Seorang penguasa dari Yaman, membangun sebuah tempat ibadah yang sangat megah, tujuannya adalah agar orang-orang Yaman khususnya dan bangsa Arab umumnya tidak lagi berduyun-duyun mengunjungi Ka’bah di Makkah untuk beribadah, dan berpaling ke tempat ibadah yang didirikannya tersebut, dialah Abraha, Gubernur Abesinia Yaman (Ethiopia yang sekarang).
Namun usahanya sia-sia belaka, Ka’bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim beserta puteranya Ismail, ternyata tetap mempunyai daya tarik tersendiri. Meskipun dari segi bentuk arsitekturnya jelas sangatlah kalah megah, bangunan Ka’bah hanya terbuat dari batu berbentuk segi empat dengan panjang dinding sekitar 10-12m tinggi 15m, sangatlah sederhana. Tetapi Ka’bah yang terletak di dalam Masjidil Haram, disebut juga Baitullah (rumah Allah), ditetapkan sebagai pusat ibadah, kiblat bagi orang-orang muslim di manapun berada, dan bahkan bagi muslim yang meninggal hendaklah dihadapkan ke kiblat di dalam kuburnya.
Karena rencana mengalihkan “kiblat” ke arah Yaman tidak berhasil, Abraha kesal dan sangat marah, kemudian diambil keputusan berikutnya yaitu: ka’bah harus dihancurkan. Maka disiapkanlah pasukan besar-besaran, tentara yang sangat tangguh yang menggunakan pasukan gajah, untuk menghancurkan Ka’bah.
Dalam perjalanannya menuju kota Makkah pasukan Abraha melakukan perampokan disana sini termasuk 200 unta milik Abdul Muthalib kakek dari Nabi Muhammad SAW. dirampasnya juga.
Abdul Muthalib sebagai pemimpin kota Makkah mengadakan musyawarah dengan suku-suku yang tinggal di sekitar Makkah. Mereka sepakat, tidak ada gunanya melawan “kegilaan” Abraha, karena pasukannya sangat besar dengan peralatan serba canggih (seukuran waktu itu). Namun Abdul Muthalib tetap menghadap Abraha minta agar 200 unta miliknya dikembalikan.
Mendengar permintaan yang sepele itu, dengan nada sinis Abraha menjawab: “Mengapa engkau hanya minta soal sepele, sedangkan mengenai Ka’bah engkau tidak minta agar tidak dihancurkan?” Abdul Mutholib menjawab: “Yang saya miliki hanya unta itu, sedangkan Ka’bah bukan milik saya. Ka’bah itu milik Allah, dan yang pasti akan dilindungi sendiri oleh-Nya.”
Mendengar jawaban itu dengan congkak Abraha berkata: “Tidak ada siapapun yang dapat melindungi Ka’bah.” Dengan tenang Abdul Mutholib berkata: “Silahkan anda coba.”
Setelah mendapatkan 200 untanya kembali Abdul Mutholib pulang ke kaumnya, dan memerintakkan agar semuanya menyingkir ke bukit-bukit di sekitar Makkah, sambil menyaksikan peristiwa dasyat yang akan terjadi. Sebelum mengungsi Abdul Mutholib ditemani beberapa orang pergi ke Ka’bah dan dengan hati gemetar dia berdo’a. “Ya Rabbana, kami hanya mahlukMu yang lemah, yang hanya mampu melindungi dan menyelamatkan milik kami sendiri, Engkaulah yang akan melindungi milikMu, jangan biarkan salib dan kekuasaan orang Abesinia mengungguli kekeuasaanMu. Namun seandainya Engkau menbiarkan terjadinya penghancuran atas tempat peribadatan kami ini, Engkau pasti mempunyai maksud dan tujuan tersendiri.”
Setelah Abraha yang perkasa memasuki kota Makkah dengan pasukan gajahnya, tiba-tiba terjadilah kodrat Ilahi, dari langit yang tinggi berbondong-bondong burung Ababil membawa dan menjatuhkan batu-batu sijjil dari tanah yang terbakar ke arah pasukan bergajah. Seketika itu pula pasukan Abraha hancur lebur bagaikan daun-daun yang dimakan ulat, “Faja’alahum ka’ashfim makkul...” (QS.Al-fil: 5). Sehingga, atas kekuasaan-Nya selamatlah Ka’bah dari serangan si penghancur, tentara gajah pimpinan Abraha. SubhaanAllah……….
No comments:
Post a Comment