Ibnu al-Furrat menjawab, ”Tuan, semenjak aku kecil, setiap malam ibuku selalu meletakkan adonan roti di dekat bantalku. Jika datang pagi hari, beliau bersedekah dengannya karena Allah demi aku. Itulah kebiasaan ibuku hingga beliau wafat. Ketika beliau wafat, aku melanjutkan kebiasaan ibuku. Setiap malam Aku menyiapkan adonan roti sendiri di dekat bantalku. Lalu pagi harinya, aku bersedekah dengannya. Begitulah kisahku dengan adonan roti.”
Sang menteri merasa takjub dengan kisah itu, lalu dia berkata, ”Demi Allah, setelah hari ini kamu tidak bisa kusentuh dengan keburukan, saya sudah menaruh niat baik kepadamu, dan aku sekarang menyukaimu.”
(al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Kastier jilid 11/151)
http://www.arrisalah.net/berita/2010/12/adonan-roti-menjadi-perisai.html
Sang menteri merasa takjub dengan kisah itu, lalu dia berkata, ”Demi Allah, setelah hari ini kamu tidak bisa kusentuh dengan keburukan, saya sudah menaruh niat baik kepadamu, dan aku sekarang menyukaimu.”
(al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Kastier jilid 11/151)
http://www.arrisalah.net/berita/2010/12/adonan-roti-menjadi-perisai.html
No comments:
Post a Comment