Thursday, May 31, 2012

Cermin yang Cacat

Alkisah, ada seorang anak laki-laki yang sangat cerdas dan berasal dari keluarga yang sangat kaya. Namanya Andi. Dia punya segalanya yang diinginkan anak laki-laki, karenanya dia hanya tertarik pada barang-barang yang sangat langka dan aneh.
 
Kali ini dia tertarik dengan sebuah cermin yang sangat tua. Andi pun berusaha meyakinkan orangtuanya untuk membelinya dari seorang pria tua yang misterius. Ketika cermin itu diantar ke rumah, Andi segera melihat ke cermin tua itu. Anehnya, wajahnya di dalam cermin terlihat sangat sedih. Dia sudah mencoba tersenyum dan membuat ekspresi wajah lucu, tapi bayangannya tetap saja menunjukkan ekspresi sedih.

Karena heran, Andi keluar rumah untuk membeli permen. Lalu dia pulang dengan perasaan sebahagia mungkin untuk melihat kembali ke arah cermin. Tapi bayangannya masih tampak sedih. Dia membeli semua jenis mainan dan barang-barang loakan, tapi ekspresinya tetap saja terlihat sedih di cermin. Karena jengkel, Andi meletakkan cermin itu di sudut kamarnya.

"Cermin nggak guna! Baru kali ini aku ketemu cermin yang cacat!"

Siang itu juga, Andi pergi keluar rumah untuk bermain dan membeli beberapa mainan. Tapi di perjalanan menuju taman, dia melihat seorang anak kecil yang sedang menangis. Anak itu terlihat sangat sedih dan kesepian, sehingga Andi tergerak untuk mendekatinya dan mencari tahu ada apa. Anak kecil itu bercerita kalau dia terpisah dari orangtuanya.

Mereka pun bersama-sama mencari orangtua si anak kecil. Karena anak kecil itu tak berhenti menangis, Andi membelikan permen untuk menghiburnya. Akhirnya, setelah berjalan cukup jauh, mereka menemukan orangtua si anak yang ternyata juga sedang mencarinya. Mereka terlihat sangat cemas.

Andi pun berpamitan dengan mereka, dan berjalan menuju taman. Tapi begitu melihat hari sudah mulai malam, dia memutuskan untuk berbalik arah dan pulang, tanpa jadi bermain, atau membeli mainan, dan uangnya pun habis. Setibanya di rumah, dia masuk ke kamarnya. Di sudut kamar dilihatnya seberkas cahaya terang. Sudut yang sama tempatnya meletakkan cermin cacat itu. Merasa penasaran, dia pun menghampiri cermin itu dan menyadari bahwa cahaya itu berasal dari tubuhnya sendiri, yang bersinar-sinar karena merasa bahagia.

Saat itu Andi mengerti misteri dari cermin itu, satu-satunya cermin yang mampu merefleksikan secara jujur kebahagiaan sejati pemiliknya. Dan dia memang merasa bahagia karena telah menolong anak kecil tadi.

Sejak itu, setiap pagi saat melihat ke dalam cermin dan tidak ada cahaya yang bersinar, Andi sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk memunculkan kembali cahaya itu.

Menolong orang lain membawa kebahagiaan terbesar.

Tim AndrieWongso

1 comment: