Monday, July 11, 2011

Tentang Shalawat Nabi SAW

Kalimat Thayyibah Shalawat Nabi, Makna Shalawat, Makna Taslim (ucapan salam), Hukum Shalawat, Keutamaan Shalawat, Peringatan Terhadap Orang yang Meninggalkan Shalawat Secara Sengaja, Bentuk Shalawat, Waktu-waktu yang Disunnahkan untuk Mengucapkan Shalawat, Buah Shalawat Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Sesungguhnya Shalawat terhadap Nabi memiliki kedudukan yang tinggi di dalam hati setiap muslim, oleh sebab itu, kami akan membahas dengan ringkas tentang hukum-hukum seputar Shalawat terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kami berkata, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيم ﴾ [الأحزاب: 56].

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah dengan penuh penghormatan.”(QS. Al-Ahzab: 56)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: ”Maksud dari ayat ini adalah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada para hamba-Nya, tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya dan di sisi para makhluk yang tinggi (Malaikat). Dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji beliau di hadapan para Malaikatnya, dan para Malaikat pun bershalawat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan penduduk bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, supaya terkumpul pujian terhadap beliau dari peghuni dua alam, alam atas (langit) dan alam bawah (bumi) secara bersama-sama.”(Tasir Ibnu Katsir Jilid 3 hal 514)

Faidah Penting: Kenapa orang-orang yang beriman dikhususkan dengan taslim (ucapan salam) kepada Nabi, sedangkan Allah dan para Malaikat tidak?

Jawab: Karena (hakekat) salam adalah memberikan keselamatan kepada Nabi dari apa-apa yang menyakiti beliau, maka ketika ayat ini datang setelah penyebutan tentang apa-apa yang menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu firman-Nya:

﴿ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَداً إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيم ﴾ [الأحزاب:53]

”Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah itu (setelah Nabi wafat). Sesunguhnya yang demikian itu sangat besar dosanya di sisi Allah.”(QS. Al-Ahzab:53)

Dan sesuatu yang menyakiti hanyalah muncul dari manusia, maka tepat sekali mengkhususukan manusia dan menekankannya dengan taslim (ucapan salam).”(al-Futuhat al-Ilahiyah oleh al-‘Ujailiy jilid 4 hal 454)

Makna Shalawat Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Abu ‘Aliyah rahimahullah berkata: ”Shalawat Allah atas Nabi adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para Malaikat-Nya, shalawat Malaikat kepada beliau adalah do’a (maksudnya: bahwa para Malaikat memohon kepada Allah tambahan dari pujian Allah kepada Nabi).”

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata:” يصلون/mereka bershalawat, maksudnya adalah mereka mendoakan untuk beliau keberkahan.” (Shahih al-Bukhari Kitab Tafsir bab:10)

Al-Haliimiy rahimahullah bekata: ”Makna shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, pengagungannya. Dan maka ucapan kita Allahumma shalli ‘ala Muhammad: ”Ya Allah agungkanlah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Ibnu Hajar rahimahullah berkata: ”Maksudnya adalah pengagungan terhadap beliau di Dunia dengan cara meninggikan nama beliau, menampakkan (memenangkan ) agama beliau, dan melanggengkan Syari’atnya. Dan di Akherat dengan cara memperbesar ganjaran (balasan amal) beliau, memberikan beliau hak untuk memberi syafa’at untuk umatnya, dan menunjukkan keutamaan beliau dengan Maqam al-Mahmud (kedudukan yang terpuji).” (Fathul Bari)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: ”Makna shalawat Allah atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pujian-Nya terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan penjagaan-Nya terhadap beliau, penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau. Dan shalawat kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah, kita memohon kepada Allah tambahan di dalam pujian-Nya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau serta kedekatan beliau kepada Allah.” (Jalaa’ul Afhaam, hal 261-262)

Makna Taslim (ucapan salam) Kepada Beliau

Taslim artinya as-Salaam, yang itu adalah salah satu nama dari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan makna taslim yang lain adalah: ”Engkau tidak pernah terlepas wahai Muhammad dari kebaikan dan berkah, dan engkau selamat dari segala sesuatu yang tidak menyenangkan dan penyakit serta cacat.” Maka ketika kita berkata: “Allahumma sallim ‘ala Muhammad," maka maksudnya adalah: ”Ya Allah tulislah bagi Muhammad di dalam dakwahnya, umatnya, dan namanya keselamatan dari segala kekurangan (aib/cacat), tambahkanlah seiring berjalannya waktu ketinggian beliau dan (tambahkanlah) jumlah umat beliau, dan nama beliau semakin terangkat.”(Fadhlu as-Shalat ‘ala Nabi, oleh Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah hal 88)Hukum Shalawat Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Shalawat terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah wajib atas setiap muslim, baligh (dewasa menurut kacamata agama) dan berakal, sekali seumur hidup. Adapun selain itu (slain shalawat yang sekali) adalah sunnah yang dianjurkan. (asy-Syifaa, oleh al-Qadhi ‘Iyadh jilid 2 hal 62)

Keutamaan Shalawat Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang keutamaan bershalawat kepada Nabi, dan kami akan menyebutkannya sebagian, di antaranya:

1. Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan:

عن أبي هريرة أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: (من صلى عليَّ صلاة واحدة، صلى اللَّه عليه عشرًا ).[مسلم حديث 408]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungghnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Siapa saja yang bershalawat kepadaku satu shalawat, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh.” (Muslim hadits no.408)

2. Imam an-Nasaai rahimahullah meriwayatkan:

عن أنس أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: ( من صلى عليَّ صلاة واحدة،صلى اللَّه عليه عشر صلوات، وحُطت عنه عشر خطيئات، ورُفعت له عشر درجات ).[حديث صحيح: صحيح النسائي للألباني جـ1ص415]

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Siapa saja yang bershalawat kepadaku satu shalawat, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh shalawat dan dihilangkan darinya sepuluh kesalahan dan dinaikkan untuknya sepuluh serajat.” (Hadits shahih: Shahih an-Nasaai oleh al-Albani rahimahullah jilid 1 hal:415 )

3. Imam Nasaai rahimahullah juga meriwayatkan:

عن ابن مسعود أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: ( إن للَّه ملائكة سياحين في الأرض يبلغوني عن أمتي السلام ).[حديث صحيح: صحيح النسائي للألباني جـ1ص410]

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Sesungguhnya Allah memiliki Malaikat-malaikat yang berkeliling di muka bumi, untuk menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” (Hadits shahih, Shahih Imam Nasaai oleh al-Albani rahimahullah jilid 1 hal: 410)

4. Imam ath-Thabrani rahimahullah meriwayatkan:

عن أبي الدرداء أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: ( من صلى عليَّ حين يصبح عشرًا وحين يُمسي عشرًا أدركته شفاعتي يوم القيامة ).[حديث حسن: صحيح الجامع للألباني حديث 6357]

Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Siapa saja yang bershalawat kepadaku sepuluh kali di waktu pagi dan sore, maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari Kiamat.” (hadis hasan, Shahih al-Jami’ oleh al-Albani hadits no.6357)

Peringatan Terhadap Orang yang Meninggalkan Shalawat Secara Sengaja

Imam at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( رَغِمَ أنفُ رجل ذُكرتُ عنده فلم يصلِّ عليَّ ). [حديث صحيح: صحيح الترمذي حديث 2870]

“Terhinalah seseorang yang namaku disebut di sisinya, tetapi dia tidak bershalawat kepadaku.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2870)

Beliau juga meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( البخيل مَنْ ذُكِرْتُ عنده فلم يصلِّ عليَّ ). [حديث صحيح، صحيح الترمذي حديث 2811]

“Orang yang bakhil (kikir/pelit) adalah orang yang apabila namaku disebut di sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2811)

Beliau juga meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( ما جلس قوم مجلسًا لم يذكروا اللَّه فيه، ولم يصلوا على نبيهم، إلا كان عليهم ترة (حسرة وندامة) فإن شاء عذبهم وإن شاء غفر لهم ).[حديث صحيح: صحيح الترمذي حديث 2691]

“Tidaklah suatu kaum duduk di sebuah majelis, yang mereka tidak menyebut nama Allah di dalamnya dan juga tidak bershalawat kepada Nabinya, kecuali hal itu menjadi kerugian dan penyesalan, maka kalau Allah menghendaki Dia akan mengadzabnya dan apabila menghedaki Dia akan mengampuni mereka.” (hadits shahih, Shahih at-Tirmidzi hadits no.2691)

Bentuk Shalawat Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Kami akan menyebutkan bentuk Shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling shahih, yaitu sebagai berikut:

1. Asy-Syaikhan (al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah) meriwayatkan dari Ka’ab bin ‘Ujroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami, maka kami berkata: ”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kami telah mengetahui, bagaiman mengucapkan salam kepada engkau. Maka bagaimana kami bershalawat kepada engkau?” Beliau berkata: ”Ucapkanlah oleh kalian:

اللهم صلِّ على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على آل إبراهيم، إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد، كما باركت على إبراهيم إنك حميد مجيد ). [البخاري حديث 6357، ومسلم حديث 406]

2. Keduanya rahimahumallah juga meriwayatkan dari Abi Humaid as-Saa’idi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ”Wahai Rasulullah bagaimana cara kami bershalawat kepadamu.” Beliau menjawab: ”Ucapkanlah:

اللهم صلِّ على محمد وعلى أزواجه وذريته، كما صليت على آل إبراهيم، وبارك على محمد وعلى أزوجه وذريته كما باركت على إبراهيم، إنك حميد مجيد ) [البخاري حديث 2369، ومسلم 407]

3. Imam an-Nasaai rahimahullah dalam shahih an-Nasaai jilid 1, hal.4141, meriwayatkan dari Zaid bin Khaarijah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Bershalawatlah kalian kepadaku, dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa dan ucapkanlah:اللهم صلِّ على محمد وعلى آل محمد ).[حديث صحيح: صحيح النسائي جـ1ص414]

Hukum Mengeraskan Shalawat Yang Dilakukan Oleh Para Muadzin.

Perbuatan para muadzin yang mengeraskan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah adzan adalah perbuatan bid’ah yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, para muadzin di zaman beliau, para Shahabat dan para Khulafaur Rasyidin radhiyallahu’anhum dan juga tidak pernah dilakukan oleh para Tabi’in padahal mereka mengetahui keutamaan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan semangat mereka dalam ketaatan, seandainya hal itu baik, pasti mereka lebih dahulu melakukannya.

Dan sebagaimana dimaklumi bahwa lafal adzan adalah ibadah yang dibangun di atas aturan yang baku, tidak boleh menambah dan mengurangi sesuatu apapun di dalamnya. Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ). [البخاري 2697]

“Siapa saja yang membuat perkara baru yang tidak ada tuntunanya dalam agama kami, maka amalannya tertolak.” (HR. al-Bukhari: 2697)

Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata: ”Siapa saja yang di dalam Islam membuat bid’ah yang dianggapnya baik, maka dia telah menuduh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhianati amanat Risalah karena Allah telah berfirman:

﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِين ﴾ [المائدة:3]

”Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah:3).

Maka segala sesuatu yang pada hari itu bukan bagian dari agama, pada hari ini pun bukan bagian dari agama.” (Al-Ihkam fii Ushulil Ahkam oleh Ibnu Hazm jilid 6 hal. 225)

Hukum Bershalawat Kepada Selain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Pembahasan ini mencakup beberapa hal di antaranya:

Pertama: Bershalawat kepada para Nabi dan Rasulullah ‘Alaihi As-shallatu wassallaam. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: ”Seluruh para Nabi dan Rasul ‘Alaihi As-shallatu wassallaam didoakan dengan shalawat dan diucapkan salam kepada mereka. (Jalaaul Afham 627). Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

( صلوا على أنبياء اللَّه ورسله فإن اللَّه بعثهم كمابعثني ) [حديث حسن: صحيح الجامع للألباني حديث 3782]

“Bershalawatlah kepada para Nabi dan Rasul ‘Alaihi As-shallatu wassallaam, sesungguhnya Allah telah mengutus mereka sebagaimana Dia mengutusku.” (hadits hasan. Di kitab Shahih al-Jami, tulisan Syaikh al-Albani rahimahullah). hadits no:3782)

Kedua: Bershalawat kepada seluruh keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam artian kita mengucapkan:

اللهم صلِّ على آل محمد.

“Ya Allah berilah Shalawat kepada keluarga Muhammad.”

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: ”Keluarga Nabi diberi ucapan shalawat, dan tidak ada beda pendapat dalam hal ini.” (Jalaaul Afham: 636)

Faidah: Yang dimaksud keluarga Nabi adalah keluarga dalam agama dan iman bukan semata-mata karena hubungan darah, karena Abu Lahab dan Abu Thalib memiliki hubungan darah dengan Nabi akan tetapi keduanya bukan termasuk keluarga Nabi yang kita harus mengucapkan shalawat untuk mereka. Wallahu A’lam

Ketiga: Apakah bershalawat kepada keluarga Nabi secara terpisah/berdiri sendiri? Dalam arti menyebut salah seorang saja di antar mereka, sperti mengucapkan: “Allahumma Shalli ‘ala ‘Ali bin Abi Thalib, atau Allahumma Shalli ‘ala Hasan atau Allahumma Shalli ‘ala Husain atau Allahumma Shalli ‘ala Fathimah dan yang semacamnya. Dan juga apakah bershalawat terhadap para Sahabat radhiyallahu’anhum dan generasi setelah mereka?

Imam Nawawi rahimahullah berkata ketika menjawab pertanyaan tersebut: ”Yang benar yang diyakini oleh kebanyakan ulama adalah, hal itu makruh karena hal itu termasuk kebiasaan ahli bid’ah dan kita telah dilarang dari kebiasaan mereka.” (al-Adzkar Imam Nawawi 159)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: ”Sesungguhnya Rafidhah (syi’ah) apabila menyebut nama Imam-imamnya, mereka bershalawat kepada mereka, dan mereka tidak bershalawat kepada orang-orang yang lebih baik dari imam-imam mereka walaupun orang tersebut lebih baik dan lebih dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam daripada imam mereka. Maka hendaklah kaum muslimin menyelisihi mereka dalam kebiasaan ini.”(Jalaaul Afham 640)

Waktu-waktu yang Disunnahkan untuk Mengucapkan Shalawat

Para ulama menyebutkan waktu-waktu dan kondisi-kondisi yang disunahkan untuk bershalawat, dan mungkin secara singkat penjelasannya sebagai berikut:

1. Setelah mendengar dan mengikuti ucapan muadzin ketika adzan.

2. Ketika masuk dan keluar masjid

3. Setelah tasyahud (tahiyat) akhir di dalam shalat.

4. Setelah doa qunut

5. Di dalam shalat Jenazah setelah takbir yang kedua

6. Sebelum dan sesudah berdoa

7. Ketika berkhutbah jum’at, I’ed, Istisqa dan lain-lain (khusus bagi khatib)

8. Ketika disebut nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam

9. Ketika berada di Shafa dan Marwah bagi orang yang sedang Haji atau Umrah

10. Hari jum’at

11. Ketika pagi dan sore

12. Ketika menutup sebuah majelis atau pertemuan (taklim, kajian, pelajaran dll)

13. Ketika menyampaikan pelajaran dan ketika selesainya

14. Di antara takbir-takbir dalam shalat I’ed (Asy-Syifaa, oleh al-Qodhi ‘Iyadh, dan Jalaaul Afham)

Buah Shalawat Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyebutkan secara garis besar tentang buah dari shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya:

1. Shalawat termasuk bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

2. Sebab untuk mendapatkan kebaikan, dinaikkan derajat dan penghapusan dosa

3. Mendapat Syafa’at beliau pada hari kiamat

4. Sebab untuk mendapatkan kedekatan dengan Nabi pada hari kiamat

5. Sebab shalawat (do’a) Allah dan Malaikat kepada kita

6. Sebab dikabulkannya do’a

7. Sebab pengampunan dosa dan pengusir kegundahan

8. Sebab untuk mendapatkan majelis yang baik (berkah)

9. Menghindarkan sifat bakhil dari orang yang bershalawat

10. Sebab untuk melanggengkan dan meningkatkan cinta kita kepada Nabi

11. Terkandung di dalamnya syukur, dan pengakuan terhadap nikmat Allah

12. Sebab untuk mendapatkan berkah bagi jiwa, umur dan amalannya dan sebab kebaikannya (Jalaaul Afham hal. 612-626)

Dan akhir do’a kami adalah Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, washolatu wassalaamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Allihi wa Shahbihi wa man Tabi’ahum ilaa Yaumiddin.

http://blog.its.ac.id/syafii/2011/03/30/kalimat-thayyibah-shalawat-nabi-makna-shalawat-makna-taslim-ucapan-salamhukum-shalawatkeutamaan-shalawatperingatan-terhadap-orang-yang-meninggalkan-shalawat-secara-sengajabentuk-shalawat-wakt/

No comments:

Post a Comment