Sahur disebut sahur karena dilakukan di waktu sahar, yaitu waktu menjelang Shubuh. Ada apa dengan sahur dan waktu sahar ini?
Menurut Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah saw. pernah bersabda,
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِيْ السَّحُوْرِ بَرَكَةً.
‘Lakukan sahur, karena di dalam sahur terdapat keberkahan’ (Hadits, riwayat Bukhari nomor 1923 dan Muslim nomor 1095)
Menurut Imam Ibnu Daqiq al-Id, ulama Sunni bermazhab Syafii, dalam kitab Ihkam al-Ahkam fi Syarh Umdat al-Ahkam, Hadits ini menjadi dalil (dasar) dianjurkannya melakukan sahur buat orang yang berpuasa. Sebabnya adalah karena di dalam sahur ada keberkahan. Keberkahan yang dimaksud dalam hadits ini bisa berupa perkara ukhrawi, yaitu sebagai bentuk melaksanakan sunnah Rasulullah, sehingga pelakunya dipastikan mendapatkan ganjaran dan bonus dari melaksanakan sahur. Keberkahan tersebut juga bisa menyangkut persoalan duniawi, yaitu menguatkan fisik orang yang berpuasa dan memudahkannya menjalankan ibadah puasa.
Kata sahur dalam hadits di atas, bisa dibaca dengan sahur (sin-nya di-fathah-kan) atau suhur (sin-nya di-dhammah-kan). Jika dibaca sahur, maka itu artinya ‘apa yang dijadikan sahur’ (maksudnya: makanan dan minuman). Jika dibaca suhur, maka itu artinya ‘perbuatannya’. Nah, keberkahan yang dimaksud dalam hadits tersebut mencakup dua arti ini: makanan/minumannya dan perbuatannya.
Selain itu juga, sebab dianjurkannnya sahur adalah untuk membedakan diri dengan kebiasaan ahlul kitab yang tidak melakukan sahur.
Begitu komentar Imam Ibnu Daqiq al-Id.
Bahkan, tentang keutamaan sahur, Rasulullah saw. juga pernah bersabda,
اَلسَّحُوْرُ كُلُّهُ بَرَكَةٌ، فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَةُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْن.
‘Sahur itu seluruhnya membawa keberkahan. Oleh karena itu, janganlah kalian tinggalkan, meskipun kalian hanya meminum seteguk air. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya ber-shalawat (berdoa) untuk orang-orang yang melakukan sahur’ (Hadits, riwayat Ahmad).
Selain apa yang dikatakan Iman Ibnu Daqiq al-Id, keberkahan sahur juga membuat orang yang berpuasa bisa bangun di akhir malam, lalu ia berzikir, ber-istighfar, kemudian melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Perhatikan, mengapa pada bulan Ramadhan jamaah shalat Shubuh di masjid meningkat? Ini tidak lain adalah karena keberkahan sahur, yang tidak ditemui pada selain bulan Ramadhan.
Waktu sahur memang memiliki misteri tersendiri. Menurut Allah swt., di antara ciri-ciri orang bertakwa adalah banyak beristighfar, lebih-lebih di waktu sahar (waktu menjelang Shubuh).
Allah swt. berfirman,
‘(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang ber-istighfar di waktu sahur’. (Q.s. Alu Imran/3: 17)
Allah swt. mengistimewakan waktu sahur sebagai waktu yang tepat untuk ber-istighfar karena berdoa di waktu itu lebih dekat untuk dikabulkan, beribadah di waktu itu lebih menggelora, jiwa lebih bening, dan hati lebih menyatu. Demikian yang dikatakan oleh pakar tafsir, Syihabuddin al-Alusi, dalam kitab tafsir Ruh al-Ma’ani. Ibnu Katsir dalamTafsir-nya mengutip sebuah riwayat, bahwa ketika Nabi Ya’qub alayhissalam berkata kepada anak-anaknya ‘Aku akan memintakan ampun untuk kalian kepada Tuhanku’, maka beliau menundanya sampai datang waktu sahur.
Rasulullah saw. bersabda,
‘Setiap malam Allah turun ke langit dunia sampai tersisa sepertiga malam yang akhir. Ia pun berkata, ‘Adakah hamba-Ku yang meminta sehingga pasti Aku berikan apa yang ia minta? Adakah hamba-Ku yang berdoa sehingga pasti Aku kabulkan doanya? Adakah hamba-Ku yang ber-istighfar sehingga Aku ampuni dosanya?’ (Hadits, riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Saudaraku, akankah kita ganti waktu sahur yang penuh keberkahan dengan menonton tayangan televisi yang bermuatan komedi, kuis, atau tayangan-tayangan yang tidak mendidik lainnya?
No comments:
Post a Comment