Monday, June 4, 2012

Rokok, Kebutuhan Nomor Dua Keluarga di Indonesia

LENSAINDONESIA.COM : Sekitar 98% produk tembakau di Indonesia digunakan untuk pembuatan rokok yang mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dan 69 diantaranya karsinogenik atau potensial menyebabkan kanker.

Penyakit akibat rokok selain penyakit kanker juga penyakit kronis seperti radang paru paru, stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru sumbatan menahun juga gangguan pernapasan serta gangguan Sistem reproduksi .

“Data juga menunjukkan kematian bayi baik di Kota ataupun di desa lebih banyak pada ayah yang perokok. Perokok pasif rentan jadi korban penyakit akibat rokok karena menghisap asap sampingan 3 Kali lebih berbahaya dari yang di hisap perokok. Jadi merokok membahayakan kesehatan semua,” kata dr. Prijo Sidipratomo, pada Peringatan Hari Tembakau Sedunia 2012 di FX Mal, Senayan, Jakarta, Minggu (03/06).

Menurutnya, konsumsi rokok trennya terus meningkat. Terakhir data tahun 2008 menunjukan 240 miliaar batang atau 658 juta batang per hari atau setara dengan Rp 330 miliar per hari.

Ini merupakan bisnis yang luar biasa. Sayangnya yang menjadi sasarannya adalah perokok aktif berpendidikan rendah 67 % , sedangkan yang tinggi 48%. Belanja rokok pada keluarga miskin 12% pada keluarga kaya 7 % . Rokok merupakan pengeluaran terbesar kedua bagi keluarga miskin.

“Rokok mengalahkan kebutuhan gizi pada penduduk miskin karena pengeluarannya 17 kali dari dana membeli daging, 5 kali dari dana pembelian susu dan telur. Pengeluaran membeli rokok pada keluarga miskin adalah 15 kali dari pengeluaran untuk kesehatan dan 9 kali dari pengeluaran untuk biaya pendidikan. Sungguh sangat kejam sekali dampak rokok ini bagi keluarga miskin,” ujar Prijo.

Bagi pencandu rokok, dengan atau tanpa iklan rokok, mereka akan mencari karena sudah adiksi, sehingga iklan rokok atau simbol apapun tentang brand rokok ditujukan untuk mencari perokok baru terutama anak dan remaja.

Di Jepang orang boleh membeli rokok jika sudah diatas usia 20 tahun. Bandingkan dengan Indonesia dimana ditemukan peningkatan perokok lebih dari 4 kali pada usia anak 5-9 tahun.

Mengapa semua ini terjadi ?

Karena Indonesia tidak pernah meratifikasi Frame work Convention on Tobacco Control, Indonesia termasuk 11 negara Dari 178 yg belum atau tidak mau meratifikasinya semua ini berdampak Indonesia surga bagi global industry rokok.

Karena iklan rokok dan simbol-simbol rokok bebas ditayangkan.

Karena rokok bebas diperjualbelikan hingga dalam bentuk eceran sekalipun.


http://forum.kompas.com/teras/92871-rokok-kebutuhan-nomor-dua-keluarga-di-indonesia.html

No comments:

Post a Comment