Friday, May 25, 2012

Nasihat Sang Ahli

Sering kali masalah membesar karena kita menyepelekan hal kecil. Tak jarang, akhirnya kambing hitam dicari-cari. Untuk itu, semangat solusi harus selalu dikedepankan.

Suatu ketika, seorang pemuda menjadi kaya berkat memiliki sebuah pabrik roti yang terus berkembang. Dari sekadar pabrik rumahan, hingga akhirnya ia memiliki pabrik roti besar dengan banyak pekerja.

Namun, pada sebuah masa, ia mengeluhkan kondisi pabriknya. Jika sebelumnya ia selalu mendapatkan keuntungan sangat besar karena produksi pabriknya terus meningkat, belakangan ia merasa produksinya terus menurun. Pertama, ia menyalahkan pekerjanya yang dianggap makin malas. Maka, orang-orang yang dianggapnya kurang bagus, dikeluarkan dari pabriknya. Begitu seterusnya. Tapi, tak pernah lagi terjadi peningkatan produksi, bahkan saat diganti dengan pekerja lain. Tetapi, ia tetap bersikukuh bahwa pasti ada yang salah dengan anak buahnya. Maka, ia pun kembali mengganti pegawainya.

Hingga beberapa lama, pabrik rotinya terus mengalami kemunduran. Produknya makin sedikit hingga ia tak mampu lagi menerima pesanan yang lebih banyak. Namun, keadaan itu justru terus membuat dirinya menyalahkan sisa pekerja di pabriknya.

Karena khawatir usahanya lama-lama bangkrut, akhirnya ia bertanya kepada orang-orang yang masih dipercayainya, bagaimana mengatasi persoalan itu. Saat itulah, ada usulan untuk mendatangkan tenaga ahli konsultan untuk memperbaiki kinerja pabrik roti tersebut.

Si pemuda pun setuju. Maka, dipanggillah seorang ahli yang terkenal dari kota sebelah. Saat datang, ia pun segera dimintakan masukan, apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja pabriknya.

"Tuan, apa yang bisa saya lakukan untuk menyelamatkan usaha ini? Saya sudah mengganti banyak pekerja yang menurut saya kurang terampil dan kurang produktif. Tapi, pabrik ini terus saja mengalami penurunan produksi," pinta si pemuda pada sang ahli.

Hari demi hari berlalu. Sang ahli pun meninjau dan meneliti hal apa saja yang mungkin menjadi sumber masalah di pabrik itu. Setiap hari, ia pun selalu bertanya dan banyak bertanya pada si pemuda tentang banyak hal. Mulai dari soal manajemen, soal sumber daya manusia, hingga urusan teknis di pabrik. Hingga, suatu ketika, ia berkata bahwa masalah di pabrik itu pasti bisa segera selesai. Dan memang, seminggu setelah ia bicara tentang hal tersebut, pabrik roti itu mulai kembali meningkat hasil produksinya. Pelan tapi pasti, pabrik itu kembali bisa bekerja maksimal seperti sediakala.

Tentu saja, si pemuda sangat berterima kasih dengan bantuan sang ahli. "Wah, Paman memang sangat luar biasa. Pabrik roti saya sudah bisa kembali pulih dalam waktu yang relatif cepat. Apa sebenarnya yang Paman lakukan pada pabrik saya hingga bisa pulih?"
 "Sederhana saja. Aku hanya membenahi beberapa sekrup yang kendor di pabrik ini. Gampang dan cepat. Maka semua mesin kembali normal," jawabnya santai.

"Hah? Sesederhana itu rupanya masalah pabrik roti saya? Jadi, berapa saya harus bayar jasa Paman untuk memperbaiki itu semua?"

"Seratus juta!"

"Untuk memperbaiki sekrup kendor sampai seratus juta? Mahal sekali?"

"Memang. Untuk memperbaiki sekrup memang murah, seratus ribu saja. Tapi untuk menemukan sekrup-sekrup mana yang kendor dan perlu diperbaiki, itu yang mahal," tegas sang ahli.

"Tapi itu tetap mahal sekali," keluh si pemuda.

"Anak muda. Biaya itu tak akan jadi mahal jika kamu lebih memperhatikan anak buahmu. Namun, selama ini kamu hanya memilih marah dan marah pada mereka, tanpa tahu persoalan sebenarnya. Kamu langsung memberhentikan mereka tanpa tahu alasan apa yang menyebabkan masalah di pabrik. Seandainya kamu lebih bijak, mau mendengar orang lain, mau mencari inti masalah tanpa menyalahkan orang lain, niscaya pabrikmu tak akan mengalami masalah seperti sebelumnya. Ingat, banyak hal sepele yang mendasari munculnya masalah besar. Karena itu, jangan biasakan mencari-cari kesalahan orang lain, tapi carilah inti masalah dan segera selesaikan!"

Si pemuda pun merasa malu mendapat nasihat itu. Ia berjanji, akan berubah lebih perhatian pada pekerjanya dan tidak akan lagi mudah menyalahkan orang lain.

Pembaca yang luar biasa,

Kisah di atas sering kita jumpai pada banyak kehidupan. Sering mencari kambing hitam persoalan, serta menyepelekan masalah kecil. Dalam kisah tergambar bahwa si pemuda cenderung menyalahkan orang lain tanpa mau tahu alasan sebenarnya. Di kehidupan pun, kita melihat banyak perselisihan yang awalnya didasari oleh hal sepele, namun tidak bisa terkomunikasikan dengan baik. Ujungnya, hal kecil bisa merembet ke banyak hal yang tidak kita kehendaki.

Karena itu, pada kisah di atas menggambarkan setidaknya dua hal yang bisa kita petik hikmahnya. Pertama, jangan pernah menyalahkan orang lain jika tak tahu masalah sebenarnya. Cobalah untuk mengevaluasi apa yang ada di sekitar diri terlebih dahulu-termasuk dari dalam diri-sebelum memutuskan sesuatu. Kedua, bahwa ada banyak hal-hal atau masalah kecil yang sering kali dianggap sepele. Namun, jika tidak ditangani, akan berubah menjadi hal besar yang bisa menyulitkan kita.

Mari, kita jauhi sikap sering menyalahkan orang lain. Sebaliknya, mari kita mengembangkan komunikasi yang baik dengan banyak pihak, sehingga masalah demi masalah bisa terselesaikan dengan bijak tanpa ada yang harus disalahkan. Sehingga, masalah-masalah sepele pun tak akan membesar dan segera terselesaikan dengan solusi terbaik.

http://m.andriewongso.com/artikel/aw_artikel/5298/Nasihat_Sang_Ahli/

No comments:

Post a Comment