Shofwan bin Umayyah adalah seorang yang memusuhi Rasululullah saw. Bapaknya, Ummayyah, juga memusuhi Rasulullah. Jadi, komplit sudah. Anak dan bapak sama-sama memusuhi Rasulullah.
Ketika Rasulullah memasuki Makkah dalam peristiwa Fath Makkah (Penaklukkan kota Makkah), banyak orang-orang Quraisy yang merasa ketakutan, bahkan tidak sedikit yang melarikan diri. Mereka takut kalau Rasulullah akan balas dendam atas perbuatan mereka selama ini. Di antara yang melarikan diri adalah Shofwan. Ia pergi menuju Jeddah. Dari Jeddah ia berencana menuju Yaman, dengan menyeberangi lautan. Shofwan merasa bahwa lebih baik ia mati di tengah lautan daripada mati di tangan Rasulullah. Padahal, Rasulullah memaafkan semua orang-orang yang sejak lama memusuhinya. Bahkan, Rasulullah memberi mereka hadiah-hadiah.
Shofwan tetap bersikeras dengan keinginannya. Maka, berangkatlah ia menuju Jeddah.
Pada saat yang sama, Umayr bin Wahb datang kepada Rasulullah. Umayr berkata, ‘Wahai Nabi Allah, sesungguhnya Shofwan sudah melarikan diri darimu. Saat ini ia akan menyeberangi lautan dan ia akan bunuh diri di sana. Maka, berilah ia jaminan keamanan’.
Rasulullah berkata, ‘Dia akan aman’. Umayr berkata, ‘Wahai Rasulullah, berikan padaku tanda jaminan keamananmu’. Maka, Rasulullah memberikan imamah (sorban yang melilit di kepala) yang dipakainya saat itu.
Maka, berangkatlah Umayr menuju Jeddah, menyusul Shofwan. Umayr berhasil menemukan Shofwan, yang saat itu akan menaiki kapal. Lalu Umayr berkata, ‘Wahai Sofyan, demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya. Ingatlah dirimu. Jangan kau celakakan dirimu sendiri! Aku datang kepadamu dengan membawa jaminan kemananan dari Rasulullah.’ Umayr menunjukkan sorban Rasulullah kepada Shofwan.
Shofwan berkata, ‘Tapi aku kuatir dengan keselamatan diriku.’ Umayr berkata, ‘Dia (Rasulullah) lebih lembut dan mulia dari yang kau kira.’ Shofwan membatalkan niatnya naik kapal. Lalu, bersama Umayr ia kembali ke Makkah, mendatangi Rasulullah.
Sesampainya di hadapan Rasulullah, Shofwan berkata, ‘Inikah orang yang telah engkau berikan jaminan kemananan?’ Rasulullah menjawab, ‘Benar.’ Shofwan berkata, ‘Kalau begitu, beri aku waktu 2 bulan untuk menentukan sikap (apakah masuk Islam atau tidak).’
Rasulullah menjawab, ‘Engkau aku beri waktu 4 bulan’.
Subhanallah… Begitulah akhlak Rasulullah terhadap musuh-musuhnya.
Rasululullah tidak menekan Shofwan untuk mengambil keputusan dengan cepat, namun memberinya waktu lebih lama dari yang ia minta.
Rasulullah tidak eforia dengan kemenangannya. Rasulullah tidak memanfaatkan posisinya yang ‘di atas angin’ untuk membalas perlakuan buruk para musuhnya.
Rasulullah begitu lembut hatinya dan begitu sempurna pemaafannya.
I miss you, duhai Rasulullah…
http://bangaziem.wordpress.com/2010/04/11/akhlak-rasulullah-saw-terhadap-musuh/
bagaimana bangsa libiya sekarang terhadap musuh mereka yg mereka bunuh kemarin??
ReplyDelete