Tatkala Abul Qosim al-Qusyairi, baru meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu ke Bukhara, sejenak ia teringat betapa pakaian yang dikenakannya terkena percikan najis saat ia bekerja membantu ibunya di rumah. Ia berhenti dan berkata kepada teman seperjalanannya, “Sahabatku, sebentar aku hendak pulang ke rumah dan akan segera kembali kemari, tapi engkau boleh pergi terlebih dahulu. Karena aku teringat bajuku yang najis ini, bila aku tidak menggantinya, aku takut najis ini akan mengotoriku sampai di negeri Bukhara. Kalau masih begitu keadaanku, aku khawatir ilmu-ilmu yang kupelajari dari guru kita di sana akan menjadi penutup jalan menuju hidayah Allah, sehingga aku tersesat karenanya, semoga aku dihindarkan dari hal yang sedemikian.”
Maka pulanglah Abul Qasim al-Qusyairi ke rumahnya dan mendapati ibunya berdiri di depan pintu menyambut kedatangannya dan memeluknya seraya berkata, “Alhamdulillah…” karena ibunya menunggu kepulangan anak satu-satunya yang ia sayangi.
Dikisahkan, kemudian Nabi Khidir a.s. diperintahkan Allah untuk menemui Abul Qosim al-Qusyairi, “Temuilah Abu Qosim al-Qusyairi, putera ibu yang Shalihah itu, dan ajarkanlah ilmu-ilmu yang telah kau pelajari dari Abu Hanifah kepadanya, karena dia pergi merantau di atas jalan yang direstui ibunya!”
Selanjutnya Nabi Khidir a.s. menemui Abul Qosim al Qusyairi guna menurunkan ilmu-ilmu Fiqih. Dia berkata, ” Engkau berniat melakukan safar (sebutan dalam dunia Tasawuf bagi orang yang meninggalkan tempat kelahiran ke negeri yang jauh dengan niat menuntut ilmu) bersama temanmu untuk mencari ilmu dengan membiarkan ibumu sendirian di kampung ini. Maka biarkanlah aku akan mendatangimu setiap hari dan kau akan belajar bersamaku.”
Sejak pertemuan pertama kali antara Nabi Khidir as dengan Abul qosim itu, Khidir a.s. datang kembali pada keesokan harinya dan hari-hari berikutnya. Demikian berlangsung selama 3 tahun. Sesudah menyerap ilmu-ilmu dari Nabi Khidir a.s. selama 3 tahun, selanjutnya di sepanjang hidupnya ia mampu menulis seribu Kitab yang berisikan bermacam-macam jenis ilmu..
Nabi Khidir as belajar ilmu-ilmu fiqih kepada Abu Hanifah selama 30 tahun, sedangkan Abul Qosim al-Qusyairi menyerap ilmu-ilmu tersebut hanya dalam tempo 3 tahun. Apakah karena nabi Khidir a.s. mempunyai metode pengajaran yang efektif dengan segala kelebihan yang diberikan Allah swt atau Abul Qosim al-Qusyairi yang memang benar-benar jenius?
http://walijo.com/nabi-khidir-dan-abul-qosim-al-qusyairi/
No comments:
Post a Comment