di sini tanpa dipersyaratkan harus duduk.[18]
Yang tepat dalam masalah ini, i’tikaf tidak dipersyaratkan untuk puasa, hanya disunnahkan[19]. Menurut mayoritas ulama, i’tikaf tidak ada batasan waktu minimalnya, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang hari.[20] Al Mardawi rahimahullah mengatakan, “Waktu minimal dikatakan i’tikaf pada i’tikaf yang sunnah atau i’tikaf yang mutlak[21] adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat).”[22]
Yang Membatalkan I’tikaf
1. Keluar masjid tanpa alasan syar’i dan tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak.
2. Jima’ (bersetubuh) dengan istri berdasarkan Surat Al Baqarah ayat 187. Ibnul Mundzir telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa yang dimaksud mubasyaroh dalam surat Al Baqarah ayat 187 adalah jima’ (hubungan intim)[23].
Yang Dibolehkan Ketika I’tikaf
1. Keluar masjid disebabkan ada hajat yang mesti ditunaikan seperti keluar untuk makan, minum, dan hajat lain yang tidak bisa dilakukan di dalam masjid.
2. Melakukan hal-hal mubah seperti mengantarkan orang yang mengunjunginya sampai pintu masjid atau bercakap-cakap dengan orang lain.
3. Istri mengunjungi suami yang beri’tikaf dan berdua-duaan dengannya.
4. Mandi dan berwudhu di masjid.
5. Membawa kasur untuk tidur di masjid.
Mulai Masuk dan Keluar Masjid
Jika ingin beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka seorang yang beri’tikaf mulai memasuki masjid setelah shalat Shubuh pada hari ke-21 dan keluar setelah shalat shubuh pada hari ‘Idul Fithri menuju lapangan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Aisyah, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ ، وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِى اعْتَكَفَ فِيهِ – قَالَ – فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.”[24]
Namun para ulama madzhab menganjurkan untuk memasuki masjid menjelang matahari tenggelam pada hari ke-20 Ramadhan. Mereka mengatakan bahwa yang namanya 10 hari yang dimaksudkan adalah jumlah bilangan malam sehingga seharusnya dimulai dari awal malam.
Adab I’tikaf
Hendaknya ketika beri’tikaf, seseorang menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan seperti berdo’a, dzikir, bershalawat pada Nabi, mengkaji Al Qur’an dan mengkaji hadits. Dan dimakruhkan menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.[25]
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
--------------------------------------------------------------------------------
[1] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/1699.
[2] Al Mughni, 4/456.
[3] HR. Bukhari no. 2044.
[4] HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172.
[5] Latho-if Al Ma’arif, hal. 338
[6] Fathul Bari, 4/271.
[7] Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/13775.
[8] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151.
[9] Fathul Bari, 4/271.
[10] Adapun hadits marfu’ dari Hudzaifah yang mengatakan, ”Tidak ada i’tikaf kecuali pada tiga masjid yaitu masjidil harom, masjid nabawi dan masjidil aqsho”; perlu diketahui, hadits ini masih diperselisihkan statusnya, apakah marfu’ (sabda Nabi) atau mauquf (perkataan sahabat). (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151). Jika melihat perkataan Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah, beliau lebih memilih bahwa hadits tersebut hanyalah perkataan Hudzaifah ibnul Yaman. Lihat Fathul Bari, 4/272.
[11] Walaupun namanya beraneka ragam di tempat kita, baik dengan sebutan masjid, musholla, langgar, maka itu dinamakan masjid menurut istilah para ulama selama diadakan shalat jama’ah lima waktu di sana untuk kaum muslimin. Ini berarti jika itu musholla rumahan yang bukan tempat ditegakkan shalat lima waktu bagi kaum muslimin lainnya, maka ini tidak masuk dalam istilah masjid. Sedangkan dinamakan masjid Jaami’ jika ditegakkan shalat Jum’at di sana. Lihat penjelasan tentang masjid di Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/13754.
[12] Lihat Al Mughni, 4/462.
[13] Al Mugni, 4/461.
[14] HR. Bukhari no. 2041.
[15] HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172.
[16] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151-152.
[17] Lihat Fathul Bari, 4/272.
[18] Idem.
[19] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/153.
[20] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/154.
[21] I’tikaf mutlak, maksudnya adalah i’tikaf tanpa disebutkan syarat berapa lama.
[22] Al Inshof, 6/17.
[23] Fathul Bari, 4/272.
[24] HR. Bukhari no. 2041.
[25] Lihat pembahasan I’tikaf di Shahih Fiqh Sunnah, 2/150-158.
Selamat Tinggal Rokok
Dikisahkan oleh Syaikh Dr. Muhammad al-‘Arifi
Aku pernah diundang di malam Ramadhan dua tahun yang lalu untuk menjadi pembicara dalam satu siaran live di salah satu siaran televisi. Siaran kala itu berkisar tentang ibadah pada bulan Ramadhan. Siaran itu dilakukan di Makkah al-Mukarramah pada satu kamar di salah satu hotel yang bisa melongok di atas Masjidil al-Haram.
Kala itu, kami berbicara tentang Ramadhan. Para pemirsa televisi bisa melihat dari sela-sela jendela kamar di belakang kami pemandangan orang-orang yang umrah dan thawaf secara langsung.
Kala itu pemandangannya sungguh mengagumkan dan mengharukan, membuat pembicaraan pun semakin berkesan. Hingga pembawa acara menjadi lembut hatinya, dan menangis di tengah halaqah itu. Sungguh suasana itu adalah suasana keimanan, dan tidak merusak suasana itu kecuali salah satu kameramen. Dia memegang kamera dengan satu tangan, dan tangan yang kedua memegang “Tuhan Sembilan Senti” menurut istilah Penyair Taufik Ismail, yaitu rokok. Seakan-akan tidak ada satu waktu yang tersia-siakan dari malam bulan Ramadhan kecuali dia kenyangkan paru-parunya dengan asap rokok.
Hal ini banyak menggangguku. Penghisap rokok itu benar-benar mencekikku, tetapi harus bersabar, karena itu adalah siaran langsung, dan tidak ada alasan, kecuali terpaksa melaluinya. Berlalulah satu jam penuh, dan berakhirlah kajian itu dengan salam.
Kameramen itu pun mendatangiku –sementara rokok masih ada di tangannya- sembari dia mengucapkan terima kasih dan memuji. Maka kukeraskan genggaman tanganku dan kukatakan, ‘Anda juga, saya berterima kasih atas keikutsertaan Anda dalam menyuting acara keagamaan ini. Saya memiliki satu kalimat, barangkali Anda mau menerimanya.’
Dia pun menjawab, ‘Silahkan… silahkan.”
Kukatakan, ‘Rokok dan siga…” (maksudku sigaret), namun dia memutus pembicaraanku seraya berkata, ‘Jangan menasihatiku… demi Allah, tidak ada faidahnya wahai syaikh.’
Kukatakan, ‘Baik, dengarkan saya… Anda tahu bahwa rokok haram, dan Allah berfirman…’
Dia pun memotong pembicaraanku sekali lagi, ‘Wahai Syaikh, janganlah menyia-nyiakan waktu Anda… saya telah merokok selama 40 tahun… rokok telah mengalir dalam urat nadi saya… tidak ada faidah… selain Anda lebih pandai lagi..!!
Kukatakan, ‘Apa yang ada faidahnya?’ Dia pun merasa tidak enak dariku lalu berkata, ‘Do’akanlah saya… do’akanlah saya.’
Maka akupun memegang tangannya seraya berkata, ‘Mari bersama saya..’ Kukatakan, ‘Mari kita melihat kepada Ka’bah.’
Maka kamipun berdiri di sisi jendela yang bisa melongok di atas al-Haram. Dan ternyata setiap jengkal dipenuhi dengan manusia. Antara yang ruku’, sujud, yang sedang umrah, dan sedang menangis. Sungguh pemandangan yang sangat mengesankan.
Kukatakan, ‘Apakah Anda melihat mereka?’ Dia menjawab, ‘Ya.’
Kukatakan, ‘Mereka datang dari setiap tempat, yang putih, yang hitam… orang Arab dan ‘ajam… yang kaya dan miskin… semuanya berdo’a kepada Allah agar menerima ibadah mereka dan mengampuni mereka…’ Dia menjawab, ‘Benar… benar…’
Kukatakan, ‘Tidakkah Anda menginginkan Allah memberikan kepada Anda apa yang Dia berikan kepada mereka?’ Dia menjawab, ‘Ya… tentu saja.’
Kukatakan, ‘Angkatlah tangan Anda, saya akan berdo’a untuk Anda… dan aminilah do’a saya.’
Akupun mengangkat kedua tanganku lalu kukatakan, ‘Ya Allah, ampunilah dia…’
Dia berkata, ‘Aamiin.’
Aku berdo’a, ‘Ya Allah, angkatlah derajatnya, dan kumpulkanlah dia bersama dengan orang-orang yang dikasihinya di dalam sorga… ya Allah…’ Dan tidak henti-hentinya aku berdo’a hingga hatinya lembut dan menangis… seraya mengulang-ulang, ‘Aamiin… aamiin…’
Tatkala aku ingin menutup do’a kukatakan, ‘Ya Allah, jika dia meninggalkan rokok, maka kabulkanlah do’a ini, jika tidak, maka haramkan dia atas terkabulnya do’a ini.’ Maka pecahlah tangisan laki-laki tersebut, sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan keluar dari kamar tersebut.
Berbulan-bulan telah berlalu, akupun diundang lagi di studio televisi tersebut untuk melakukan siaran langsung. Saat aku masuk ke bangunan tersebut, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang tampak taat beragama menemuiku, kemudian dia mengucapkan salam dengan hangat, lalu mencium kepalaku, dan merendah meraih kedua tanganku untuk menciumnya, dan sungguh dia sangat terkesan.
Kukatakan kepadanya, ‘Mudah-mudahan Allah mensyukuri kelembutan dan adab Anda… saya sungguh menghargai kecintaan Anda… akan tetapi maaf, saya belum mengenal Anda…’
Maka dia berkata, ‘Apakah Anda masih ingat dengan kameramen yang telah Anda nasihati untuk meninggalkan rokok dua tahun yang lalu.’ Kujawab, ‘Ya…’
Dia berkata, ‘Sayalah dia… demi Allah wahai syaikh… sesungguhnya aku tidak pernah meletakkan rokok di mulutku sejak saat itu.’ Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.(AR)*
Sumber: http://qiblati.com/selamat-tinggal-rokok.html
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkisah&id=267
Aku pernah diundang di malam Ramadhan dua tahun yang lalu untuk menjadi pembicara dalam satu siaran live di salah satu siaran televisi. Siaran kala itu berkisar tentang ibadah pada bulan Ramadhan. Siaran itu dilakukan di Makkah al-Mukarramah pada satu kamar di salah satu hotel yang bisa melongok di atas Masjidil al-Haram.
Kala itu, kami berbicara tentang Ramadhan. Para pemirsa televisi bisa melihat dari sela-sela jendela kamar di belakang kami pemandangan orang-orang yang umrah dan thawaf secara langsung.
Kala itu pemandangannya sungguh mengagumkan dan mengharukan, membuat pembicaraan pun semakin berkesan. Hingga pembawa acara menjadi lembut hatinya, dan menangis di tengah halaqah itu. Sungguh suasana itu adalah suasana keimanan, dan tidak merusak suasana itu kecuali salah satu kameramen. Dia memegang kamera dengan satu tangan, dan tangan yang kedua memegang “Tuhan Sembilan Senti” menurut istilah Penyair Taufik Ismail, yaitu rokok. Seakan-akan tidak ada satu waktu yang tersia-siakan dari malam bulan Ramadhan kecuali dia kenyangkan paru-parunya dengan asap rokok.
Hal ini banyak menggangguku. Penghisap rokok itu benar-benar mencekikku, tetapi harus bersabar, karena itu adalah siaran langsung, dan tidak ada alasan, kecuali terpaksa melaluinya. Berlalulah satu jam penuh, dan berakhirlah kajian itu dengan salam.
Kameramen itu pun mendatangiku –sementara rokok masih ada di tangannya- sembari dia mengucapkan terima kasih dan memuji. Maka kukeraskan genggaman tanganku dan kukatakan, ‘Anda juga, saya berterima kasih atas keikutsertaan Anda dalam menyuting acara keagamaan ini. Saya memiliki satu kalimat, barangkali Anda mau menerimanya.’
Dia pun menjawab, ‘Silahkan… silahkan.”
Kukatakan, ‘Rokok dan siga…” (maksudku sigaret), namun dia memutus pembicaraanku seraya berkata, ‘Jangan menasihatiku… demi Allah, tidak ada faidahnya wahai syaikh.’
Kukatakan, ‘Baik, dengarkan saya… Anda tahu bahwa rokok haram, dan Allah berfirman…’
Dia pun memotong pembicaraanku sekali lagi, ‘Wahai Syaikh, janganlah menyia-nyiakan waktu Anda… saya telah merokok selama 40 tahun… rokok telah mengalir dalam urat nadi saya… tidak ada faidah… selain Anda lebih pandai lagi..!!
Kukatakan, ‘Apa yang ada faidahnya?’ Dia pun merasa tidak enak dariku lalu berkata, ‘Do’akanlah saya… do’akanlah saya.’
Maka akupun memegang tangannya seraya berkata, ‘Mari bersama saya..’ Kukatakan, ‘Mari kita melihat kepada Ka’bah.’
Maka kamipun berdiri di sisi jendela yang bisa melongok di atas al-Haram. Dan ternyata setiap jengkal dipenuhi dengan manusia. Antara yang ruku’, sujud, yang sedang umrah, dan sedang menangis. Sungguh pemandangan yang sangat mengesankan.
Kukatakan, ‘Apakah Anda melihat mereka?’ Dia menjawab, ‘Ya.’
Kukatakan, ‘Mereka datang dari setiap tempat, yang putih, yang hitam… orang Arab dan ‘ajam… yang kaya dan miskin… semuanya berdo’a kepada Allah agar menerima ibadah mereka dan mengampuni mereka…’ Dia menjawab, ‘Benar… benar…’
Kukatakan, ‘Tidakkah Anda menginginkan Allah memberikan kepada Anda apa yang Dia berikan kepada mereka?’ Dia menjawab, ‘Ya… tentu saja.’
Kukatakan, ‘Angkatlah tangan Anda, saya akan berdo’a untuk Anda… dan aminilah do’a saya.’
Akupun mengangkat kedua tanganku lalu kukatakan, ‘Ya Allah, ampunilah dia…’
Dia berkata, ‘Aamiin.’
Aku berdo’a, ‘Ya Allah, angkatlah derajatnya, dan kumpulkanlah dia bersama dengan orang-orang yang dikasihinya di dalam sorga… ya Allah…’ Dan tidak henti-hentinya aku berdo’a hingga hatinya lembut dan menangis… seraya mengulang-ulang, ‘Aamiin… aamiin…’
Tatkala aku ingin menutup do’a kukatakan, ‘Ya Allah, jika dia meninggalkan rokok, maka kabulkanlah do’a ini, jika tidak, maka haramkan dia atas terkabulnya do’a ini.’ Maka pecahlah tangisan laki-laki tersebut, sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan keluar dari kamar tersebut.
Berbulan-bulan telah berlalu, akupun diundang lagi di studio televisi tersebut untuk melakukan siaran langsung. Saat aku masuk ke bangunan tersebut, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang tampak taat beragama menemuiku, kemudian dia mengucapkan salam dengan hangat, lalu mencium kepalaku, dan merendah meraih kedua tanganku untuk menciumnya, dan sungguh dia sangat terkesan.
Kukatakan kepadanya, ‘Mudah-mudahan Allah mensyukuri kelembutan dan adab Anda… saya sungguh menghargai kecintaan Anda… akan tetapi maaf, saya belum mengenal Anda…’
Maka dia berkata, ‘Apakah Anda masih ingat dengan kameramen yang telah Anda nasihati untuk meninggalkan rokok dua tahun yang lalu.’ Kujawab, ‘Ya…’
Dia berkata, ‘Sayalah dia… demi Allah wahai syaikh… sesungguhnya aku tidak pernah meletakkan rokok di mulutku sejak saat itu.’ Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.(AR)*
Sumber: http://qiblati.com/selamat-tinggal-rokok.html
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkisah&id=267
Wahai Putraku, Naiklah Bersama Kami…
by Abu Mushlih
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan banyak pelajaran bagi umat manusia dengan kisah-kisah umat terdahulu sebelum mereka. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad dan pengikut setia ajarannya hingga kiamat tiba. Amma ba’du.
Di antara kisah yang menyentuh hati adalah kisah dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salam. Sebuah kisah yang amat menakjubkan. Kisah perjalanan hidup seorang manusia pilihan yang mengajak kaumnya untuk taat kepada Allah dan mentauhidkan-Nya, akan tetapi kebanyakan mereka justru mencemooh dan menolak ajakannya.
Sebuah kisah yang mencerminkan kesabaran pembela kebenaran. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, agar kamu -wahai Nuh- memperingatkan kaummu sebelum siksaan yang pedih menimpa mereka. Nuh berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan untuk kalian. Hendaklah kalian beribadah kepada Allah, bertakwa kepada-Nya dan taat kepadaku. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan menangguhkan kalian hingga waktu yang telah ditentukan. Sesungguhnya ketentuan ajal dari Allah itu apabila telah datang maka tidak bisa lagi ditangguhkan seandainya kalian mengetahui’. Nuh berkata, ‘Wahai Rabbku, sungguh aku telah mendakwahi kaumku siang dan malam. Ternyata dakwahku tidak menambah apa-apa selain mereka justru semakin bertambah lari…” (QS. Nuh: 1-6)
Kisah tentang dakwah yang mendapatkan rintangan dan cemoohan.. Dakwah yang mengajak kepada keselamatan, namun disambut dengan tanggapan yang sangat menyakitkan! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), ‘Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) orang biasa seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Hud: 25-27)
Nabi Nuh ‘alaihis salam mengajak kaumnya untuk bertauhid, akan tetapi mereka justru menolak ajakannya. Mereka tetap bersikeras mempertahankan budaya syirik yang telah mendarah daging dalam kehidupannya. Allah menceritakan keluhan Nabi Nuh ‘alaihis salam (yang artinya), “Nuh berkata, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku dan justru mengikuti orang-orang yang tidak mendatangkan apa-apa dengan harta dan anak-anaknya selain kerugian. Mereka pun melakukan makar yang besar. Mereka berkata: Janganlah kalian tinggalkan sesembahan-sesembahan kalian, dan jangan sampai kalian tinggalkan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr…” (QS. Nuh: 21-23).
Adakah kezaliman dan kedurhakaan yang lebih besar daripada syirik? Adakah ajakan yang lebih sesat daripada ajakan untuk menolak tauhid dan melestarikan syirik? Maha suci Allah… Sungguh, Nabi Nuh ‘alaihis salam telah menunaikan tugasnya untuk berdakwah tauhid kepada kaumnya. Sebagaimana yang Allah tugaskan kepada segenap rasul yang diutus-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah).” (QS. an-Nahl: 36)
Hingga, tibalah saatnya Allah memerintahkan Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk membuat perahu sebelum datangnya banjir maha dahsyat yang akan menenggelamkan orang-orang yang durhaka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia pun tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh (950 tahun), sehingga banjir besar pun menelan mereka sedangkan mereka adalah orang-orang yang berbuat kezaliman. Maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang menaiki bahtera itu, dan Kami jadikan ia sebagai bahan pelajaran bagi semua manusia.” (QS. al-Ankabut: 14)
Proyek bahtera keselamatan ini justru membuat Nabi Nuh ‘alaihis salam diejek oleh para pembesar kaumnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Buatlah bahtera dengan pengawasan dan wahyu dari Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku mengenai nasib orang-orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan dia [Nuh] pun membuat bahtera itu, dan setiap kali para pembesar kaumnya melewatinya, mereka pun mencemooh perbuatannya. Nuh pun berkata, ‘Jika kalian mengejek kami sekarang maka kelak kami pun akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami. Kalian pun kelak akan tahu siapakah yang akan mendapati siksaan yang menghinakan dirinya dan siapakah yang akan tertimpa azab yang kekal’.” (QS. Hud: 37-39)
Dan, ketika banjir besar itu datang, Nabi Nuh ‘alaihis salam telah menaikkan para pengikutnya yang setia ke atas bahtera. Memang tidak ada yang beriman kepada beliau kecuali segelintir orang saja. Sebagai seorang ayah, Nabi Nuh ‘alaihis salam tentu sangat ingin menyelamatkan putranya –yang bernama Yam, anaknya yang keempat, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah [2/468]– dari timpaan azab.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bahtera itu pun berlayar membawa mereka (Nuh dan pengikutnya) di tengah gelombang yang datang laksana gunung. Dan Nuh memanggil putranya yang berada di tempat yang jauh terpencil, ‘Wahai putraku, naiklah bersama kami. Janganlah kamu berada bersama orang-orang kafir.’.” (QS. Hud: 42)
Lihatlah kasih sayang seorang ayah yang salih ini kepada putranya… Kasih sayang sejati seorang ayah yang menginginkan putranya selamat dari siksaan Allah. Kasih sayang yang menuntut sang ayah untuk mengajak putranya kepada kebenaran. Bukan kasih sayang palsu yang membiarkan sang anak larut dalam kebatilan… Seorang ayah yang menghendaki putranya menjadi hamba yang taat kepada Allah dan mengagungkan perintah-perintah-Nya..
Akan tetapi, sungguh disayangkan ternyata ajakan yang tulus ini disambut dengan pembangkangan. Allah ta’ala menceritakan (yang artinya), “Dia [anaknya] berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menyelamatkanku dari terpaan air.’ Nuh berkata, ‘Tidak ada yang selamat pada hari ini dari hukuman Allah kecuali orang yang dirahmati.’ Gelombang itu pun memisahkan mereka berdua, dan putranya termasuk golongan yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 43)
Sang anak yang kafir ini mengira bahwa dengan lari ke puncak gunung bisa menyelamatkan dirinya dari ditenggelamkan oleh air bah yang sangat besar itu. Padahal, pada hari itu hanya orang-orang yang taat kepada rasul saja yang selamat, karena mereka telah menempuh jalan menuju rahmat Allah ta’ala. Adapun orang-orang yang dengan sengaja menentang rasul setelah tampak jelas petunjuk bagi mereka, maka kehancuran itulah kesudahan yang akan mereka temukan.
Semoga kisah ini bisa menjadi pendorong bagi kita untuk bersabar dalam mendakwahkan kebenaran, terus berusaha menyebarkan dakwah walaupun harus mendapatkan cemoohan. Hidayah di tangan Allah, adapun kita sekedar menyampaikan saja. Kita pun harus meyakini bahwa taat kepada rasul adalah sumber kebahagiaan dan keselamatan, meskipun sebagian orang (baca: orang kafir dan munafik) menganggapnya sebagai kebodohan!
http://abumushlih.com/wahai-putraku-naiklah-bersama-kami.html/
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan banyak pelajaran bagi umat manusia dengan kisah-kisah umat terdahulu sebelum mereka. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad dan pengikut setia ajarannya hingga kiamat tiba. Amma ba’du.
Di antara kisah yang menyentuh hati adalah kisah dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salam. Sebuah kisah yang amat menakjubkan. Kisah perjalanan hidup seorang manusia pilihan yang mengajak kaumnya untuk taat kepada Allah dan mentauhidkan-Nya, akan tetapi kebanyakan mereka justru mencemooh dan menolak ajakannya.
Sebuah kisah yang mencerminkan kesabaran pembela kebenaran. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, agar kamu -wahai Nuh- memperingatkan kaummu sebelum siksaan yang pedih menimpa mereka. Nuh berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan untuk kalian. Hendaklah kalian beribadah kepada Allah, bertakwa kepada-Nya dan taat kepadaku. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan menangguhkan kalian hingga waktu yang telah ditentukan. Sesungguhnya ketentuan ajal dari Allah itu apabila telah datang maka tidak bisa lagi ditangguhkan seandainya kalian mengetahui’. Nuh berkata, ‘Wahai Rabbku, sungguh aku telah mendakwahi kaumku siang dan malam. Ternyata dakwahku tidak menambah apa-apa selain mereka justru semakin bertambah lari…” (QS. Nuh: 1-6)
Kisah tentang dakwah yang mendapatkan rintangan dan cemoohan.. Dakwah yang mengajak kepada keselamatan, namun disambut dengan tanggapan yang sangat menyakitkan! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), ‘Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) orang biasa seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Hud: 25-27)
Nabi Nuh ‘alaihis salam mengajak kaumnya untuk bertauhid, akan tetapi mereka justru menolak ajakannya. Mereka tetap bersikeras mempertahankan budaya syirik yang telah mendarah daging dalam kehidupannya. Allah menceritakan keluhan Nabi Nuh ‘alaihis salam (yang artinya), “Nuh berkata, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku dan justru mengikuti orang-orang yang tidak mendatangkan apa-apa dengan harta dan anak-anaknya selain kerugian. Mereka pun melakukan makar yang besar. Mereka berkata: Janganlah kalian tinggalkan sesembahan-sesembahan kalian, dan jangan sampai kalian tinggalkan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr…” (QS. Nuh: 21-23).
Adakah kezaliman dan kedurhakaan yang lebih besar daripada syirik? Adakah ajakan yang lebih sesat daripada ajakan untuk menolak tauhid dan melestarikan syirik? Maha suci Allah… Sungguh, Nabi Nuh ‘alaihis salam telah menunaikan tugasnya untuk berdakwah tauhid kepada kaumnya. Sebagaimana yang Allah tugaskan kepada segenap rasul yang diutus-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah).” (QS. an-Nahl: 36)
Hingga, tibalah saatnya Allah memerintahkan Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk membuat perahu sebelum datangnya banjir maha dahsyat yang akan menenggelamkan orang-orang yang durhaka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia pun tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh (950 tahun), sehingga banjir besar pun menelan mereka sedangkan mereka adalah orang-orang yang berbuat kezaliman. Maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang menaiki bahtera itu, dan Kami jadikan ia sebagai bahan pelajaran bagi semua manusia.” (QS. al-Ankabut: 14)
Proyek bahtera keselamatan ini justru membuat Nabi Nuh ‘alaihis salam diejek oleh para pembesar kaumnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Buatlah bahtera dengan pengawasan dan wahyu dari Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku mengenai nasib orang-orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan dia [Nuh] pun membuat bahtera itu, dan setiap kali para pembesar kaumnya melewatinya, mereka pun mencemooh perbuatannya. Nuh pun berkata, ‘Jika kalian mengejek kami sekarang maka kelak kami pun akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami. Kalian pun kelak akan tahu siapakah yang akan mendapati siksaan yang menghinakan dirinya dan siapakah yang akan tertimpa azab yang kekal’.” (QS. Hud: 37-39)
Dan, ketika banjir besar itu datang, Nabi Nuh ‘alaihis salam telah menaikkan para pengikutnya yang setia ke atas bahtera. Memang tidak ada yang beriman kepada beliau kecuali segelintir orang saja. Sebagai seorang ayah, Nabi Nuh ‘alaihis salam tentu sangat ingin menyelamatkan putranya –yang bernama Yam, anaknya yang keempat, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah [2/468]– dari timpaan azab.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bahtera itu pun berlayar membawa mereka (Nuh dan pengikutnya) di tengah gelombang yang datang laksana gunung. Dan Nuh memanggil putranya yang berada di tempat yang jauh terpencil, ‘Wahai putraku, naiklah bersama kami. Janganlah kamu berada bersama orang-orang kafir.’.” (QS. Hud: 42)
Lihatlah kasih sayang seorang ayah yang salih ini kepada putranya… Kasih sayang sejati seorang ayah yang menginginkan putranya selamat dari siksaan Allah. Kasih sayang yang menuntut sang ayah untuk mengajak putranya kepada kebenaran. Bukan kasih sayang palsu yang membiarkan sang anak larut dalam kebatilan… Seorang ayah yang menghendaki putranya menjadi hamba yang taat kepada Allah dan mengagungkan perintah-perintah-Nya..
Akan tetapi, sungguh disayangkan ternyata ajakan yang tulus ini disambut dengan pembangkangan. Allah ta’ala menceritakan (yang artinya), “Dia [anaknya] berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menyelamatkanku dari terpaan air.’ Nuh berkata, ‘Tidak ada yang selamat pada hari ini dari hukuman Allah kecuali orang yang dirahmati.’ Gelombang itu pun memisahkan mereka berdua, dan putranya termasuk golongan yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 43)
Sang anak yang kafir ini mengira bahwa dengan lari ke puncak gunung bisa menyelamatkan dirinya dari ditenggelamkan oleh air bah yang sangat besar itu. Padahal, pada hari itu hanya orang-orang yang taat kepada rasul saja yang selamat, karena mereka telah menempuh jalan menuju rahmat Allah ta’ala. Adapun orang-orang yang dengan sengaja menentang rasul setelah tampak jelas petunjuk bagi mereka, maka kehancuran itulah kesudahan yang akan mereka temukan.
Semoga kisah ini bisa menjadi pendorong bagi kita untuk bersabar dalam mendakwahkan kebenaran, terus berusaha menyebarkan dakwah walaupun harus mendapatkan cemoohan. Hidayah di tangan Allah, adapun kita sekedar menyampaikan saja. Kita pun harus meyakini bahwa taat kepada rasul adalah sumber kebahagiaan dan keselamatan, meskipun sebagian orang (baca: orang kafir dan munafik) menganggapnya sebagai kebodohan!
http://abumushlih.com/wahai-putraku-naiklah-bersama-kami.html/
Subscribe to:
Posts (Atom)