Tuesday, July 3, 2012

Puasa Sunnah Bulan Sya'ban

Puasa Sya'ban hukumnya Sunnah tanpa membedakan apakah dikerjakan sebulan penuh maupun sebagian besar saja, dikerjakan berselang-seling hari maupun berturut-turut, teratur maupun tidak, sedikit maupun banyak. Semuanya adalah amal ma'ruf dan termasuk keumuman dalil yang menunjukkan Sunnahnya puasa Sya'ban tanpa dibatasi jumlah hari tertentu atau tanggal tertentu.

Dalil yang menunjukkan Sunnahnya puasa Sya'ban adalah puasa yang dilakukan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam di bulan Sya'ban. Aisyah menginformasikan bahwa beliau tidak pernah melihat Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berpuasa Sunnah sebanyak yang beliau lakukan di bulan Sya'ban. Abu Dawud meriwayatkan;

سنن أبى داود - م (2/ 300)
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِى شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ.

"Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa hingga kami mengatakan; beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan; beliau tidak berpuasa. Dan tidaklah aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasa satu bulan sama sekali kecuali pada Bulan Ramadhan, dan tidaklah aku melihat beliau dalam satu bulan lebih banyak melakukan puasa daripada berpuasa pada Bulan Sya'ban". (H.R. Abu Dawud)

Banyaknya puasa yang dilakukan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam di bulan Sya'ban menunjukkan bahwa puasa Sya'ban hukumnya Sunnah, dan sedapat mungkin dilakukan sebanyak-banyaknya.

Hanya saja, banyaknya puasa yang dilakukan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam di bulan Sya'ban tidak bermakna beliau berpuasa sebulan penuh, namun hanya menunjukkan seringnya puasa yang dilakukan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam di bulan itu hingga seakan-akan berpuasa sebulan penuh. Adapun riwayat yang mengesankan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berpuasa sebulan penuh di bulan Sya'ban. Misalnya riwayat-riwayat berikut ini;

صحيح مسلم (6/ 34)
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا

"Dari Abu Salamah ia berkata, saya pernah bertanya kepada Aisyah radliallahu 'anha tentang puasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia pun berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau akan berbuka (tidak puasa) terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa Sunnah dalam sebulan yang lebih banyak dariada puasanya di bulan Sya'ban. Beliau berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya. Beliau berpuasa Sya'ban hingga sisa harinya tinggal sedikit." (H.R. Muslim)

سنن أبى داود (6/ 276)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ

"Dari Ummu Salamah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau tidak pernah berpuasa sunah satu bulan semuanya kecuali Bulan Sya'ban, beliau menyambungnya dengan Ramadhan". (H.R. Abu Dawud)

مسند أحمد (44/ 188)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يَصِلُ شَعْبَانَ بِرَمَضَانَ

"Dari Ummu Salamah berkata; "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut, kecuali ketika beliau menyambung puasa Sya'ban dengan puasa Ramadlan." (H.R. Ahmad)

سنن الترمذى (3/ 189)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

"Dari Ummu Salamah dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya'ban dan Ramadlan"
. (H.R.At-Tirmidzi)

سنن النسائي (8/ 52)
عَائِشَةَ تَقُولُ كَانَ أَحَبَّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانُ بَلْ كَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ

'Aisyah berkata; "Bulan Sya'ban adalah bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk berpuasa, bahkan beliau menyambungnya dengan Ramadlan." (H.R. An-Nasa-i)

مسند أحمد (51/ 311)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قُلْتُ أَيْ أُمَّهْ كَيْفَ كَانَ صِيَامُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَلَمْ أَرَهُ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ

"Dari Aisyah dia (Abu Salamah) Berkata; wahai ibu bagaimana puasa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam? (Aisyah) Berkata; "Beliau sedemikian sering melakukan puasa sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah berbuka (tidak berpuasa), namun beliau juga sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengatakan bahwa beliau jarang berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat beliau lebih banyak melakukan puasa di suatu bulan daripada puasa beliau di bulan Sya'ban. beliau berpuasa Sya'ban kecuali sedikit, bahkan beliau berpuasa Sya'ban sebulan semuanya." (H.R. Ahmad)

Maka riwayat-riwayat ini dan semisalnya adalah bentuk ungkapan Mubalaghoh (hal menyangatkan/ penyangatan) sebagai Majaz bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam banyak sekali berpuasa dibulan Sya'ban sampai seakan-akan berpuasa sebulan penuh.

Ibnu Al-Mubarok menginformasikan bahwa dalam bahasa yang dipakai oleh orang-orang Arab, berpuasa pada sebagian besar hari-hari dalam satu bulan boleh diungkapkan dengan statemen "berpuasa seluruh bulan/semuanya". At-Tirmidzi menukil;

سنن الترمذى (3/ 189)
عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ هُوَ جَائِزٌ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ إِذَا صَامَ أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يُقَالَ صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ وَيُقَالُ قَامَ فُلَانٌ لَيْلَهُ أَجْمَعَ وَلَعَلَّهُ تَعَشَّى وَاشْتَغَلَ بِبَعْضِ أَمْرِهِ

"Dari Ibnu Al-Mubarak bahwasanya dia berkata: Menurut kaedah bahasa arab, hukumnya boleh mengungkapkan "berpuasa pada sebagian besar hari-hari dalm satu bulan" dengan ungkapan "berpuasa sebulansemuanya", sebagaimana dikatakan fulan bertahajjud sepanjang malam (beraktifitas terus) padahal boleh jadi dia menyelanya dengan makan malam dan dan sibuk melakukan beberapa urusan" (H.R. At-Tirmidzi)

Dalil yang menguatkan adalah riwayat Aisyah yang menginformasikan bahwa beliau tidak pernah melihat Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berpuasa sebulan penuh semenjak datang ke Madinah selain puasa Ramadhan. Imam Muslim meriwayatkan;

صحيح مسلم (6/ 32)
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ
صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ قَدْ أَفْطَرَ قَالَتْ وَمَا رَأَيْتُهُ صَامَ شَهْرًا كَامِلًا مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَمَضَانَ

"Dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata; Saya pernah bertanya kepada Aisyah radliallahu 'anha, mengenai puasa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Aisyah menjawab, "Beliau berpuasa beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa terus. Dan beliau berbuka beberapa hari hingga kami mengira beliau akan berbuka terus. Sejak beliau tiba di Madinah, aku tidak pernah melihat beliau puasa sebulan penuh, kecuali Ramadlan."
(H.R. Muslim)

Lafadz lain berbunyi;

صحيح مسلم (4/ 104)
عن عائشة :... وَلَا أَعْلَمُ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِي لَيْلَةٍ وَلَا صَلَّى لَيْلَةً إِلَى الصُّبْحِ وَلَا صَامَ شَهْرًا كَامِلًا غَيْرَ رَمَضَانَ

"Dari Aisyah:…Setahuku Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah membaca satu mushaf (keseluruhan Alquran) dalam satu malam, tidak pula shalat malam hingga subuh, tidak pula pula puasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan." (H.R. Muslim)

Ibnu Abbas juga memberikan informasi yang sama. Bukhari meriwayatkan;

صحيح البخاري (7/ 81)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
مَا صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا كَامِلًا قَطُّ غَيْرَ رَمَضَانَ وَيَصُومُ حَتَّى يَقُولَ الْقَائِلُ لَا وَاللَّهِ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى يَقُولَ الْقَائِلُ لَا وَاللَّهِ لَا يَصُومُ

"Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: " Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sekalipun melaksanakan shaum sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan beliau seseorang yang sering puasa sehingga sehingga ada yang berkomentar; "Tidak, demi Allah, beliau belum pernah tidak puasa". Namun sering-sering beliau juga tidak puasa sehingga ada seorang yang berkata; "Tidak, demi Allah, Beliau belum pernah puasa". (H.R. Bukhari)

Riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas ini malah disertai lafadz "Qotthu" (sama sekali) yang menafikan secara total kemungkinan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam pernah melakukan sekali atau beberapa kali berpuasa sebulan penuh selain Ramadhan. Memahami bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam pernah berpuasa sebulan penuh disatu waktu dan sementara di waktu yang lain beliau berpuasa sebagian besar hari-hari bulan Sya'ban bertentangan dengan riwayat-riwayat yang menafikan secara total bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam tdk pernah berpuasa sempurna sebulan penuh selain bulan Ramadhan saja, sebagaimana pemahaman tersebut juga tidak mendapatkan lafadz lain yang menguatkan. Dengan mengkombinasikan riwayat yang menafikan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam pernah berpuasa Sya'ban sebulan penuh dengan kaidah bahasa arab bahwa mayoritas/sebagian besar boleh diungkapkan dengan lafadz yang menunjukkan seluruhnya, maka bisa difahami bahwa maksud riwayat-riwayat yang mengesankan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya'ban adalah sebagian besar hari-harinya bukan keseluruhan.

Namun, tidak pernahnya Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berpuasa sebulan penuh di bulan Sya'ban tidak bermakna haramnya berpuasa sebulan penuh di bulan Sya'ban. Hal itu dikarenakan perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam tidak bermakna haram dilakukan. Perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam tetapi masih tercakup dalam kandungan makna Nash yang bersifat umum dan atau mutlak boleh dilakukan sebagaimana Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam yang tidak berpuasa Dawud namun umatnya tidak haram berpuasa Dawud karena ada Nash yang memujinya dan mensifatinya sebagai puasa terbaik. Karena itu, berpuasa sebulan penuh dibulan Sya'ban tidak dilarang karena masuk dalam keumuman Sunnahnya puasa Sya'ban, pujian amal shalih di bulan Sya'ban, dan pujian terhadap puasa-puasa mutlak yang bisa dikerjakan diwaktu apapun selain waktu-waktu yang dilarang Syara'. Wallahua'lam.

No comments:

Post a Comment