Tuesday, June 7, 2011

The Miracle of Shalawat

Beratkah membaca shalawat? Jawabnya: tidak. Membaca shalawat adalah amalan yang ringan di lisan dan mudah dilakukan. Kita bisa membacanya sambil memasak di dapur, sambil lari pagi, mengendarai motor atau mobil, naik angkot, di kantor, atau di manapun, asal bukan pada saat kita duduk di toilet.

Membaca shalawat adalah amalan ringan, namun efeknya sungguh mengagumkan. Sungguh rugi orang yang menyepelekannya. Ibnul Jawzi al-Baghdadi dalam kitab Bustanul Waizhin menyebutkan 10 manfaat membaca shalawat, di antaranya adalah membuat wajah dan hati bersinar. Saya akan menulis (tepatnya: menerjemahkan) salah satu dari manfaat tersebut. Bacalah baik-baik, maka Anda akan temukan manfaatnya.

Tentang shalawat dapat membuat wajah dan hati bersinar, Ibnul Jawzi mengutip berita yang disampaikan oleh Abdul Wahid bin Zayd. Abdul Wahid bin Zayd bercerita, ‘Suatu kali aku keluar rumah menuju Baytullah al-Haram untuk melaksanakan haji. Di tengah jalan aku ditemani oleh seseorang yang seakan-akan tidak mau berdiri dan duduk, tidak mau datang dan pergi, tidak mau makan dan minum, tidak mau tidur, kecuali ia banyak membaca shalawat kepada Nabi. Lalu aku bertanya kepadanya mengapa ia banyak membaca shalawat.

Ia menjawab, ‘Aku akan menceritakan kepadamu sebuah kisah ajaib. Suatu hari aku pergi menuju Mekkah bersama ayahku. Dalam perjalanan, kami singgah di suatu kampung. Pada saat itulah, aku tertidur. Dalam tidurku aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Wahai Fulan, bangunlah. Sesungguhnya Allah sudah mematikan ayahmu dalam keadaan wajahnya hitam legam.’

Seketika itu juga aku terbangun, dan aku lihat ayahku sedang berbaring dalam keadaan tertutup wajahnya. Lalu aku singkap kain yang menutupi wajah ayahku, dan aku dapatkan ayahku sudah meninggal dan wajahnya hitam legam. Aku begitu sedih dengan kejadian itu, sehingga aku kembali tertidur.

Pada saat tidur itu, aku bermimpi melihat 4 malaikat yang berwajah hitam di dekat kepala ayahku, dan 4 malaikat berwajah hitam di dekat kaki ayahku. Di tangan malaikat-malaikat tersebut ada tongkat-besi yang diambil dari neraka untuk menyiksa ayahku. Pada saat aku memperhatikan apa yang akan dilakukan malaikat-malaikat tersebut kepada ayahku, maka datanglah seorang laki-laki yang dari wajahnya memancar cahaya. Laki-laki itu mendatangi para malaikat tersebut sambil berkata, ‘Tinggalkan dia.’ Maka malaikat-malaikat tersebut meninggalkan ayahku sampai aku tidak lagi melihat 4 malaikat itu.

Lalu laki-laki itu mendatangi ayahku dan mengusap wajah ayahku dengan tangannya. Maka, wajah ayahku menjadi sangat putih, melebihi putihnya salju, dan wajah ayahku menjadi bersinar. Lalu laki-laki itu mendatangiku dan berkata, ‘Allah sudah memutihkan wajah ayahmu dan menghilangkan hitam dari wajahnya.’

Aku bertanya kepadanya, ‘Siapakah engkau? Semoga Allah membalas perbuatanmu dengan kebaikan.’

Laki-laki itu berkata, ‘Aku adalah Muhammad Rasulullah.’

Aku berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, apa sebabnya engkau mendatangi ayahku?’

Rasulullah menjawab, ‘Semasa hidupnya, ayahmu memang sering melakukan kesalahan. Meskipun demikian, ayahmu banyak membaca shalawat kepadaku. Ketika ia sedang dicabut nyawanya, ia minta tolong kepada Allah dengan perantaraanku. Aku adalah penolong bagi siapa saja yang banyak membaca shalawat kepadaku.’

Setelah itu, aku terbangun dari tidurku. Lalu aku membuka kain yang menutup wajah ayahku, dan aku lihat wajah ayahku menjadi putih. Aku segera mengurus kematiannya dan menguburkannya. Sejak saat itu, aku tidak pernah lepas dari membaca shalawat kepada Nabi.’

Mengomentari kisah tersebut, Ibnul Jawzi berkata, ‘Kalau shalawat dapat membuat wajah bersinar di saat mati, maka lebih layak lagi kalau shalawat juga dapat membuat hati menjadi bersinar ketika masih hidup. Atas dasar itulah, Allah menjadikan pribadi Rasulullah sebagai ‘sinar’. Allah menamai diri Rasulullah sebagai ‘pelita yang menyinari’ (sirajan muniran)’.

Hmmm… Subhanallah, begitulah dahsyatnya shalawat. Sungguh, shalawat dapat membuat wajah kita enak dipandang, dan membuat hati kita lembut bagai salju.

Jika datang malam atau hari Jumat, maka perbanyaklah membaca shalawat. Kata Rasululullah saw., ‘Sesungguhnya hari terbaikmu adalah Jumat. Oleh karena itu, perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawatmu itu akan naik (sampai) kepadaku.'

Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana bisa shalawat kami sampai kepadamu ketika engkau sudah dikebumikan?’

Rasul menjawab, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.’ (Hadits shahih, riwayat Abu Dawud, al-Bayhaqi, dan al-Hakim)

Mari kita ucapkan shalawat kepada Nabi: "Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad…"

Mudah, bukan?
http://bangaziem.wordpress.com/category/kisah-inspiratif/page/3/

No comments:

Post a Comment