Tuesday, July 19, 2011

Al-Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas

Setiap tahunnya, di Kota Bogor tepatnya di kawasan empang Bogor selalu dibanjiri ribuan penziarah yang datang dari berbagai pelosok tanah air, bahkan mancanegara. Empang menjadi terkenal karena di lokasi itu terdapat maqam Waliyullah Al-Alamah Al-Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Athas. Tepatnya berada di komplek Masjid Keramat An Nur yang lokasinya tepat di Jalan Lolongok.

Di Kompleks Masjid An Nur itu, terdapat pula maqam dari anak anak beliau (Al-Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas) yaitu Al-Habib Mukhsin Bin Abdullah Al-Athas, Al-Habib Zen Bin Abdullah Al-Athas, Al-Habib Husen Bin Abdullah Al-Athas, Al-Habib Abu Bakar Bin Abdullah Al-Athas, Sarifah Nur Binti Abdullah Al-Athas, dan makam murid kesayangannya yaitu Al-Habib Habib Alwi Bin Muhammad Bin Tohir, dan Maqom seorang ulama besar yang belum lama ini wafat 26 maret 2007 Al-Walid Habib Abdurrohman Bin Ahmad Assegaf (Pimpinan pon-pes Al Busro Citayam depok) (Allohu yarhamhum).

Para penziarah datang ke Masjid Keramat An-Nur, tidak hanya di bulan puasa, tapi juga di setiap bulan Maulid, Rajab, untuk ikut memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yang sekaligus digelar haul Al-Habib Abdullah Bin Muhsin Al-Athas, bahkan tidak sedikit para penziarah yang datang dari Mancanagera antara lain Singapura, Malaysia, dan dari berbagai belahan Negara Timur Tengah.

Perjalanan Hidup Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas

Dalam manakib beliau diceritakan, Al-Habib Abdullah Bin Mukhsin Bin Muhammad Bin Abdullah Bin Muhammad Bin Mukhsin Bin Husen Bin Syeh Al-Kutub Al-Habib Umar Bin Abdurrohman Al-Athas adalah seorang tokoh rohani yang dikenal luas oleh semua kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “Ahli kasaf” dan ahli Ilmu Agama yang sulit ditandingi keluasan Ilmunya, jumlah amal ibadahnya, kemulyaan maupun budi pekertinya.

Al-Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas lahir pada pada hari Selasa 20 Jumadi Awal 1275 H, di desa Hawrat, kampung Khuraidhah Hadramaut, Yaman. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dan perhatian khusus dari Ayahnya. Beliau mempelajari Al Qur’an dimasa kecilnya dari Mu’allim Syeh Umar Bin Faraj Bin Sabah.

Dalam Usia 17 tahun beliau sudah hafal Al Qur’an. Kemudian beliau oleh Ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya. Beliau dapat menimba berbagai cabang ilmu Islam dan Keimanan.

Di antara guru–guru beliau, salah satunya adalah Assyayid Al-Habib Al-Qutbi Abu Bakar Bin Abdullah Al-Athas, dari Beliau Al-Habib Abdullah bin Mukhsin menimba Ilmu–Ilmu rohani dan tasawuf. Beliau mendapatkan do’a khusus dari Al Habib Abu Bakar Al Athas, sehingga dengan kehendak Allah swt, berkah do’a dari guru-gurunya, beliau berhasil meraih derajat kewalian yang patut. Di antaranya guru rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulya Al-Habib Sholih Bin Abdullah Al-Athas, penduduk Wadi a’mad.

Habib Abdullah pernah membaca Al-Fatihah di hadapan Habib Sholeh, dan Habib Sholeh menalqinkan Al Fatihah kepadanya Al A’rif Billahi Al Habib Ahmad Bin Muhammad Al Habsi, ketika melihat Al-Habib Abdullah Bin Mukhsin yang waktu itu masih kecil beliau berkata, ”Sungguh anak kecil ini kelak akan menjadi orang mulia kedudukannya.”

Al-Habib Abdullah Bin Mukhsin pernah belajar Kitab risalah karangan Al-Habib Ahmad Bin Zen Al-Habsi kepada Al-Habib Abdullah Bin A’lwi Alaydrus, sering menemui Imam Al-Abror Al-Habib Ahmad Bin Muhammad Al Muhdhor. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa Waliyullah yang tingal di hadramaut di antaranya, Al-Habib Ahmad Bin Abdullah Al-Bari seorang tokoh sunah dan asar. Dan Syeh Muhammad Bin Abdullah Basudan. Beliau menetap di kediaman Syeh Muhammad Basudan selama beberapa waktu guna memperdalam Agama.

Pada tahun 1282 Hijriah, Habib Abdulllah Bin Mukhsin menunaikan Ibadah haji yang pertama kalinya. Selama di tanah suci beliau bertemu dan suka berdialog dengan ulama–ulama Islam terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke Negrinya dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk memetik manfaat dari wali–wali Allah.

Setelah dirasa cukup, maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa Desa dan beberapa Kota di Hadramaut untuk mengunjungi para Wali dan tokoh–tokoh Agama dan Tasawuf baik dari keluarga Al A’lwi maupun dari keluarga lain.

Pada tahun 1283 H, Beliau melakukan ibadah haji yang kedua. Sepulangnya dari Ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai pelosok dunia untuk mencari karunia Allah SWT dan sumber penghidupan yang merupakan tugas mulia bagi seorang yang berjiwa mulia. Dengan izin Allah SWT, perjalanannya mengantarkan beliau sampai ke Indonesia. Di Indonesiapun Beliau bertemu dan menimba Ilmu kepada sejumlah Waliyullah dari keluarga Al-Alwi, antara lain Al-Habib Ahmad Bin Muhammad Bin Hamzah Al-Athas.

Sejak pertemuanya dengan Habib Ahmad beliau mendapatkan Ma’rifat. Dan Habib Abdullah Bin Mukhsin di awal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan sebagai Kota tempat kediamannya. Guru beliau Habib Ahmad Bin Muhammad Al-Athas banyak memberi perhatian kepada beliau sehinga setiap kali gurunya menunjungi Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas.

Dalam setiap pertemuan Habib Ahmad selalu memberi pengarahan rohani kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin sehingga hubungan antara kedua Habib itu terjalin amat erat. Dari Habib Ahmad beliau banyak mendapat manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan di dalam tulisan yang serba singkat ini.

Dalam perjalan hidupnya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas pernah merasakan kezaliman pemerintah belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu. Suatu hari, Beliau dimasukan ke dalam penjara, mungkin pengalaman ini telah digariskan Allah. Sebab, Allah ingin memberi beliau kedudukan tinggi dan dekat dengannya. Nasib buruk ini pernah juga dialami oleh Nabi Yusuf AS yang sempat mendekam dalam penjara selama beberapa tahun. Namun, setelah keluar dari penjara ia diberi kedudukan tinggi oleh penguasa Mashor yang telah memenjarakannya.

Karomah dan Kekeramatan Habib Abdullah

Selama di penjara kekeramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung ke tempat di mana Beliau dipenjarakan. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Sampai mereka pun ikut mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran Habib Abdullah di penjara.

Berkah ketaqwaannya, setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin selalu dikabulkan Allah SWT. Para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang mendatangi beliau. Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika usulan ditawarkan kepada Habib Abdullah beliau menolak dan lebih suka menungu sampai selesainya masa hukuman.

Pada suatu malam pintu penjara tiba–tiba terbuka dan datanglah kepada beliau kakek beliau Al-Habib Umar Bin Abdurrohman Al-Athas seraya berkata, "Jika kau ingin keluar dari penjara keluarlah sekarang, tetapi jika engkau mau bersabar maka bersabarlah." Beliau ternyata memilih untuk bersabar dalam penjara. Pada malam itu juga Sayyidina Al-Faqih Al-Muqodam dan Syeh Abdul Qodir Zaelani serta beberapa tokoh wali mendatangi beliau dalam mimpinya. Pada kesempatan itu Sayyidina Al-Faqih Al-Muqodam memberikan sebuah kopiah. Ternyata di pagi harinya Kopiah tersebut masih tetap berada di kepala Al-Habib Abdullah padahal beliau bertemu dengan Al-Faqih Al-Muqodam hanya dalam mimpi.

Para pengujung terus berdatangan ke penjara sehingga berubahlah penjara itu menjadi rumah yang selalu dituju. Beliau pun mendapatkan berbagai karomah yang luar biasa mengingatkan kembali hal yang dimiliki para salaf yang besar seperti Assukran dan syeh Umar Muhdor.

Di antara Karomah yang beliau peroleh adalah sebagaimana yang disebutkan Al-Habib Muhammad Bin Idrus Al-Habsyi bahwa Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas ketika mendapatkan anugrah dari Allah SWT, beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan segala isinya. Al-Habib Muhammad Idrus Al-Habsyi juga menuturkan, "Ketika aku mengunjungi Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas dalam penjara, aku lihat penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Ilahi. Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait-bait syair Habib Abdullah Al Hadad yang awal baitnya adalah sbb 'Wahai yang mengunjungi Aku di malam yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitrah.' Selanjutnya, kata Habib Muhammad Idrus, kami selagi berpelukan dan menangis, Karomah lainnya setiap kali beliau memandang borgol yang membelenggu kakinya, maka terlepaslah borgol itu."

Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh bawahannya untuk mengikat leher Habib Abdullah Bin Mukhsin dengan rantai besi maka atas izin Allah rantai itu terlepas, dan pemimpin penjara beserta keluarga dan kerabatnya mendapat sakit panas. Dokter tak mampu mengobati penyakit pemimpin penjara dan keluarganya itu, barulah kemudian pemimpin penjara sadar bahwa penyakitnya dan penyakit keluarganya itu diakibatkan karena dia telah menyakiti Al-Habib yang sedang dipenjara.

Kemudian, kepala penjara mengutus bawahannya untuk meminta Habib Abdullah mendoakan agar penyakit yang diderita oleh kepala penjara dan keluarganya itu sembuh. Maka, berkatalah Habib Abdullah kepada utusan itu, "Ambillah borgol dan rantai ini ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu, maka akan sembuhlah dia."

Kemudian dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh Habib Abdullah, maka dengan izin Allah SWT penyakit pimpinan penjara dan keluarganya seketika sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan kekeramatan Habib Abdullah Mukhsin Al-Athas. Sekeluarnya dari penjara beliau tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.

Perjalanan Hijrahnya ke Desa Empang

Disebutkan, bahwa awal mula kedatangan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh Al-Habib Al-Imam Abdullah bin Abu Bakar Alayidrus, untuk menuju Kota Mekah. Dan sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah SAW. Entah apa yang dimimpikannya, yang jelas ke esokan harinya beliau berangkat menuju Negeri Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan Al-Habib Ahmad Bin Hamzah Al-Athas yang ada di Pakojan Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya, lalu Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas memerintahkan agar beliau datang berziarah ke Habib Husen di Luar Batang, dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor. Beliau datang ke Empang dengan tidak membawa apa-apa. Pada saat beliau datang ke Empang Bogor, di sana disebutkan bahwa Empang yang pada saat itu belum ada penghuninya, namun dengan Ilmu beliau bisa menyala dan menjadi terang benderang.

Diceritakan, ada kekeramatan yang lain, terjadi pula ketika beliau tengah makan di pinggiran empang, kebetulan pada saat itu datang kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata "Habib, kalau anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya."

Pada saat itu kebetulan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas tengah makan dengan berlauk seekor ikan dan ikan itu tinggal separuh lagi. Maka Habib Abdukkah berkata ”Yaa sama Anjul ilaman Tabis.” (Wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah!) maka atas izin Allah SWT, seketika itu juga ikan yang tinggal separuh lagi meloncat ke empang. Konon ikan yang tinggal separuh tersebut sampai sekarang masih hidup di laut.

Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. Pendirian Masjid ini dilakukan bersama para Habaib dan ulama-ulama besar di Indonesia. Di Sekitar Areal Masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman Habib Abdullah, yang kini rumah itu ditempati oleh Khalifah Masjid, Habib Abdullah Bin Zen Al Athas. Di dalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan zikir beliau. Bahkan di sana terdapat peninggalan beliau seperti tempat tidur, tongkat, gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.

Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100 kitab, sisanya disimpan di “Jamaturkhair atau di Rabitoh”, Tanah Abang Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah “Faturrabaniah” konon kitab itu hanya beredar dikalangan para ulama besar,

Adapun karangannya yang lain adalah kitab “Ratibul Ahtas dan Ratibul Hadad.” Kedua kitab itu merupakan pelajaran rutin yang diajarkan setiap magrib oleh beliau kepada murid-muridnya dimasa beliau masih hidup, bahkan kepada anak dan cucunya, Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas menganjurkan supaya tetap dibacanya.

Habib Abdullah Bin Al-Athas, adalah seorang Waliyullah dengan kiprahnya menyebarkan Agama Islam dari satu negeri ke negeri lain. Di Kampung Empang beliau menikahi seorang wanita keturunan. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di kampung Empang di dalam sertifikatnya atas nama Al-Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Athas.

Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau selalu membaca Sholawat Nabi yang setiap harinya dilakukan secara dawam di baca sebanyak seribu kali, dengan kitab Sholawat yang dikenal yaitu “Dala’l Khoirot” artinya kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Menurut Manakib, beliau dipanggil Allah SWT pada hari Selasa, 29 Zulhijjah 1351 Hijriah di awal waktu zuhur. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya, hari Rabu setelah Sholat zuhur. Tak terhitung jumlah orang yang ikut mesholatkan jenazah. Beliau dimakamkan di bagian Barat Masjid An Nur Empang. Sebelum wafat beliau terserang sakit flu ringan.

Sholluu ‘alannabi. Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa alihi wasohbihi.

Tambahan, Haul Al Alamah Al Arif Billah Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas diselenggarakan setiap tahunnya tanggal, 23 Rabiul awal ( Maulud ) Di komplek Mesjid keramat Annur Empang bogor.

http://mhfathurrahim.wordpress.com/2010/03/08/al-habib-abdullah-bin-mukhsin-al-athas/

No comments:

Post a Comment