Tuesday, August 2, 2011

Taubat Seorang Ibu karena Putrinya

Empat tahun yang silam salah seorang ahli ilmu yang bernama Syaikh Ali al-Hindi meriwayatkan kisah nyata berikut ini kepada Syaikh Abdurrahman al-Makki, seraya mengatakan:

Ada seorang ibu yang merasa geram terhadap putrinya karena ia tidak lagi seperti dulu dalam menghormati para tamu. Pekan ini, ia tidak menghormati tamu-tamu ibunya. Sang ibu merasa terheran-heran karena putrinya adalah seorang gadis yang multazimah, kuat beragama.

Di hari terakhir dari pekan ini sang gadis duduk ketika ibunya menyambut tetangganya yang datang berkunjung. Hampir saja sang ibu pingsan ketika melihat anaknya tetap terpaku duduk tidak bergerak dari tempat duduknya; tidak berdiri untuk menyambut tetangganya yang baik hati lagi mulia. Lebih-lebih ketika tetangga itu mendekati si putri sambil mengulurkan tangannya. Akan tetapi sang putri, Fatimah namanya, pura-pura tidak tahu dan tidak menyambut uluran tangan tetangganya. Ia membiarkan saja sang tetangga berdiri beberapa saat sambil mengulurkan tangannya di depan ibunya yang geram dan kebingungan. Hingga ibunya berteriak: “Berdiri! Dan jabat tangannya!” Sang putri hanya membalas dengan pandangan ketidak pedulian tanpa bergeser sedikitpun dari tempat duduknya seolah-olah ia tuli tidak mendengar kata-kata ibunya.

Sang tetangga merasa sangat tidak enak terhadap kelakukan sang putri dan ia menganggap bahwa kehormatannya telah diinjak-injak dan dihina. Maka segera ia menarik tangannya kembali dan berbalik ingin segera pulang ke rumahnya sambil mengatakan: “Sepertinya, saya mengunjungi kalian pada waktu yang tidak tepat.”

Di sini sang putri tiba-tiba meloncat dari tempat duduknya dan memegangi tangan tetangganya lalu mencium kepalanya sambil mengatakan: “Maafkan saya, demi Allah saya tidak bermaksud berbuat buruk kepadamu.” Sang putri menuntun tangannya dengan lembut penuh dengan rasa sayang dan penghormatan dan mengajaknya duduk seraya mengatakan: “Tahukah engkau wahai bibi, betapa saya mencintaimu dan menghormatimu.”

Sang putri berhasil menenangkan perasaan tetangganya dan menghapus goresan yang telah melukai hatinya karena sikapnya yang aneh dan tidak terfahami. Sementara sang ibu menahan amarahnya jangan sampai termuntahkan di hadapan putrinya.

Sang tetanggapun berpamitan untuk pulang dan sang putri segera bangkit mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinnya memegangi tangan kanan tetangganya agar tidak mengulurkannya kepadanya. Dia mengatakan: “Seyogyanya tangan kanan saya harus tetap terulur tanpa engkau mengulurkan tanganmu kepadaku agar saya dapat melunasi keburukan apa yang telah aku perbuat terhadapmu.” Akan tetapi sang tetangga langsung mendekap sang putri kedadanya dan menciumi kepalanya seraya mengatakan: “Tidak apa-apa anakku, karena kamu telah bersumpah bahwa kamu tidak bermaksud buruk kepadaku.”

Begitu sang tetangga meninggalkan rumah, sang ibu langsung menegur putrinya dalam kemarahan yang tertahan: “Mengapa kamu bertindak seperti ini?” Fathimah menjawab: “Saya tahu kalau saya menyebabkan ibu merasa tidak enak seperti ini. Maafkan saya ibu.”

Ibunya bertanya: “Ia mengulurkan tangannya kepadamu, tetapi kamu tetap duduk tidak berdiri, dan tidak menjabat tangannya?!”

Putrinya menjawab: “Wahai ibu, Engkau juga melakukan yang demikian!” Ibunya berteriak dengan penuh rasa heran: “Apa? Aku melakukannya?!”

Ia menjawab: “Ibu melakukannya siang dan malam.” Ibunya semakin marah terheran-heran: “Apa? Aku melakukannya siang dan malam?” Ia menjawab: “Betul bu, Dia menjulurkan tangannya kepada ibu, tapi ibu tidak pernah menjabat tangan-Nya.”

Ibunya semakin marah tidak faham: “Siapa yang mengulurkan tangan-Nya kepadaku dan aku tidak menyambutnya?!” Fathimah menjawab: “Allah bu, Allah yang Maha Suci mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari agar ibu bertaubat, dan Dia mengulurkan tangan-Nya kepada Ibu di malam hari agar ibu bertaubat, akan tetapi ibu tidak mau bertaubat. Ibu tidak mengulurkan tangan kepada-Nya.”

Ibunya terdiam. Ucapan putrinya membuatnya terperanjat dan tertegun. Sang putri melanjutkan perkataannya: “Bukankah ibu merasa bersedih, ketika saya tidak mengulurkan tangan untuk menjabat tetangga kita? Dan ibu khawatir jika dia berpersepsi buruk kepadaku? Wahai ibu, saya merasa bersedih setiap hari ketika mendapati ibu tidak mengulurkan tangan untuk bertaubat kepada Allah yang Maha Suci yang mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari dan di malam hari. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits shahih:

إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتىَّ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar bertaubat orang yang berbuat kesalahan di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat orang yang berbuat kesalahan di malam hari hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya.” (HR. Muslim)

Apakah engkau mengetahui wahai ibu, Tuhan kita membentangkan tangan-Nya kepada ibu dua kali dalam setiap hari sementara ibu tetap menggenggam tangan tidak menyambut tangan-Nya dengan taubat.”

Maka berlinanglah kedua mata sang ibu. Sang putri melanjutkan ucapannya, semakin menajamkan nasihatnya: “Saya sangat mengkhawatirkan ibu, ketika ibu tidak shalat, karena pertama kali yang akan ditanyakan kepada ibu di hari kiamat adalah shalat. Saya sangat bersedih ketika melihat ibu keluar dari rumah tanpa menutup aurat yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukankah ibu merasa tidak enak ketika melihat tindakanku terhadap tetangga kita? Wahai ibu, saya sangat merasa tidak enak di hadapan teman-teman saya ketika mereka mempertanyakan kepada saya tentang keluarnya ibu tanpa hijab dan tanpa memperhatikan aturan-aturan agama sementara saya adalah gadis yang berhijab.”

Maka air mata taubat semakin deras mengalir membasahi kedua pipi sang ibu dan sang putripun ikut menangis karena tidak bisa menahan rasa harunya melihat ibunya memperhatikan nasihat dan menerima kebenaran. Maka iapun bangkit dan memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang yang amat dalam. Sementara ibunya dengan isak tangisnya mengatakan: “Aku bertaubat kepada-Mu ya Rabb… Aku bertaubat kepadamu ya Rabb…”

Oleh karena itu wahai para ibu, wahai para bapak, wahai para gadis, wahai para pemuda bertaubatlah kepada Allah. Allah mengetahui keadaan kalian. Allah mengetahui apa yang tersirat dalam hati kalian. Dan Allah menunggu taubat kalian. Dan Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat. Maka, apakah kita bertaubat kepada-Nya? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ اللهُ

“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain daripada Allah?” (QS. Ali Imran: 135)

[Sumber: http://qiblati.com/taubat-seorang-ibu-ditangan-putrinya.html]
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkisah&id=264

No comments:

Post a Comment