Suatu Malam Nashruddin biasa berdoa kepada Allah di
waktu sahur, kemudian memohon kepada-Nya agar diberi rezeki berupa uang sebanyak
seribu dirham emas. Namun, dia tidak akan mengambilnya kecuali 999 dirham
saja.
Nashruddin juga memiliki seorang tetangga Yahudi, yang setiap hari
mendengarkan doanya. Suatu hari, tetangga Yahudinya itu hendak menguji
Nashruddin. Dia menaruh uang sebanyak 999 dirham emas dalam sebuah
pundi.
Ketika datang waktu sahur, seperti biasa, Nashruddin mulai berdoa
dengan doa yang biasa dilakukannya. Orang Yahudi itu pun melempar kan pundi itu
ke dalam rumah Nashruddin melalui cerobong asap. Lalu, si Yahudi itu mengintip
dan memperhatikan apa yang bakal dilakukan Nashruddin.
Melihat pundi berisikan uang itu,Nashruddin bersyukur kepada
Allah dan mengucapkan alhamdulillah, karena Allah telah mengabulkan doanya.
Nashruddin mengambil kantung itu dengan tenang dan sopan, lalu menghitungnya.
Ternyata, uang itu sesuai dengan yang diharapkannya. Nashruddin berkata,
"Sesungguhnya yang memberikan kepadaku uang sebanyak 999 dirham ini, tentu
tidak akan kikir dengan uang yang satu dirham." Lalu, dia menyembunyikan
pundi tersebut.
Melihat itu, dengan segera orang Yahudi itu pergi ke
rumah Nashruddin sambil tertawa dan berkata, "Kembalikan uangku itu! Aku hanya
ingin menguji dan mempermainkanmu agar aku tahu kesungguhanmu dalam memohon
rezeki kepada Allah Swt."
Dengan penuh heran, Nashruddin berkata kepada
Yahudi itu, "Dirham mana yang kau maksudkan? Apakah engkau pernah
meminjamiku uang?" Orang Yahudi itu menjawab, "Tidak,wahai tuan, sesungguhnya
uang itu bukanlah uang yang kamu mohon kepada Tuhanmu, tetapi itu uangku yang
kulemparkan lewat cerobong asap."
Nashruddin berkata padanya, "Gila
kamu,cerita macam ini tidak akan ada yang mempercayainya. Apakah engkau
pernah mendengar, di zaman sekarang ini, adanya seorang Yahudi yang terlintas
dalam benaknya untuk memberikan uang sebanyak itu kepada orang lain lewat
cerobong asap? Sungguh, uang yang kudapatkan itu adalah bukti nyata terkabulnya
doaku, dan itu datang dari khazanah kekayaan Allah Swt yang Mahaluas."
Lalu,
terjadilah perselisihan di antara keduanya, dan Nashruddin bersikeras
pada pendapatnya. Setelah melihat Nashruddin begitu berkeras dalam
mempertahankan pendapatnya, orang Yahudi itu berkesimpulan bahwa perselisihan
itu tidak akan terselesaikan kecuali bila diajukan pada seorang hakim. Orang
Yahudi itu berkata pada Nashruddin, "Untuk mengakhir perselisihan ini, sebaiknya
kita pergi ke seorang hakim."
Nashruddin menjawab, "Jika itu yang kau
harapkan, mari kita pergi ke sana. Akan tetapi, aku sudah tua dan tidak dapat
pergi ke tempat hakim itu dengan berjalan kaki. Sebab, di samping rumahnya jauh,
aku juga tidak tahan dengan hawa dingin. Sementara, aku tidak punya baju tebal
untuk menyelimuti tubuhku."
Yahudi itu berkata padanya, "Aku akan sediakan
untukmu keledai dan baju mantel tebal." Lalu, keduanya pergi menuju rumah
seorang hakim. Sementara Yahudi itu berjalan kaki, Nashruddin menunggang keledai
dan mengenakan baju mantel tebal milik Yahudi itu. Setelah kedua orang itu masuk
ke rumah seorang hakim, si Yahudi itu membeberkan persoalannya. Setelah selesai,
hakim itu berkata pada Nashruddin, "Lalu, bantahan apa yang akan kau katakan
dalam kasus ini?"
Nashruddin pun angkat bicara, "Wahai hakim, dia telah
mengada-ada. Aku tidak mendapatkan uang darinya, namun aku memperoleh uang
dirham itu dari anugrah Allah Swt yang Mahaderma kepada hamba-Nya. Sehingga,
dakwaannya itu sangat tidak logis dan tak dapat diterima. Seandainya ada seorang
yang akan mati kelaparan pun, karena kikirnya, dia tidak akan memberikan bahkan
sepotong roti pun. Lantas, bagaimana mungkin dia akan memberikan kepadaku uang
sebanyak itu. Sungguh, dia ingin menipuku dan merampas seluruh hartaku
ini. Mungkin saja sebentar lagi dia akan mengaku bahwa keledai yang kutunggangi
itu dan baju mantel yang kupakai ini adalah miliknya juga."
Mendengar
kata-kata Nashruddin, Yahudi itu pun terkejut dan takut akan
kehilangan keledai serta baju mantelnya. Dia lalu berkata pada
Nashruddin, "Apakah keledai dan mantelku itu akan kau dakwa menjadi milikmu
juga? Sungguh aku merasa kasihan padamu karena engkau seorang yang tua,
sehingga kubiarkan engkau mengendarai keledaiku dan aku berjalan
kaki!"
Nashruddin berkata kepada hakim itu, "Wahai tuan hakim, bukankah
telah Anda dengar ucapannya? Mulai hari ini, saya tidak akan mempercayainya.
Sungguh aneh orang ini; segala milikku.dia dakwa menjadi
miliknya."
Setelah mendengar perang kata-kata antara kedua orang itu,
hakim itu lalu berdiri dan memberikan keputusannya, "Keluarlah wahai
Yahudi... Telah tampak kebenaran atas semua masalah ini. Sungguh, seluruh
dakwaanmu ohong dan tidak benar. Kamu ingin merampas arta milik orang tua
yang patut dikasihani ini."
Orang Yahudi itu pun keluar sambil menangis
dan mengadukan nasibnya yang malang itu. Sementara, Nashruddin meunggangi
keledai itu dan pulang ke rumahnya dengan tenang. Tak lama setelah orang
Yahudi itu tiba di rumahnya, Nashruddin pergi ke rumah orang Yahudi itu dan
mengembalikan seluruh harta miliknya, tanpa berkurang satu dirham pun; begitu
juga keledai dan baju mantelnya.
Nashruddin lalu berkata padanya, "Janganlah
engkau turut campur dalam urusan hamba dengan Tuhannya. Sebab, itu akan
membuat cemas dan gelisah hati seorang hamba."
Tenyata, kejadian itu
menjadi pelajaran besar bagi orang Yahudi itu. Tak lama kemudian, orang yahudi
itu datang ke rumah Nashruddin untuk bertaubat dan menyatakan keislamannya
kepadanya.
http://sufiroad.blogspot.com/2012/03/nashrudin-hidja-banyak-saja-diberikan.html
No comments:
Post a Comment