Tersebutlah Seorang suci sedang bermeditasi di bawah sebuah pohon yang berada tepat pada pertemuan dua jalan. Tiba tiba meditasinya terganggu seorang pemuda yang berlari dengan panik ke arah jalan yang menuju dirinya.
“Tolonglah saya,” pemuda itu memohon. “Ada beberapa orang yang salah menuduh, dikiranya saya mencuri. Mereka mengejar saya bersama banyak orang. Kalau mereka sampai menangkap saya, kedua tangan saya akan dipotong oleh mereka.”
Pemuda itu kemudian memanjat pohon yang digunakan Orang suci itu untuk bermeditasi dan cepat bersembunyi di antara dahan-dahannya yang rindang, “Tolong jangan katakan kepada mereka di mana saya bersembunyi,” kata pemuda itu memelas.
Orang suci itu melihat dengan mata hatinya, bahwa si pemuda memang tidak bersalah dan telah berkata sesungguhnya.
Beberapa menit kemudian datanglah sekelompok orang desa yang tampak sedang memburu sesuatu, dan pemimpinnya bertanya pada Orang suci, “Apakah Bapak melihat pemuda yang berlari ke arah sini? Kemana perginya?"
Berpuluh tahun sebelumnya Orang suci itu pernah bersumpah untuk selalu berkata jujur alias menjauhi bohong dan dusta, jadi ia mengatakan telah melihat pemuda itu. Orang suci itu sebenarnya tidak ingin mengkhianati si pemuda, namun sumpahnya telah menakutkannya untuk berbuat kebohongan. Ditunjuknya pohon di atasnya. Alhasil, penduduk desa beramai-ramai menyeret si pemuda turun dari sela-sela dahan dan kemudian memotong kedua tangannya.
Sekian lama setelah peristiwa tersebut, ketika orang suci itu telah wafat, Ia dibawa ke Mahkamah Agung di Akhirat. Ia dikutuk dan dan dipersalahkan karena sikapnya terhadap pemuda tidak berdosa waktu itu. Tetapi Orang suci tersebut protes dengan mengatakan, “Saya telah bersumpah suci bahwa saya akan selalu berkata jujur, kenapa saya malah dihukum?”
Hakim pengadilan akhirat itu berkata, “Namun hari itu kamu lebih mencintai kebanggaan dirimu dari kebajikan. Bukan demi kebajikan kamu menyerahkan pemuda itu kepada penuntutnya, melainkan kamu semata-mata mempertahankan citra kosong tentang dirimu sendiri sebagai 'orang suci'. Ketahuilah... Kebajikan manusia yang terbatas kerap memandu pemahaman menjadi kekuatan yang memaksa kita untuk berbuat jahat kepada sesama. Kebaikan harus tetap ditempatkan dalam kebenaran pula."
============================================
Sumber artikel, dari buku : Sudarmono, Dr. ( 2010 ) . Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi,
http://masdurohman.blogspot.com/2011/04/sumpah-suci-orang-suci.html
No comments:
Post a Comment