Saya mengakhiri tugas di organisasi pendidikan Maryland dengan kedudukan sebagai Ketua Departemen Matematika untuk kemudian bergabung dengan Sekolah Islam Seattle, sebagai Kepala Sekolah. Kathy bertugas sebagai sekretaris di sekolah ini, ia juga aktif sebagai seorang pekerja sosial Muslimah di lingkungannya. Ia memeluk Islam secara unik yang di jalaninya sendiri.
Berikut ini adalah kisah yang diceritakannya kepada saya:
“Sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar, saya ditemani ibu pergi mengunjungi perpustakaan umum. Perpustakaan ini tidak membuang begitu saja buku-buku duplikat dan buku-buku yang sudah waktunya diganti. Mereka menjual buku-buku itu dengan harga murah untuk mengumpulkan dana. Penjualan buku murah pun sedang berlangsung ketika saya datang ke perpustakaan itu. Saya mempunyai beberapa keping recehan logam di kantong, maka saya pun membeli sebuah buku seharga satu sen dollar.
Sesampai di rumah, buku itu saya simpan begitu saja di kamar. Kehidupan terus berjalan bersama sang waktu, saya lulus dari Sekolah Dasar. Melanjutkan ke Sekolah Menengah, dan begitu seterusnya, selesai dari Sekolah Menengah saya pun meneruskan belajar ke Sekolah Lanjutan, sehingga akhirnya saya pun lulus dari Sekolah Lanjutan.
Beruntung saya sanggup melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Saya tidak memilih bidang Sains, tetapi memilih jurusan Art (Seni/Budaya). Bidang studi utama yang saya tekuni adalah Perbandingan agama-agama.
Professor saya menawarkan begitu banyak pilihan tugas kerja di bidang ini. Tema Utamanya adalah studi perbandingan agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Namun tak satupun dari para pengajar kami yang beragama Islam. Saya lalui semua tugas perkuliahan dengan mudah dan lancar. Dengan demikian, saya telah mengumpulkan banyak nilai untuk dinyatakan lulus.
Sebagai lulusan baru, saya mulai mencari pekerjaan. Sangat sedikit lapangan kerja yang tersedia di daerah tempat tinggalku. Bagaikan mendapatkan keajaiban bahwa seorang perempuan lulusan jurusan Seni/Budaya bisa memperoleh pekerjaan. Saya menjadi begitu lelah, bosan dan duduk termenung di rumah hampir sepanjang waktu. Untuk mengusir rasa jemu, saya mulai mencari-cari bebagai barang yang saya miliki di
rumah. Sampailah saya menemukan buku yang pernah saya beli bertahun-tahun lalu ketika saya mengunjungi perpustakaan. Begitu lama tersimpan buku itupun tertutup debu. Saya bersihkan debu-debu itu dan mengambil buku itu. Adalah hal biasa bila seseorang menghargai apa yang telah pernah dibelinya menggunakan uangnya sendiri, terutama bagi seorang anak. Begitu pula bagi saya buku itu adalah sebuah barang berharga yang saya miliki.
Saya mulai membaca buku itu halaman demi halaman. Ternyata buku itu berisi terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Inggris. Isinya begitu menarik. Semakin jauh saya membacanya, saya semakin dibuat penasaran untuk lebih mengenal Islam. Apa yang tertulis disitu amat sangat berbeda dengan apa yang pernah diajarkan oleh professor saya di perguruan tinggi. Namun Demikian, nilai-nilai kebenaran Islam yang diketengahkan didalam Al-Qur’an memberikan kepuasan bagi akal dan nurani saya. Saya pun tersadar bahwa, jika demikian inilah Islam, sungguh sangat mengagumkan. Saya ingin menjadi seorang Islam.
Saya pun berusaha memperoleh informasi bagaimana caranya saya bisa masuk Islam. Ternyata prosesnya begitu sederhana sekali, maka sayapun memeluk Islam. Alhamdulillah. Segera setelah itu, saya menikahi seorang pemuda Muslim dari Afghanistan. Berdua, kami memberikan pelayanan kepada masyarakat Muslim dan bekerja bahu-membahu dengan para pemimpin Muslim setempat. Tak pernah kami berharap untuk mengubah jalan hidup kami ini. Semoga Allah SWT menerima perjuangan kami." Amiin.
dari: Ketika Cahaya Hidayah Menerangi Qalbu(How Islam Touched Their Hearts), oleh Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil (London), Madinah Al-Munawwarah
http://kisahkayahikmah.wordpress.com/2009/03/11/kathy-pemudi-amerika-memeluk-islam-setelah-membaca-terjemahan-al-qur%e2%80%99an/#more-63
Sunday, February 27, 2011
Rahasia Laki-laki Penghuni Surga
Salah satu amalan yang harus diamalkan umat Islam adalah menjauhi sifat iri hati, dengki dan hasad. Menjauhi sifat-sifat yang bagaikan virus itu, merupakan bagian dari sikap yang harus dilakukan umat Islam. Sebab hal itu bukan saja merugikan bagi yang menjadi sasaran dengki dan hasad, tetapi juga merugikan diri orang itu sendiri.
Ada kisah tentang tingkah laku seorang sahabat sahabat yang oleh Nabi Muhammad saw dijamin bakal menjadi penghuni surga yang kekal. Kisahnya demikian.
Rasulullah pada suatu ketika duduk bersama sahabat. Saat itu lewatlah sahabat lain. Sahabat itu tidak menonjol, biasa saja,. Tetapi kepada para sahabat yang lain, Nabi berkata tentang sahabat yang satu ini. “Dia adalah seorang lelaki calon penghuni surga,” kata beliau sambil menunjuk lelaki itu.
Mendengar itu, Abdullah bin Umar menjadi penasaran. Ia berupaya mengetahui rahasia kehidupan orang yang dipastikan oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. “Apa amalan lelaki Anshar ini, dan apa pula kelebihannhya,” kata Abdulah dalam hati.
Untuk menyelidiki orang tersebut, Abdullah bin Umar pun meminta diperbolehkan tinggal selama beberapa hari di rumah sahabat yang dikatakan Nabi calon penghuni surga itu. “Jika tidak keberatan, aku ingin tinggal bersamamu untuk beberapa hari saja,” katanya. “Ada apa dengan kamu?”
“Aku baru saja bertengkar dengan ayahku. Dan aku bersumpah tidak ingin bertemu dengannya selam tiga hari ini,” kata Abdullah berbohong. “Boleh, silahkan kapan saja dan berapa lama pun bisa,” kata sahabat itu dengan ramah.
Selama tiga hari itu, diamatinya tingkah laku dan tindak tanduk sahabat itu dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, setelah beberapa hari tinggal beberapa hari di rumah sahabat itu, Abdullah tidak menyaksikan kelebihan amalan atas sahabat itu. Ia menyaksikan kehidupan bakal penghuni surga itu biasa-biasa saja, amalan shalatnya pun biasa-biasa saja.
Saat hendak pamit, Abdullah terpaksa “membuka kartu” dan bertanya kepada tuan rumah bakal penghuni surga itu. “Saudaraku, sebenarnya aku tidak apa-apa dengan ayahku,” kata Abdullah. “Lalu ada apa kau tidur di rumahku?” tanya lelaki Anshar itu. “Beberapa hari yang lalu, ketika kami sedang berkumpul dengan Nabi di masjid, beliau mengatakan bahwa sebentar lagi akan ada orang Anshar calon penghuni surga masuk ke masjid itu. Dan laki-laki Anshar yang disebut-sebut Rasulullah itu adalah kamu.”
“Ah, benarkah begitu?” kata lelaki Anshar itu merendahkan diri. “Benar, Nabi berkata begitu. Cuma kini kami ingin tahu, apa sebenarnya amalan tuan sehingga Rasulullah memastikan tuan akan masuk surga?” tanya Abdullah.
“Oh, jadi selama ini kamu menyelidiki aku ya?”
“Ya,” katanya terus terang.
“Tak ada amalan khusus yang aku amalkan. Beginililah kehidupan saya sehari-hari sebagaimana yang anda saksikan sendiri beberapa hari di sini.” Kata sahabat Anshar itu. Mendengar jawaban itu, Abdullah semakin penasaran. “Tetapi masih ada sesuatu yang anda rahasiakan kepadaku.”
Pada akhirnya orang bakal penghuni surga itu juga ikut ”membuka kartu” dan mengungkapkan apa adanya. “Sesungguhnya yang aku amalkan dari ajaran Nabi adalah biasa saja. Aku berusaha sekuat tenaga tidak akan melakukan perbuatan yang merugikan sesama kaum Muslimin. Aku berusaha selalu berusaha membersihkan hatiku dengan tidak pernah memiliki sifat iri hati serta menaruh rasa dengki dan hasad kepada orang lain sepanjang hidupku. Apalagi hasad terhadap kenikmatan yang diterima orang lain.
“Hanya itu?” tanya Abdullah. “Ya,” jawabnya.
Mendengar pengakuan jujur lelaki itu, Abdullah bin Umar semakin takjub mendengarnya. Secara lahiriah, amalan lelaki Anshar itu tak terlalu istimewa. Tetai secara rohaniah, amalan itu sungguh luar biasa. Bukankah memang banyak orang yang mampu menunaikan shalat tetapi tak mampu menjaga hatinya dari rasairi, dengki, hasad dan prasangka buruk kepada orang lain.
“Subhanallah, rupanya inilah amalan utama yang telah menjadikan dirimu mendapat kemuliaan di surga,” kata Abdullah di dalam hati sambil berpamitan meninggalkan rumah lelaki itu.
Begitulah rahasia yang ditemukan Abdullah bin Umar pada sahabat itu, sehingga ia mendapat jaminan Rasulullah akan menjadi penghuni surga. Kuncinya tidak iri hati, hasad, dan dengki kepada orang lain.
Amalan shalat sebanyak apapun tidak akan berguna jika di dalam hati orang itu masih terdapat sifat dengki dan iri hati. Orang yang terpuji di sisi Allah adalah orang yang menjalankan shalat dengan ikhlas dan menjauhi sifat dengki dan hasad seperti sahabat itu.**
http://kisahkayahikmah.wordpress.com/2008/01/08/rahasia-laki-laki-penghuni-surga/
Ada kisah tentang tingkah laku seorang sahabat sahabat yang oleh Nabi Muhammad saw dijamin bakal menjadi penghuni surga yang kekal. Kisahnya demikian.
Rasulullah pada suatu ketika duduk bersama sahabat. Saat itu lewatlah sahabat lain. Sahabat itu tidak menonjol, biasa saja,. Tetapi kepada para sahabat yang lain, Nabi berkata tentang sahabat yang satu ini. “Dia adalah seorang lelaki calon penghuni surga,” kata beliau sambil menunjuk lelaki itu.
Mendengar itu, Abdullah bin Umar menjadi penasaran. Ia berupaya mengetahui rahasia kehidupan orang yang dipastikan oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. “Apa amalan lelaki Anshar ini, dan apa pula kelebihannhya,” kata Abdulah dalam hati.
Untuk menyelidiki orang tersebut, Abdullah bin Umar pun meminta diperbolehkan tinggal selama beberapa hari di rumah sahabat yang dikatakan Nabi calon penghuni surga itu. “Jika tidak keberatan, aku ingin tinggal bersamamu untuk beberapa hari saja,” katanya. “Ada apa dengan kamu?”
“Aku baru saja bertengkar dengan ayahku. Dan aku bersumpah tidak ingin bertemu dengannya selam tiga hari ini,” kata Abdullah berbohong. “Boleh, silahkan kapan saja dan berapa lama pun bisa,” kata sahabat itu dengan ramah.
Selama tiga hari itu, diamatinya tingkah laku dan tindak tanduk sahabat itu dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, setelah beberapa hari tinggal beberapa hari di rumah sahabat itu, Abdullah tidak menyaksikan kelebihan amalan atas sahabat itu. Ia menyaksikan kehidupan bakal penghuni surga itu biasa-biasa saja, amalan shalatnya pun biasa-biasa saja.
Saat hendak pamit, Abdullah terpaksa “membuka kartu” dan bertanya kepada tuan rumah bakal penghuni surga itu. “Saudaraku, sebenarnya aku tidak apa-apa dengan ayahku,” kata Abdullah. “Lalu ada apa kau tidur di rumahku?” tanya lelaki Anshar itu. “Beberapa hari yang lalu, ketika kami sedang berkumpul dengan Nabi di masjid, beliau mengatakan bahwa sebentar lagi akan ada orang Anshar calon penghuni surga masuk ke masjid itu. Dan laki-laki Anshar yang disebut-sebut Rasulullah itu adalah kamu.”
“Ah, benarkah begitu?” kata lelaki Anshar itu merendahkan diri. “Benar, Nabi berkata begitu. Cuma kini kami ingin tahu, apa sebenarnya amalan tuan sehingga Rasulullah memastikan tuan akan masuk surga?” tanya Abdullah.
“Oh, jadi selama ini kamu menyelidiki aku ya?”
“Ya,” katanya terus terang.
“Tak ada amalan khusus yang aku amalkan. Beginililah kehidupan saya sehari-hari sebagaimana yang anda saksikan sendiri beberapa hari di sini.” Kata sahabat Anshar itu. Mendengar jawaban itu, Abdullah semakin penasaran. “Tetapi masih ada sesuatu yang anda rahasiakan kepadaku.”
Pada akhirnya orang bakal penghuni surga itu juga ikut ”membuka kartu” dan mengungkapkan apa adanya. “Sesungguhnya yang aku amalkan dari ajaran Nabi adalah biasa saja. Aku berusaha sekuat tenaga tidak akan melakukan perbuatan yang merugikan sesama kaum Muslimin. Aku berusaha selalu berusaha membersihkan hatiku dengan tidak pernah memiliki sifat iri hati serta menaruh rasa dengki dan hasad kepada orang lain sepanjang hidupku. Apalagi hasad terhadap kenikmatan yang diterima orang lain.
“Hanya itu?” tanya Abdullah. “Ya,” jawabnya.
Mendengar pengakuan jujur lelaki itu, Abdullah bin Umar semakin takjub mendengarnya. Secara lahiriah, amalan lelaki Anshar itu tak terlalu istimewa. Tetai secara rohaniah, amalan itu sungguh luar biasa. Bukankah memang banyak orang yang mampu menunaikan shalat tetapi tak mampu menjaga hatinya dari rasairi, dengki, hasad dan prasangka buruk kepada orang lain.
“Subhanallah, rupanya inilah amalan utama yang telah menjadikan dirimu mendapat kemuliaan di surga,” kata Abdullah di dalam hati sambil berpamitan meninggalkan rumah lelaki itu.
Begitulah rahasia yang ditemukan Abdullah bin Umar pada sahabat itu, sehingga ia mendapat jaminan Rasulullah akan menjadi penghuni surga. Kuncinya tidak iri hati, hasad, dan dengki kepada orang lain.
Amalan shalat sebanyak apapun tidak akan berguna jika di dalam hati orang itu masih terdapat sifat dengki dan iri hati. Orang yang terpuji di sisi Allah adalah orang yang menjalankan shalat dengan ikhlas dan menjauhi sifat dengki dan hasad seperti sahabat itu.**
http://kisahkayahikmah.wordpress.com/2008/01/08/rahasia-laki-laki-penghuni-surga/
Friday, February 25, 2011
Tertutupnya Pintu Tobat
Oleh : H Moch Hisyam *)
Sebusuk apapun maksiat yang telah dilakukan, sebanyak apapun dosa yang telah diperbuat, bila manusia kembali kepada jalan Allah, maka Allah SWT akan menerima tobatnya. Bahkan terhadap orang yang kafir sekalipun, bila ia memeluk agama Islam, Allah akan mengampuni segala dosanya.
Pintu tobat senantiasa terbuka. Dan Allah SWT akan senantiasa menanti kedatangan hamba-Nya yang akan bertaubat. Namun demikian, tidak selamanya pintu tobat terbuka ada saatnya pintu tobat tertutup rapat.
Pintu tobat akan tertutup rapat pada dua keadaan; pertama, ketika nyawa manusia sudah berada di tenggorokan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung menerima tobat seseorang sebelum nyawanya sampai di tenggorokan.” (HR Tirmidzi)
Kedua, ketika matahari terbit dari tempat terbenamnya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah menerima taubatnya." (HR Muslim)
Tertutupnya pintu tobat merupakan batas dimana penyesalan, permohonan ampun, perbuatan baik dan keimanan orang kafir tidak bermanfaat lagi, karena Allah SWT tidak menerimanya.
Allah SWT berfirman, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula)." (Q S Al-An’am [6]: 158)
Hal ini harus menjadi perhatian kita untuk tidak menunda-nunda untuk bertaubat, bila hal ini terjadi besar kemungkinan akan menenggelamkan kita pada kemaksiatan dan pada akhirnya akan menganggap baik bahkan bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya.
Selagi kita hidup didunia, mari kita gunakan kesempatan ini untuk menyikapi adanya penutupan pintu taubat ini dengan cara: Pertama, bersegera melakukan taubat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS An-Nisa [4]: 17)
Kedua, bersegera melakukan berbagai macam kebaikan sebelum datangnya masa yang menyebabkan kita sulit untuk melakukan kebaikan. Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal saleh, karena akan terjadi berbagai fitnah yang menyerupai malam yang gelap gulita..” (HR Muslim dan Tirmidzi)
Ketiga, berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan takwa kita akan diberi kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah. (QS Al-Anfaal [8]: 29)
*) Penulis adalah sahabat Republika Online
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/25/166123-hikmah-pagi-tertutupnya-pintu-tobat
Sebusuk apapun maksiat yang telah dilakukan, sebanyak apapun dosa yang telah diperbuat, bila manusia kembali kepada jalan Allah, maka Allah SWT akan menerima tobatnya. Bahkan terhadap orang yang kafir sekalipun, bila ia memeluk agama Islam, Allah akan mengampuni segala dosanya.
Pintu tobat senantiasa terbuka. Dan Allah SWT akan senantiasa menanti kedatangan hamba-Nya yang akan bertaubat. Namun demikian, tidak selamanya pintu tobat terbuka ada saatnya pintu tobat tertutup rapat.
Pintu tobat akan tertutup rapat pada dua keadaan; pertama, ketika nyawa manusia sudah berada di tenggorokan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung menerima tobat seseorang sebelum nyawanya sampai di tenggorokan.” (HR Tirmidzi)
Kedua, ketika matahari terbit dari tempat terbenamnya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah menerima taubatnya." (HR Muslim)
Tertutupnya pintu tobat merupakan batas dimana penyesalan, permohonan ampun, perbuatan baik dan keimanan orang kafir tidak bermanfaat lagi, karena Allah SWT tidak menerimanya.
Allah SWT berfirman, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula)." (Q S Al-An’am [6]: 158)
Hal ini harus menjadi perhatian kita untuk tidak menunda-nunda untuk bertaubat, bila hal ini terjadi besar kemungkinan akan menenggelamkan kita pada kemaksiatan dan pada akhirnya akan menganggap baik bahkan bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya.
Selagi kita hidup didunia, mari kita gunakan kesempatan ini untuk menyikapi adanya penutupan pintu taubat ini dengan cara: Pertama, bersegera melakukan taubat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS An-Nisa [4]: 17)
Kedua, bersegera melakukan berbagai macam kebaikan sebelum datangnya masa yang menyebabkan kita sulit untuk melakukan kebaikan. Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal saleh, karena akan terjadi berbagai fitnah yang menyerupai malam yang gelap gulita..” (HR Muslim dan Tirmidzi)
Ketiga, berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan takwa kita akan diberi kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah. (QS Al-Anfaal [8]: 29)
*) Penulis adalah sahabat Republika Online
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/25/166123-hikmah-pagi-tertutupnya-pintu-tobat
Wahai Ummat Islam Bersatulah!
Oleh Syaripudin Zuhri
Melihat atau membaca berita pada akhir-akhir ini seperti ada yang sedang “bermain” dan berusaha mengadu domba ummat Islam Indonesia, bahkan di dunia, dengan berbagai cara, cara yang paling terlihat adalah menjadikan FPI (Forum Pembela Islam)sasaran “tembak” atau”kambing hitam” terlepas dari cara-cara FPI yang terkadang anarkis, yang juga sering kali dibantah oleh anggotanya sendiri, kalau gitu jangan-jangan ada orang yang”menyusup” masuk ke dalam FPI, kemudian membuat kelakuan seolah-olah FPI, sehingga cap FPI yang anarkis melekat.
Kalau memang benar adanya, hati-hatilah dalam berjuang, karena bisa saja orang seperti Abdulllah bin Ubay menyusup ke mana-mana, termasuk kedalam organisasi atau ormas-ormas Islam. Dalam sejarah Islam -nah lagi-lagi saya bicara tentang sejarah- ada rajanya munafik yang selalu merongrong nabi dari dalam! Mengaku beriman, tapi berkali-kali nabi “ditikam” dari dalam. Umar bin Khottob berkali-kali menyarankan pada nabi agar “menghabisi” Abdulllah bin Ubay ini, namun bijaknya nabi bersabda:” Kalau Abdullah bin Ubay dihabisi, nanti orang bilang, lihat nabi telah menghabisi saudaranya sesama muslim!”
Nah para munafik sejenis Abdullah bin Ubay bergentayangan di Indonesia, bisa saja mereka memakai “baju”ormas Islam, tapi di dalamnya berusaha sedang menghantam Islam dari dalam! Agar ummat dicitrakan buruk, anarkis, tak tahu diri, radikal, teroris dan lain sebagainya. Sehingga nama Islam menjadi hancur di mata dunia! Nah memang itu sasarannya, Ummat Islam di mana-man sedang diadu domba, termasuk di Indonesia. Diadu dengan sesama ormas Islam, diadu dengan pemerintah, diadu dengan oraganisasi lainya dan lain sebagainya.
Saya bukan membela FPI, saya bukan anggota dan bukan simpatisan FPI, saya hanya ingin kedamaian dan ketentraman terbentuk di negara tercinta Indonesia. Hanya saja saya cinta Indonesia, negara yang besar ini kalau dibentangkan di Amerika Serikat, akan menutup negara tersebut dari ujung barat ke ujung timurnya! Kalau negara kita dibentangkan di Eropa seluruh Eropa akan tertutup oleh negara kita!
Kita negara besar dan kalau mau dibandingkan dengan negara Singapur, Singapur “tak ada apa-apanya” secara fisik Singapur bila dimasukan ke pulau Kalimantan akan “lenyap ditelan” hutan belantara Kalimantan! Singapur kecil sekali, makanya lebih mudah mengurusnya, tak sebanding dengan Indonesia yang begitu luas, tidak banggakah anda menjadi orang Indonesia yang begini luas?
Nah kalau negara kita yang begini luas mau dipecah belah, paling mudah! Karena negara kita terdiri dari ribuan pulau, dengan suku, bangsa, bahasa, agama, keyakinan yang berbeda satu sama lain! Awas, jangan sampai kita kembali seperti usaha Belanda memecah bangsa Indonesia, ingat sejarah bung!
Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ingat “jasmerahnya” Bung Karno! Ketika Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia, pernah negara Republik Indonesia itu menjadi bagian dari RIS, Republik Indonesia Serikat! Ada negara Jawa Timur, negara Pasundan, negara Sumatera , negara RI dan lain sebagainya. Dengan presidenya adalah “boneka-boneka” Belanda!
Adu domba telah menghancurkan Irak, adu domba telah menghancurkan Palestina, adu domba telah menghancurkan Afganistan! Ingat, itu adalah negara-negara yang penduduknya tunduk dan sujud kepada Allah SWT, tapi berhasil dipecah belah sedemikian rupa oleh “tangan-tangan kotor” yang haus kekuasaan dan minyak atau SDA lainnya.
Mari kita berkaca kepada tiga negara tersebut, Irak, Palestina, Afganistan, apapun alasannya mereka sedang saling bunuh diantara fraksi yang ada, padahal yang di bunuh adalah saudara-saudara mereka sendiri, sebangsa dan setanah air! Kalau hanya beda paham, beda keyakinan, benda argumentasi, beda suku, beda agama, beda organisasi, beda prinsif dan lain sebagainya lantas manusia saling bunuh diantara sesasamanya, bukankah itu barbar namanya! Bukankah itu hukum rimba namanya! Bukankah itu berarti manusia sudah menjadi serigala bagi sesamanya? Itukah yang kita inginkan terhadap bangsa ini? Saya yakin tidak!
Jika ada yang mau memecah belah ummat Islam Indonesia, jelas itu adalah “tangan-tangan kotor”, saya tak bisa menunjuk “hidung” si “tangan-tangan kotor” tersebut, tapi dari fenomena yang ada, anda sudah pasti bisa menduga, negara mana itu. Bagi kita yang penting bukan pengadu dombanya, tapi maukah kita diadu domba pada sesasama ummat Islam Indonesia, kalau itu terjadi, dimana ummat Islam Indonesia berhasil diadu domba, maka kejadian di Irak, Afganistan, Palestina bisa juga terjadi di negara yang sama-sama kita cintai ini.
Dan wahai sang “tangan-tangan kotor” berhentilah mengadu domba ummat Islam, FPI dan berbagai ormas lainnya adalah sama, sama warga negara RI yang berhak hidup di tanah air ini. Jika ada masalah, mari dengan kepala “dingin” duduk disatu meja untuk bermusyawarah, jangan main golok, kelewang, clurit dan sebagainya, jangan main bakar-bakaran, kasihan rakyat yang sudah menderita, ditambahn dengan penderitaan karena merasa terancam hidupnya.
Jangan lupa”membunuh seorang manusia, sama juga membunuh seluruh ummat manusia” begitu juga sebaliknya” berbuat baik pada seorang manusia, sama juga berbuat baik pada semua manusia” Mari kita tinggalkan kebencian itu, mari kita tinggalkan saling salah menyalahkan satu sama lain, mari kita tentramkan hati kita masing-masing, dengan berpikir positif, berbuat baik dan tidak mau diadu domba, apapun alasannya!
Negara sebesar Indonesia dengan sumber kekayaan alam yang melimpah, memang menjadi incaran negara-negara yang haus”darah” yang berusaha dan mencoba mengusai Indonesia dan kalau mungkin ingin menjajah Indonesia, ingat sejarah, Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang telah berhasil menguasai Indonesia dan menjajah Indonesia, akankah sejarah akan berulang kembali?
Saya yakin taka ada yang mau dijajah kembali, tapi kalau bangsa Indonesia berhasil diadu domba antar suku, antar agama, antar keyakinan, antar pulau, kemudian perang atau saling bunuh, hingga negara ini menjadi hancur karena perang saudara, pasti ada negara lain punya alasan untuk datang ke Indonesia dengan angkatan perangnya, dengan alasan “menjaga perdamaian” ujung-ujungnya negara kita akan dikuasainya dan tamatlah Indonesia sebagai suatu negara, seperti Uni Soviet! Tamatlah negara RI dan hilang dari peta dunia!
Saya yakin tidak ada yang mau Indonesia atau ummat Islam akan tamat dan lenyap dari peta dunia! Walaupun ada yang meramalkan akan menjadi beberapa negara, yang begini ini, telah menimbulkan adu domba terselubung. Sekali lagi bila rakyat Indonesia, siapapun dia, waspada dan tak mau diadu domba seperti di jaman penjajahan Belanda dulu, insya Allah Indonesia akan tetap eksis di peta dunia, bahkan bisa tetap menjadi salah satu negara terbesar di dunia dengan penduduk yang juga salah satu terbanyak di dunia dan itu sebuah potensi yang besar, yang bukan main-main, bila dapat dikelola dengan baik!
Namun siapapun yang menjadi Presiden di Indonesia sekarang ini, akan” jungkir balik dibuatnya”, tak seorangpun yang mampu dengan mudah mensejahterakan rakyatnya dengan segera setelah krisis berkepanjangan. Jadi biarkanlah Presiden SBY bekerja di masanya, nanti waktunya 2014 juga akan tiba, nah silahkan tokoh-tokoh bermunculan saat itu, silahkan berusaha dipilih oleh rakyat!
Terlepas SBY baik atau buruk, tapi sudah menjadi presiden Indonesia. Sudahlah, sabarlah, tak lari gunung dikejar! Lebih baik dari sekarang siap-siap dengan menyusun program untuk mensejahterakan rakyat, dari pada kasak kusuk dan mangadu domba rakyat, apa lagi mengadu domba Presiden dengan FPI, mengadu domba Presiden dengan rakyatnya sendiri, mengadu domba sesama ummat Islam.
Jangan lupa ummat Islam itu bersaudara, apapun ormasnya, apapun suku, bangsa, warna kulitnya. Janganlah… rakyat terus menerus diadu domba, rakyat nuntutnya tak banyak-banyak kok, asal bisa hidup sejahtera, bisa menyekolahkan anak-anak dan aman dari segala macam gangguan, sudah! Rakyat kita tak neko-neko kok.
Maka bila ada ormas yang bersalah “tangkap tikusnya, jangan bakar lumbungnya!” Siapapun jangan mau diadu domba. Begitu juga FPI tahan dirilah, rapatkan dan luruskan barisan, jangan biarkan barisan menjadi kacau balau, hati-hati ada yang menyusup ke FPI!
Hati-hati polanya Orde Baru, ada oknum yang masuk ke ormas menjadi anggota ormas, kemudian mengacak-ngacak dari dalamnya. Begitu juga Ahmadiyah … dengarlah para tokoh masyarkat yang sudah menghimbau dengan berbagai cara, kembalilah …kembalilah ! Dan bagi semuanya, mari belajar dari sejarah dan jangan melupakan sejarah, bangsa Belanda bisa menguasai Indonesia adalah dengan adu domba, maka jangan mau diadu domba! Insya Allah Indonesia akan sejahtera, adil dan makmur. Bila tak sekarang, ada generasi yang akan datang!
Saya sudah sering menulis, mari kita melihat ke depan, jangan sampai dikemudian hari, entah 50 tahun, 100 tahun atau berabad kemudian Islam di Indonesia hanya tinggal nama saja, seperti kejadian Islam di Spanyol beberapa abad yang lalu. Islam bisa saja hanya tinggal nama di Indonesia, kalau “pihak lain” berhasil dengan berbagai cara mengadu domba ummat Islam, khususnya mengadu domba ummat Islam dengan pemerintah, bila ini berhasil, maka kegiatan ummat Islam Indonesia akan “diawasi” terus menerus seperti jaman Orba dulu, dimana para khotib, dai, penceramah diteror sedemikian rupa, oleh “kelompok tertentu” yang saat itu memegang kendali dibidang keamanan, hingga para khotib, dai, penceramah tak bebas untuk berdakwah!
Islam harus tetap tegak di bumi Indonesia, ummat Islam harus berani menyuarakan kebenaran, ummat Islam jangan mau lagi diadu domba, ummat Islam Indonesia harus banyak belajar kepada negara-negara yang sekarang sedang tahap yang sangat memprihatikan, karena berhasil diadu domba oleh “tangan-tangan kotor” seperti yang terjadi di Irak, Afganistan, Palestina dll.
Ayo bangkit terus dalam panji-panji tauhid, ayo terus berjuangan di segala line, ayo terus membangkitkan semangat juang yang sungguh-sungguh sesuai dengan potensi masing-masing. Mendan jihad terbuka luas, jihad yang banyak disalah artikan, telah dijadikan “senjata’ mematikan perjuangan, jihad adalah berjuangan sungguh-sungguh tanpa akhir, bukan hanya di medan perang, tapi juga di zone damai, dengan memajukan ummat Islam, agar maju dan tak tertinggal dengan ummat lain.
Kembali ke masalah adu domba, mari kita singkirkan segala macam perbedaan, ummat Islam adalah satu, jangan sampai berpecah belah, hanya karena beda ormas, beda partai, beda aliran, beda pendapat, beda pandangan dan lain sebagainya. Bila ummat Islam bersatu, terutama para pemimpinya, maka insya Allah, Islam akan tetap jaya di Indonesia, pihak lainpun mikir bila ingin mengadu domba ummat Islam. Ayo, jangan mudah terpancing, jangan mudah percaya pada yang terlihat di TV, berita dan lain sebagainya. Periksalah lagi, janagn lansung ditelan mentah-mentah, agar kita tak menyesal akhirnya.
Mari jaga citra ummat Islam, mari tumbuhkembangkan bahwa Islam adalah” rakhmatan lil alamin” rahkmat bagi seluruh alam, Islam bukan teroris! Islam ya Islam titik! Islam radikal dan Islam moderat adalah cara pihak lain untuk mengadu domba sesama ummat Islam. Ummat Islam dimanapun adanya, entah di ormas, di partai politik, di pemerintahan, di swasta dan lain sebagainya tetap satu, sekali lagi jangan mau dipecah belah, hanya gara-gara beda partai atau beda ormas! Mari tunjukan bahwa ummat Islam adalah satu dan tetap bersatu! Ummat Islam adalah bersaudara, apapun nama ormas dan partainya!
Wahai Ummat Islam bersatulah! Bersatu kita teguh, bila bercerai berai ummat Islam akan hancur dan Islam hanya tinggal nama!!!
http://www.eramuslim.com/oase-iman/syaripudin-zuhri-hawai-ummat-islam-bersatulah.htm
Melihat atau membaca berita pada akhir-akhir ini seperti ada yang sedang “bermain” dan berusaha mengadu domba ummat Islam Indonesia, bahkan di dunia, dengan berbagai cara, cara yang paling terlihat adalah menjadikan FPI (Forum Pembela Islam)sasaran “tembak” atau”kambing hitam” terlepas dari cara-cara FPI yang terkadang anarkis, yang juga sering kali dibantah oleh anggotanya sendiri, kalau gitu jangan-jangan ada orang yang”menyusup” masuk ke dalam FPI, kemudian membuat kelakuan seolah-olah FPI, sehingga cap FPI yang anarkis melekat.
Kalau memang benar adanya, hati-hatilah dalam berjuang, karena bisa saja orang seperti Abdulllah bin Ubay menyusup ke mana-mana, termasuk kedalam organisasi atau ormas-ormas Islam. Dalam sejarah Islam -nah lagi-lagi saya bicara tentang sejarah- ada rajanya munafik yang selalu merongrong nabi dari dalam! Mengaku beriman, tapi berkali-kali nabi “ditikam” dari dalam. Umar bin Khottob berkali-kali menyarankan pada nabi agar “menghabisi” Abdulllah bin Ubay ini, namun bijaknya nabi bersabda:” Kalau Abdullah bin Ubay dihabisi, nanti orang bilang, lihat nabi telah menghabisi saudaranya sesama muslim!”
Nah para munafik sejenis Abdullah bin Ubay bergentayangan di Indonesia, bisa saja mereka memakai “baju”ormas Islam, tapi di dalamnya berusaha sedang menghantam Islam dari dalam! Agar ummat dicitrakan buruk, anarkis, tak tahu diri, radikal, teroris dan lain sebagainya. Sehingga nama Islam menjadi hancur di mata dunia! Nah memang itu sasarannya, Ummat Islam di mana-man sedang diadu domba, termasuk di Indonesia. Diadu dengan sesama ormas Islam, diadu dengan pemerintah, diadu dengan oraganisasi lainya dan lain sebagainya.
Saya bukan membela FPI, saya bukan anggota dan bukan simpatisan FPI, saya hanya ingin kedamaian dan ketentraman terbentuk di negara tercinta Indonesia. Hanya saja saya cinta Indonesia, negara yang besar ini kalau dibentangkan di Amerika Serikat, akan menutup negara tersebut dari ujung barat ke ujung timurnya! Kalau negara kita dibentangkan di Eropa seluruh Eropa akan tertutup oleh negara kita!
Kita negara besar dan kalau mau dibandingkan dengan negara Singapur, Singapur “tak ada apa-apanya” secara fisik Singapur bila dimasukan ke pulau Kalimantan akan “lenyap ditelan” hutan belantara Kalimantan! Singapur kecil sekali, makanya lebih mudah mengurusnya, tak sebanding dengan Indonesia yang begitu luas, tidak banggakah anda menjadi orang Indonesia yang begini luas?
Nah kalau negara kita yang begini luas mau dipecah belah, paling mudah! Karena negara kita terdiri dari ribuan pulau, dengan suku, bangsa, bahasa, agama, keyakinan yang berbeda satu sama lain! Awas, jangan sampai kita kembali seperti usaha Belanda memecah bangsa Indonesia, ingat sejarah bung!
Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ingat “jasmerahnya” Bung Karno! Ketika Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia, pernah negara Republik Indonesia itu menjadi bagian dari RIS, Republik Indonesia Serikat! Ada negara Jawa Timur, negara Pasundan, negara Sumatera , negara RI dan lain sebagainya. Dengan presidenya adalah “boneka-boneka” Belanda!
Adu domba telah menghancurkan Irak, adu domba telah menghancurkan Palestina, adu domba telah menghancurkan Afganistan! Ingat, itu adalah negara-negara yang penduduknya tunduk dan sujud kepada Allah SWT, tapi berhasil dipecah belah sedemikian rupa oleh “tangan-tangan kotor” yang haus kekuasaan dan minyak atau SDA lainnya.
Mari kita berkaca kepada tiga negara tersebut, Irak, Palestina, Afganistan, apapun alasannya mereka sedang saling bunuh diantara fraksi yang ada, padahal yang di bunuh adalah saudara-saudara mereka sendiri, sebangsa dan setanah air! Kalau hanya beda paham, beda keyakinan, benda argumentasi, beda suku, beda agama, beda organisasi, beda prinsif dan lain sebagainya lantas manusia saling bunuh diantara sesasamanya, bukankah itu barbar namanya! Bukankah itu hukum rimba namanya! Bukankah itu berarti manusia sudah menjadi serigala bagi sesamanya? Itukah yang kita inginkan terhadap bangsa ini? Saya yakin tidak!
Jika ada yang mau memecah belah ummat Islam Indonesia, jelas itu adalah “tangan-tangan kotor”, saya tak bisa menunjuk “hidung” si “tangan-tangan kotor” tersebut, tapi dari fenomena yang ada, anda sudah pasti bisa menduga, negara mana itu. Bagi kita yang penting bukan pengadu dombanya, tapi maukah kita diadu domba pada sesasama ummat Islam Indonesia, kalau itu terjadi, dimana ummat Islam Indonesia berhasil diadu domba, maka kejadian di Irak, Afganistan, Palestina bisa juga terjadi di negara yang sama-sama kita cintai ini.
Dan wahai sang “tangan-tangan kotor” berhentilah mengadu domba ummat Islam, FPI dan berbagai ormas lainnya adalah sama, sama warga negara RI yang berhak hidup di tanah air ini. Jika ada masalah, mari dengan kepala “dingin” duduk disatu meja untuk bermusyawarah, jangan main golok, kelewang, clurit dan sebagainya, jangan main bakar-bakaran, kasihan rakyat yang sudah menderita, ditambahn dengan penderitaan karena merasa terancam hidupnya.
Jangan lupa”membunuh seorang manusia, sama juga membunuh seluruh ummat manusia” begitu juga sebaliknya” berbuat baik pada seorang manusia, sama juga berbuat baik pada semua manusia” Mari kita tinggalkan kebencian itu, mari kita tinggalkan saling salah menyalahkan satu sama lain, mari kita tentramkan hati kita masing-masing, dengan berpikir positif, berbuat baik dan tidak mau diadu domba, apapun alasannya!
Negara sebesar Indonesia dengan sumber kekayaan alam yang melimpah, memang menjadi incaran negara-negara yang haus”darah” yang berusaha dan mencoba mengusai Indonesia dan kalau mungkin ingin menjajah Indonesia, ingat sejarah, Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang telah berhasil menguasai Indonesia dan menjajah Indonesia, akankah sejarah akan berulang kembali?
Saya yakin taka ada yang mau dijajah kembali, tapi kalau bangsa Indonesia berhasil diadu domba antar suku, antar agama, antar keyakinan, antar pulau, kemudian perang atau saling bunuh, hingga negara ini menjadi hancur karena perang saudara, pasti ada negara lain punya alasan untuk datang ke Indonesia dengan angkatan perangnya, dengan alasan “menjaga perdamaian” ujung-ujungnya negara kita akan dikuasainya dan tamatlah Indonesia sebagai suatu negara, seperti Uni Soviet! Tamatlah negara RI dan hilang dari peta dunia!
Saya yakin tidak ada yang mau Indonesia atau ummat Islam akan tamat dan lenyap dari peta dunia! Walaupun ada yang meramalkan akan menjadi beberapa negara, yang begini ini, telah menimbulkan adu domba terselubung. Sekali lagi bila rakyat Indonesia, siapapun dia, waspada dan tak mau diadu domba seperti di jaman penjajahan Belanda dulu, insya Allah Indonesia akan tetap eksis di peta dunia, bahkan bisa tetap menjadi salah satu negara terbesar di dunia dengan penduduk yang juga salah satu terbanyak di dunia dan itu sebuah potensi yang besar, yang bukan main-main, bila dapat dikelola dengan baik!
Namun siapapun yang menjadi Presiden di Indonesia sekarang ini, akan” jungkir balik dibuatnya”, tak seorangpun yang mampu dengan mudah mensejahterakan rakyatnya dengan segera setelah krisis berkepanjangan. Jadi biarkanlah Presiden SBY bekerja di masanya, nanti waktunya 2014 juga akan tiba, nah silahkan tokoh-tokoh bermunculan saat itu, silahkan berusaha dipilih oleh rakyat!
Terlepas SBY baik atau buruk, tapi sudah menjadi presiden Indonesia. Sudahlah, sabarlah, tak lari gunung dikejar! Lebih baik dari sekarang siap-siap dengan menyusun program untuk mensejahterakan rakyat, dari pada kasak kusuk dan mangadu domba rakyat, apa lagi mengadu domba Presiden dengan FPI, mengadu domba Presiden dengan rakyatnya sendiri, mengadu domba sesama ummat Islam.
Jangan lupa ummat Islam itu bersaudara, apapun ormasnya, apapun suku, bangsa, warna kulitnya. Janganlah… rakyat terus menerus diadu domba, rakyat nuntutnya tak banyak-banyak kok, asal bisa hidup sejahtera, bisa menyekolahkan anak-anak dan aman dari segala macam gangguan, sudah! Rakyat kita tak neko-neko kok.
Maka bila ada ormas yang bersalah “tangkap tikusnya, jangan bakar lumbungnya!” Siapapun jangan mau diadu domba. Begitu juga FPI tahan dirilah, rapatkan dan luruskan barisan, jangan biarkan barisan menjadi kacau balau, hati-hati ada yang menyusup ke FPI!
Hati-hati polanya Orde Baru, ada oknum yang masuk ke ormas menjadi anggota ormas, kemudian mengacak-ngacak dari dalamnya. Begitu juga Ahmadiyah … dengarlah para tokoh masyarkat yang sudah menghimbau dengan berbagai cara, kembalilah …kembalilah ! Dan bagi semuanya, mari belajar dari sejarah dan jangan melupakan sejarah, bangsa Belanda bisa menguasai Indonesia adalah dengan adu domba, maka jangan mau diadu domba! Insya Allah Indonesia akan sejahtera, adil dan makmur. Bila tak sekarang, ada generasi yang akan datang!
Saya sudah sering menulis, mari kita melihat ke depan, jangan sampai dikemudian hari, entah 50 tahun, 100 tahun atau berabad kemudian Islam di Indonesia hanya tinggal nama saja, seperti kejadian Islam di Spanyol beberapa abad yang lalu. Islam bisa saja hanya tinggal nama di Indonesia, kalau “pihak lain” berhasil dengan berbagai cara mengadu domba ummat Islam, khususnya mengadu domba ummat Islam dengan pemerintah, bila ini berhasil, maka kegiatan ummat Islam Indonesia akan “diawasi” terus menerus seperti jaman Orba dulu, dimana para khotib, dai, penceramah diteror sedemikian rupa, oleh “kelompok tertentu” yang saat itu memegang kendali dibidang keamanan, hingga para khotib, dai, penceramah tak bebas untuk berdakwah!
Islam harus tetap tegak di bumi Indonesia, ummat Islam harus berani menyuarakan kebenaran, ummat Islam jangan mau lagi diadu domba, ummat Islam Indonesia harus banyak belajar kepada negara-negara yang sekarang sedang tahap yang sangat memprihatikan, karena berhasil diadu domba oleh “tangan-tangan kotor” seperti yang terjadi di Irak, Afganistan, Palestina dll.
Ayo bangkit terus dalam panji-panji tauhid, ayo terus berjuangan di segala line, ayo terus membangkitkan semangat juang yang sungguh-sungguh sesuai dengan potensi masing-masing. Mendan jihad terbuka luas, jihad yang banyak disalah artikan, telah dijadikan “senjata’ mematikan perjuangan, jihad adalah berjuangan sungguh-sungguh tanpa akhir, bukan hanya di medan perang, tapi juga di zone damai, dengan memajukan ummat Islam, agar maju dan tak tertinggal dengan ummat lain.
Kembali ke masalah adu domba, mari kita singkirkan segala macam perbedaan, ummat Islam adalah satu, jangan sampai berpecah belah, hanya karena beda ormas, beda partai, beda aliran, beda pendapat, beda pandangan dan lain sebagainya. Bila ummat Islam bersatu, terutama para pemimpinya, maka insya Allah, Islam akan tetap jaya di Indonesia, pihak lainpun mikir bila ingin mengadu domba ummat Islam. Ayo, jangan mudah terpancing, jangan mudah percaya pada yang terlihat di TV, berita dan lain sebagainya. Periksalah lagi, janagn lansung ditelan mentah-mentah, agar kita tak menyesal akhirnya.
Mari jaga citra ummat Islam, mari tumbuhkembangkan bahwa Islam adalah” rakhmatan lil alamin” rahkmat bagi seluruh alam, Islam bukan teroris! Islam ya Islam titik! Islam radikal dan Islam moderat adalah cara pihak lain untuk mengadu domba sesama ummat Islam. Ummat Islam dimanapun adanya, entah di ormas, di partai politik, di pemerintahan, di swasta dan lain sebagainya tetap satu, sekali lagi jangan mau dipecah belah, hanya gara-gara beda partai atau beda ormas! Mari tunjukan bahwa ummat Islam adalah satu dan tetap bersatu! Ummat Islam adalah bersaudara, apapun nama ormas dan partainya!
Wahai Ummat Islam bersatulah! Bersatu kita teguh, bila bercerai berai ummat Islam akan hancur dan Islam hanya tinggal nama!!!
http://www.eramuslim.com/oase-iman/syaripudin-zuhri-hawai-ummat-islam-bersatulah.htm
Thursday, February 24, 2011
Hikmah Sakit
Oleh : Riyulasdi SPdI *)
Bukit Uhud menjadi saksi sejarah yang akan menceritakan bukti kepahitan dan kepedihan yang diderita kaum muslimin. Kekalahan menghadapi kaum kafir yang paling telak. Perih memang. Tapi itulah kenyataan yang harus diterima. Puluhan sahabat gugur sebagai syuhada. Puluhan lainnya terluka parah. Bahkan Rasulullah SAW sendiri mengalami banyak luka yang sangat memilukan. Hanya untuk sekedar shalat berjamaahpun Rasulullah dan kaum muslimin harus duduk, karena bagitu banyaknya luka yang menggores di tubuh mereka.
Peristiwa itu tidak hanya meninggalkan duka lara bagi kaum muslimin, yang setiap saat mesti ditangisi dan disesali. Ada hikmah besar yang terhampar luas yang bisa dipetik oleh kaum muslimin dari peristiwa itu. Karena bagaimanapun, pengalaman hidup adalah guru yang paling bijak dalam mengajarkan sesuau kepada kita.
Sebenarnya kaum muslimin pada awalnya tidak berada pada posisi kalah, karena Rasulullah SAW telah membentuk benteng pertahanan dari pasukan pemanah yang akan selalu melindungi barisan kaum muslimin. Ketaatan mereka terhadap perintah Rasulullah SAW memudar saat barisan pemanah itu melihat kaum Muslimin yang lain sibuk memperebutkan harta rampasan perang. Mereka meninggalkan bukit pertahanan mereka untuk ikut ambil bagian dalam harta rampasan perang tersebut. Kesempatan ini adalah momentum yang ditunggu-tunggu oleh kaum musyrikin. Mereka mengambil alih posisi pasukan pemanah dan melakukan serangan balasan bagaikan gelombang laut yang tak mampu dihalangai oleh kaum Muslimin.
Begitulah sejarah mencatat alur peristiwa besar itu. Peristiwa Uhud setidaknya mengajarkan Kaum muslimin tentang konsekuensi yang harus diterima oleh seseorang ketika ia mencoba untuk melanggar perintah Rasulullah saw. Karena bagaimanapun muara kesalahan dari perisiwa itu adalah sikap merasa tidak berbahaya dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan meninggalkan posisi pasukan pemanah.
Ternyata sakit tidak selalu meninggalkan kesan kesedihan dan penderitaan bagi seseorang, tapi justru ia menjadi momentum lonjakan kebaikan dalam menyemai dan mengumpulkan butir-butir kebaikan. Dan yang terpenting dan sangat berharga adalah bahwa sakit adalah momentum untuk muhasabah terhadap nikmat kesehatan yang selama ini dinikmati. Disini sakit berungsi sebagai pengontrol terhadap nikmat kesehatan dan kesenangan yang telah dihabiskan.
Sakit merupakan momentum pengumpulan semangat baru terhadap perjuangan yang sedang dilakukan. Di sisi lain sakit merupakan momentum untuk pencapaian sebuah cita-cita, bahkan sakit adalah jejak-jejak untuk mengukir kegemilangan. Jendral Sudirman telah mengajarkan tentang hal itu, cukup lama beliau berteman dengan sakit bahkan untuk sekedar berjalanpun sulit, tapi ternyata sakit tidak membuat beliau patah semangat dalam mengisi bait-bait kemerdekaan, tandu ternyata bukan suatu penghalang bagi beliau untuk menghentikan perjuangan.
Kita hanya berbicara tentang nilai positif dari rasa sakit yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Karena sakit sesungguhnya bukan sesuatu pemberian Allah SWT yang buruk, karena Allah SWT tidak pernah memberikan yang buruk kepada hambaNya, sakit yang menurut kita buruk, belum tentu buruk juga dalam pandangan Allah SWT.
Ini adalah janji Allah SWT, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui" (QS Al Baqarah 216). Begitulah Allah SWT mengajarkan kepada kita tentang pentingnya bersikap positif terhadap sesuatu.
Sakit adalah bagian dari kasih sayang Allah SWT yang sangat besar bagi hambaNya. Justru karena sakitlah Umar Bin Khattab semakin merasa bersyukur kepada Allah SWT, karena diberi kesempatan untuk menghapuskan dosa-dosa kecil. Sakit bisa membuat kita merengkuh pahala kesabaran yang terhampar luas, sabar yang penuh dengan keindahan. "Maka Bersabarlah kamu dengan sabar yang baik." (QS Al Ma’arij 5)
Rasulullah SAW sangat mewanti-wanti agar kita harus sangat berhati-hati dengan sakit, karena tidak semua orang mempunyai kekuatan menata masa sakit itu menjadi ladang-ladang kebaikan. "Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu," begitu beliau mewasiatkan.
*) seorang guru SDIT di Bukittinggi. Bisa dihubungi di akhriy_u@yahoo.co.id
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/24/165898-hikmah-sakit
Bukit Uhud menjadi saksi sejarah yang akan menceritakan bukti kepahitan dan kepedihan yang diderita kaum muslimin. Kekalahan menghadapi kaum kafir yang paling telak. Perih memang. Tapi itulah kenyataan yang harus diterima. Puluhan sahabat gugur sebagai syuhada. Puluhan lainnya terluka parah. Bahkan Rasulullah SAW sendiri mengalami banyak luka yang sangat memilukan. Hanya untuk sekedar shalat berjamaahpun Rasulullah dan kaum muslimin harus duduk, karena bagitu banyaknya luka yang menggores di tubuh mereka.
Peristiwa itu tidak hanya meninggalkan duka lara bagi kaum muslimin, yang setiap saat mesti ditangisi dan disesali. Ada hikmah besar yang terhampar luas yang bisa dipetik oleh kaum muslimin dari peristiwa itu. Karena bagaimanapun, pengalaman hidup adalah guru yang paling bijak dalam mengajarkan sesuau kepada kita.
Sebenarnya kaum muslimin pada awalnya tidak berada pada posisi kalah, karena Rasulullah SAW telah membentuk benteng pertahanan dari pasukan pemanah yang akan selalu melindungi barisan kaum muslimin. Ketaatan mereka terhadap perintah Rasulullah SAW memudar saat barisan pemanah itu melihat kaum Muslimin yang lain sibuk memperebutkan harta rampasan perang. Mereka meninggalkan bukit pertahanan mereka untuk ikut ambil bagian dalam harta rampasan perang tersebut. Kesempatan ini adalah momentum yang ditunggu-tunggu oleh kaum musyrikin. Mereka mengambil alih posisi pasukan pemanah dan melakukan serangan balasan bagaikan gelombang laut yang tak mampu dihalangai oleh kaum Muslimin.
Begitulah sejarah mencatat alur peristiwa besar itu. Peristiwa Uhud setidaknya mengajarkan Kaum muslimin tentang konsekuensi yang harus diterima oleh seseorang ketika ia mencoba untuk melanggar perintah Rasulullah saw. Karena bagaimanapun muara kesalahan dari perisiwa itu adalah sikap merasa tidak berbahaya dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan meninggalkan posisi pasukan pemanah.
Ternyata sakit tidak selalu meninggalkan kesan kesedihan dan penderitaan bagi seseorang, tapi justru ia menjadi momentum lonjakan kebaikan dalam menyemai dan mengumpulkan butir-butir kebaikan. Dan yang terpenting dan sangat berharga adalah bahwa sakit adalah momentum untuk muhasabah terhadap nikmat kesehatan yang selama ini dinikmati. Disini sakit berungsi sebagai pengontrol terhadap nikmat kesehatan dan kesenangan yang telah dihabiskan.
Sakit merupakan momentum pengumpulan semangat baru terhadap perjuangan yang sedang dilakukan. Di sisi lain sakit merupakan momentum untuk pencapaian sebuah cita-cita, bahkan sakit adalah jejak-jejak untuk mengukir kegemilangan. Jendral Sudirman telah mengajarkan tentang hal itu, cukup lama beliau berteman dengan sakit bahkan untuk sekedar berjalanpun sulit, tapi ternyata sakit tidak membuat beliau patah semangat dalam mengisi bait-bait kemerdekaan, tandu ternyata bukan suatu penghalang bagi beliau untuk menghentikan perjuangan.
Kita hanya berbicara tentang nilai positif dari rasa sakit yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Karena sakit sesungguhnya bukan sesuatu pemberian Allah SWT yang buruk, karena Allah SWT tidak pernah memberikan yang buruk kepada hambaNya, sakit yang menurut kita buruk, belum tentu buruk juga dalam pandangan Allah SWT.
Ini adalah janji Allah SWT, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui" (QS Al Baqarah 216). Begitulah Allah SWT mengajarkan kepada kita tentang pentingnya bersikap positif terhadap sesuatu.
Sakit adalah bagian dari kasih sayang Allah SWT yang sangat besar bagi hambaNya. Justru karena sakitlah Umar Bin Khattab semakin merasa bersyukur kepada Allah SWT, karena diberi kesempatan untuk menghapuskan dosa-dosa kecil. Sakit bisa membuat kita merengkuh pahala kesabaran yang terhampar luas, sabar yang penuh dengan keindahan. "Maka Bersabarlah kamu dengan sabar yang baik." (QS Al Ma’arij 5)
Rasulullah SAW sangat mewanti-wanti agar kita harus sangat berhati-hati dengan sakit, karena tidak semua orang mempunyai kekuatan menata masa sakit itu menjadi ladang-ladang kebaikan. "Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu," begitu beliau mewasiatkan.
*) seorang guru SDIT di Bukittinggi. Bisa dihubungi di akhriy_u@yahoo.co.id
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/24/165898-hikmah-sakit
Monday, February 21, 2011
Keajaiban Pujian
Seorang anak muda di London bercita-cita menjadi penulis. Tetapi kelihatannya, keinginan itu sulit sekali tercapai. Dia mencicipi bangku sekolah hanya empat tahun. Kemudian ayahnya dipenjara karena terlalu banyak hutang.
Anak itu harus bertahan hidup tanpa ayahnya. Ia bekerja sebagai penempel label botol di sebuah gudang yang penuh tikus. Ia tidur di loteng bersama dua orang anak lelaki yang sama miskinnya.
Dengan keberanian dan keyakinan bahwa ia bisa menulis, pemuda ini mempersiapkan karya-karyanya untuk dikirimkan ke penerbit. Ia melakukannya di malam hari, agar tidak ditertawakan orang lain. Tulisannya yang pertama, kedua, dan seterusnya - semuanya ditolah oleh penerbit.
Sampai akhirnya, terjadilah titik balik. Sebuah tulisannya diterima dan diterbitkan. Ia tidak mendapatkan honor sepeser pun. Tetapi, editor penerbitan memuji bakat dan kemampuannya menulis.
Pujian kecil itu begitu membekas dalam pikirannya. Begitu berbahagianya ia sehingga beberapa saat hanya berjalan mondar-mandir sambil berurai air mata. Tekadnya semakin kuat untuk terus menulis dan memperbaiki teknik penulisannya.
Beberapa tahun kemudian, dunia mengenal namanya. Karya-karyanya dibicarakan di seluruh muka bumi. Nama pemuda itu adalah Charles Dickens.
Kalau saja kita tidak terlalu pelit memuji orang, mungkin akan banyak sekali orang yang dikuatkan hatinya, seperti Charles Dickens.
+++
Pernahkah anda menyadari bahwa tindakan sederhana seperti memberikan pujian pada orang lain, memiliki arti yang sangat besar bagi orang tersebut? Begitu besar artinya, sehingga hal tersebut bisa mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Jangan ragu untuk memberi pujian bagi orang lain, karena segala energi positif yang kita pancarkan lewat pujian itu akan memberikan rasa percaya diri yang luar biasa pada orang tersebut. Dan semakin dia melihat segala sesuatu dengan positif, semakin dia merasakan energi positif itu berlipat ganda dalam dirinya.
Tak hanya itu, kekuatan memberikan pujian juga akan membawa kedamaian hati bagi orang yang memberikannya.
Disadur dari buku "Ternyata Kita bisa Mengubah Arah Angin" karya Necy Tanudibyo
Anak itu harus bertahan hidup tanpa ayahnya. Ia bekerja sebagai penempel label botol di sebuah gudang yang penuh tikus. Ia tidur di loteng bersama dua orang anak lelaki yang sama miskinnya.
Dengan keberanian dan keyakinan bahwa ia bisa menulis, pemuda ini mempersiapkan karya-karyanya untuk dikirimkan ke penerbit. Ia melakukannya di malam hari, agar tidak ditertawakan orang lain. Tulisannya yang pertama, kedua, dan seterusnya - semuanya ditolah oleh penerbit.
Sampai akhirnya, terjadilah titik balik. Sebuah tulisannya diterima dan diterbitkan. Ia tidak mendapatkan honor sepeser pun. Tetapi, editor penerbitan memuji bakat dan kemampuannya menulis.
Pujian kecil itu begitu membekas dalam pikirannya. Begitu berbahagianya ia sehingga beberapa saat hanya berjalan mondar-mandir sambil berurai air mata. Tekadnya semakin kuat untuk terus menulis dan memperbaiki teknik penulisannya.
Beberapa tahun kemudian, dunia mengenal namanya. Karya-karyanya dibicarakan di seluruh muka bumi. Nama pemuda itu adalah Charles Dickens.
Kalau saja kita tidak terlalu pelit memuji orang, mungkin akan banyak sekali orang yang dikuatkan hatinya, seperti Charles Dickens.
+++
Pernahkah anda menyadari bahwa tindakan sederhana seperti memberikan pujian pada orang lain, memiliki arti yang sangat besar bagi orang tersebut? Begitu besar artinya, sehingga hal tersebut bisa mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Jangan ragu untuk memberi pujian bagi orang lain, karena segala energi positif yang kita pancarkan lewat pujian itu akan memberikan rasa percaya diri yang luar biasa pada orang tersebut. Dan semakin dia melihat segala sesuatu dengan positif, semakin dia merasakan energi positif itu berlipat ganda dalam dirinya.
Tak hanya itu, kekuatan memberikan pujian juga akan membawa kedamaian hati bagi orang yang memberikannya.
Disadur dari buku "Ternyata Kita bisa Mengubah Arah Angin" karya Necy Tanudibyo
Kisah 3 Kaleng Coke
by Andrie Wongso
Ada 3 kaleng coke. Ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama di sebuah daerah Jawa Timur. Ketika tiba harinya (untuk didistribusikan), sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coke tersebut dan menuju ke tempat yang berbeda untuk dijual.
Pemberhentian pertama adalah sebuah mini market lokal. Kaleng pertama diturunkan di sini. Lalu, dipajang di rak bersama dengan kaleng minuman ringan lainnya. Ia diberi harga Rp.4.000,-.
Pemberhentian kedua adalah sebuh pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500,-.
Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng ketiga diturunkan di sana. Tapi, ia tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Ia disimpan baik-baik, dan hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang memesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Kemudian, ia disajikan dengan rapi di atas baki. Pelayan hotel akan membuka kaleng coke itu, menuangkannya ke dalam gelas, dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp 40.000,-.
Sekarang, pertanyaannya adalah: "Mengapa ketiga kaleng minuman ringan tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?"
Lingkungan kita mencerminkan harga kita. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP. Apabila kita berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan potensi/hal terbaik dari diri kita, maka kita akan menjadi cemerlang. Tapi bila kita berada di lingkungan yang mengerdilkan diri kita, maka kita juga akan menjadi kerdil.
Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA!
Salam sukses LUAR BIASA!!
http://www.facebook.com/#!/notes/andrie-wongso/kisah-3-kaleng-coke/10150098092729160
Ada 3 kaleng coke. Ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama di sebuah daerah Jawa Timur. Ketika tiba harinya (untuk didistribusikan), sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coke tersebut dan menuju ke tempat yang berbeda untuk dijual.
Pemberhentian pertama adalah sebuah mini market lokal. Kaleng pertama diturunkan di sini. Lalu, dipajang di rak bersama dengan kaleng minuman ringan lainnya. Ia diberi harga Rp.4.000,-.
Pemberhentian kedua adalah sebuh pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500,-.
Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng ketiga diturunkan di sana. Tapi, ia tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Ia disimpan baik-baik, dan hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang memesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Kemudian, ia disajikan dengan rapi di atas baki. Pelayan hotel akan membuka kaleng coke itu, menuangkannya ke dalam gelas, dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp 40.000,-.
Sekarang, pertanyaannya adalah: "Mengapa ketiga kaleng minuman ringan tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?"
Lingkungan kita mencerminkan harga kita. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP. Apabila kita berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan potensi/hal terbaik dari diri kita, maka kita akan menjadi cemerlang. Tapi bila kita berada di lingkungan yang mengerdilkan diri kita, maka kita juga akan menjadi kerdil.
Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA!
Salam sukses LUAR BIASA!!
http://www.facebook.com/#!/notes/andrie-wongso/kisah-3-kaleng-coke/10150098092729160
Thursday, February 17, 2011
Di Depan Akademisi Cambridge, Mantan Pastor Itu Berkisah Kenapa Pilih Islam
REPUBLIKA.CO.ID, "Bukan saya yang mencari Islam, Islam yang menemukan saya," kata Idris Tawfiq. Ia berbicara di depan akademisi dan keluarga besar universitas papan atas Inggris, Cambridge. Di perguruan tinggi ini tengah dihajat acara tahunan Experience Islam Week, acara untuk pengenalan Islam dan toleransi.
Ia mengaku, tak ada masalah dengan masa lalunya. "Saya mencintai pekerjaan dan masa lalu saya, namun hati saya seperti dipandu memilih Islam," katanya. "Setelah menjadi Muslim, saya menemukan kedamaian yang tak pernah saya temukan sebelumnya."
Menurutnya, keputusannya memilih Islam adalah keputusan terbesar dalam hidupnya. Ia masih melakukan pelayanan, ketika kemudian hatinya berbicara lain. Sampai suatu saat, timbul keberanian untuk menyatakan behenti dan mundur. "Saya merasa sendiri setelah itu," katanya.
Pertama kali, ia menyatakan berhenti menjadi pastor. Namun, ia tetap memegang kayakinan lamanya, sambil terus belajar Islam. "Saya tidak bermaksud mengubah iman saya itu bukan bagian dari rencana saya sama sekali," katanya.
Ia menyatakan, tinggal dan besar di Inggris selama 40 tahun, ia punya pandangan stereotip tentang Muslim. Tapi saat liburan di Mesir, ia bertemu dan berteman dengan banyak orang Muslim, dan mengatakan bahwa ia mulai menyadari persepsi tentang keyakinan Islam. "Keyakinan lama saya perlahan luntur, dan Islam menjadi lebih menarik perhatian saya," katanya.
Menurutnya, ajaran Islam sebenarnya sangat indah. "Tak benar Islam mengajarkan kekerasan. Jika Anda menyelami ajaran Islam, Anda akan menemukan ajaran agama ini benar-benar sangat indah, sangat lembut, dan manis," katanya.
Ia menyarankan satu hal bagi mereka yang tengah belajar Islam. "Sebelum Anda membuah keputusan, tarik nafas dalam-dalam dan dengarkan apa kata Islam. Kemudian, benahi pola pikir Anda," katanya.
Saat ini, Tawfiq memutuskan untuk tinggal di Mesir. Ia mengaku tak gamang dengan perubahan politik di negeri itu. "Satu hal yang diajarkan Islam adalah, jangan pernah terkejut dengan apapun yang datang dalam kehidupan kita. Di Mesir, semua terbukti. Siapa yang menduga hanya dalam tiga pekan tiran yang 30 tahun lebih berkuasa bisa tumbang," katanya.
Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: Cambridge News/BBC
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/02/17/164561-di-depan-akademisi-cambridge-mantan-pastor-itu-berkisah-kenapa-pilih-islam
Ia mengaku, tak ada masalah dengan masa lalunya. "Saya mencintai pekerjaan dan masa lalu saya, namun hati saya seperti dipandu memilih Islam," katanya. "Setelah menjadi Muslim, saya menemukan kedamaian yang tak pernah saya temukan sebelumnya."
Menurutnya, keputusannya memilih Islam adalah keputusan terbesar dalam hidupnya. Ia masih melakukan pelayanan, ketika kemudian hatinya berbicara lain. Sampai suatu saat, timbul keberanian untuk menyatakan behenti dan mundur. "Saya merasa sendiri setelah itu," katanya.
Pertama kali, ia menyatakan berhenti menjadi pastor. Namun, ia tetap memegang kayakinan lamanya, sambil terus belajar Islam. "Saya tidak bermaksud mengubah iman saya itu bukan bagian dari rencana saya sama sekali," katanya.
Ia menyatakan, tinggal dan besar di Inggris selama 40 tahun, ia punya pandangan stereotip tentang Muslim. Tapi saat liburan di Mesir, ia bertemu dan berteman dengan banyak orang Muslim, dan mengatakan bahwa ia mulai menyadari persepsi tentang keyakinan Islam. "Keyakinan lama saya perlahan luntur, dan Islam menjadi lebih menarik perhatian saya," katanya.
Menurutnya, ajaran Islam sebenarnya sangat indah. "Tak benar Islam mengajarkan kekerasan. Jika Anda menyelami ajaran Islam, Anda akan menemukan ajaran agama ini benar-benar sangat indah, sangat lembut, dan manis," katanya.
Ia menyarankan satu hal bagi mereka yang tengah belajar Islam. "Sebelum Anda membuah keputusan, tarik nafas dalam-dalam dan dengarkan apa kata Islam. Kemudian, benahi pola pikir Anda," katanya.
Saat ini, Tawfiq memutuskan untuk tinggal di Mesir. Ia mengaku tak gamang dengan perubahan politik di negeri itu. "Satu hal yang diajarkan Islam adalah, jangan pernah terkejut dengan apapun yang datang dalam kehidupan kita. Di Mesir, semua terbukti. Siapa yang menduga hanya dalam tiga pekan tiran yang 30 tahun lebih berkuasa bisa tumbang," katanya.
Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: Cambridge News/BBC
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/02/17/164561-di-depan-akademisi-cambridge-mantan-pastor-itu-berkisah-kenapa-pilih-islam
Wasiat Abu Bakar r.a. Sebelum Kematiannya
Abul-Malih meriwayatkan, bahwa tatkala Abu Bakar Radhiyallahu'anhu hendak meninggal dunia, dia mengirim utusan kepada Umar bin Al-Khatab ra, untuk menyampaikan,
"Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu, dan engkau harus menerimanya dariku, bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai hak pada malam hari yang tidak diterima-Nya pada siang hari, dan Allah mempunyai hak pada siang hari yang tidak diterima-Nya pada malam hari.
Sesungguhnya Dia tidak menerima nafilah (sunat) sebelum yang wajib dilaksanakan. Orang-orang yang timbangannya berat di akhirat menjadi berat, karena mereka mengikuti kebenaran di dunia, sehingga timbangan mereka pun menjadi berat. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebenaran menjadi berat.
Orang-orang yang timbangannya ringan di akhirat menjadi ringan, Karena mereka mengikuti kebatilan, sehingga timbangan mereka pun ringan pula di dunia. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebatilan menjadi ringan. Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan ayat yang ada harapan di dalam ayat yang ada kepedihan, dan ayat yang ada kepedihan di dalam ayat yang ada harapan? Hal ini dimaksudkan agar manusia takut dan sekaligus berharap, tidak menyeret dirinya kepada kebinasaan dan tidak berharap kepada Allah secara tidak benar.
Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau sukai selain dari kematian, dan memang begitulah seharusnya. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau benci selain kematian, dan memang begitulah seharusnya yang engkau lakukan. Engkau tentu mampu melakukannya."
Ada yang menuturkan, bahwa sebelum ajal menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq ra, Aisyah rha putri beliau menemuinya lalu melantunkan syair,
"Tiada artinya harta kekayaan bagi pemuda,
Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada."
Abu Bakar ra. menyingkap kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata, "Bukan begitu. Tetapi ucapkan firman Allah, "Dan, datanglah sekaratul-maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya." (QS. Qaf:19)
Lalu dia berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih memerlukan kain yang baru daripada orang yang sudah meninggal."
Ibnu Qudamah, Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Pustaka Al-Kautsar, 1997, hal 499-500
http://azharjaafar.blogspot.com/2008/08/wasiat-abu-bakar-ra-sebelum-kematiannya.html
"Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu, dan engkau harus menerimanya dariku, bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai hak pada malam hari yang tidak diterima-Nya pada siang hari, dan Allah mempunyai hak pada siang hari yang tidak diterima-Nya pada malam hari.
Sesungguhnya Dia tidak menerima nafilah (sunat) sebelum yang wajib dilaksanakan. Orang-orang yang timbangannya berat di akhirat menjadi berat, karena mereka mengikuti kebenaran di dunia, sehingga timbangan mereka pun menjadi berat. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebenaran menjadi berat.
Orang-orang yang timbangannya ringan di akhirat menjadi ringan, Karena mereka mengikuti kebatilan, sehingga timbangan mereka pun ringan pula di dunia. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebatilan menjadi ringan. Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan ayat yang ada harapan di dalam ayat yang ada kepedihan, dan ayat yang ada kepedihan di dalam ayat yang ada harapan? Hal ini dimaksudkan agar manusia takut dan sekaligus berharap, tidak menyeret dirinya kepada kebinasaan dan tidak berharap kepada Allah secara tidak benar.
Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau sukai selain dari kematian, dan memang begitulah seharusnya. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau benci selain kematian, dan memang begitulah seharusnya yang engkau lakukan. Engkau tentu mampu melakukannya."
Ada yang menuturkan, bahwa sebelum ajal menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq ra, Aisyah rha putri beliau menemuinya lalu melantunkan syair,
"Tiada artinya harta kekayaan bagi pemuda,
Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada."
Abu Bakar ra. menyingkap kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata, "Bukan begitu. Tetapi ucapkan firman Allah, "Dan, datanglah sekaratul-maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya." (QS. Qaf:19)
Lalu dia berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih memerlukan kain yang baru daripada orang yang sudah meninggal."
Ibnu Qudamah, Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Pustaka Al-Kautsar, 1997, hal 499-500
http://azharjaafar.blogspot.com/2008/08/wasiat-abu-bakar-ra-sebelum-kematiannya.html
Wednesday, February 16, 2011
Lisan Terjaga Kebatilan Sirna
Lidahmu adalah harimaumu, begitu kata pepatah. Ini mengandung makna betapa besar dampak dari setiap ucapan yang terlontar. Tak sedikit orang yang terjerumus ke jurang masalah karena mengatakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Dalam kaitan ini, agama Islam telah memberikan rambu-rambu.
Pada dasarnya, ucapan maupun perkataan merupakan cerminan jiwa. Maka itu, Nabi Muhammad SAW berpesan pilihlah kata-kata yang baik. Dalam hal ini, beliau merupakan teladan terbaik. Setiap saat, Rasulullah senantiasa menggunakan kata yang baik dan halus untuk umatnya.
Sebaliknya, beliau menjauhkan kata-kata yang jelek, kasar, dan keji. Bahkan, Rasulullah sangat membenci jika ada kalimat yang digunakan tidak pada tempatnya yang sesuai. Misalnya, ada kalimat yang baik dan bermakna mulia namun diucapkan kepada orang atau sesuatu yang sebenarnya tidak berhak menyandang kalimat itu.
Juga sebaliknya, jika ada kalimat jelek dan berarti hina, diarahkan untuk orang atau sesuatu yang mulia. "Janganlah kalian memanggil orang munafik dengan panggilan tuan karena jika dia memang seorang tuan, maka dengan panggilan itu kalian telah membuat Tuhan kalian murka." Demikian sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Selain itu, umat diminta menjaga ucapan yang mengandung syirik. Seperti ucapan, "Aku meminta pertolongan kepada Allah dan kepadamu." Sesuai tuntutan Rasulullah, mereka yang mengucapkan kalimat-kalimat semacam itu berarti telah menyekutukan atau sepadan bagi Allah SWT.
Dalam buku Berakhlak dan Beradab Mulia, Contoh-contoh dari Rasulullah, Saleh Ahmad asy-Syaami menambahkan, kalimat bernada mencela juga sebaiknya dihindari. Peringatan itu juga disampaikan oleh Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Muttafaaq'alaih.
Rasulullah mengatakan, "Allah SWT berfirman, 'Anak keturunan Adam menyakiti-Ku, karena mereka mencela masa, padahal Aku adalah Zat yang menciptakan dan menguasai masa. Aku yang mempergantikan malam dan siang.'' Asy-Syaami menyatakan, perkataan yang mencela melahirkan kesalahan besar.
Menurut dia, celaan yang diucapkan itu sebenarnya akan mengenai diri mereka sendiri. "Mereka telah berkata hal-hal yang tak patut," paparnya.
Asy-Syaami melanjutkan, ucapan-ucapan yang tak baik sama sekali tidak mendatangkan manfaat apa pun. Justru sebaliknya, menjerumuskan seseorang ke jalan kebatilan. Tak hanya itu, ucapan yang buruk itu juga mendatangkan perpecahan dan pertikaian antarsesama.
Termasuk yang perlu dijauhi adalah berkata bohong. Islam tidak memberikan keringanan bagi umatnya yang berbohong. Ibn Qayyim dalam kitab al-Fawa'id mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap kebohongan. Sebab, kebohongan akan merusak cara pandang umat terhadap fakta yang sebenarnya.
Menurut pandangan Mahmud al-Mishri melalui bukunya Ensiklopedia Akhlak Muhammad, seorang pembohong akan menyifati sesuatu yang nyata dengan sesuatu yang abstrak dan menyifati yang abstrak dengan yang nyata. Selain itu, mereka menyifati kebenaran dengan kebatilan demikian pula sebaliknya.
Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim mengatakan, kebohongan akan menggiring pelakunya pada kejahatan dan kejahatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Mari kita jauhkan diri kita dari api neraka dengan menjaga lidah kita.
Red: Siwi Tri Puji B
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/08/162917-lisan-terjaga-kebatilan-sirna
Pada dasarnya, ucapan maupun perkataan merupakan cerminan jiwa. Maka itu, Nabi Muhammad SAW berpesan pilihlah kata-kata yang baik. Dalam hal ini, beliau merupakan teladan terbaik. Setiap saat, Rasulullah senantiasa menggunakan kata yang baik dan halus untuk umatnya.
Sebaliknya, beliau menjauhkan kata-kata yang jelek, kasar, dan keji. Bahkan, Rasulullah sangat membenci jika ada kalimat yang digunakan tidak pada tempatnya yang sesuai. Misalnya, ada kalimat yang baik dan bermakna mulia namun diucapkan kepada orang atau sesuatu yang sebenarnya tidak berhak menyandang kalimat itu.
Juga sebaliknya, jika ada kalimat jelek dan berarti hina, diarahkan untuk orang atau sesuatu yang mulia. "Janganlah kalian memanggil orang munafik dengan panggilan tuan karena jika dia memang seorang tuan, maka dengan panggilan itu kalian telah membuat Tuhan kalian murka." Demikian sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Selain itu, umat diminta menjaga ucapan yang mengandung syirik. Seperti ucapan, "Aku meminta pertolongan kepada Allah dan kepadamu." Sesuai tuntutan Rasulullah, mereka yang mengucapkan kalimat-kalimat semacam itu berarti telah menyekutukan atau sepadan bagi Allah SWT.
Dalam buku Berakhlak dan Beradab Mulia, Contoh-contoh dari Rasulullah, Saleh Ahmad asy-Syaami menambahkan, kalimat bernada mencela juga sebaiknya dihindari. Peringatan itu juga disampaikan oleh Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Muttafaaq'alaih.
Rasulullah mengatakan, "Allah SWT berfirman, 'Anak keturunan Adam menyakiti-Ku, karena mereka mencela masa, padahal Aku adalah Zat yang menciptakan dan menguasai masa. Aku yang mempergantikan malam dan siang.'' Asy-Syaami menyatakan, perkataan yang mencela melahirkan kesalahan besar.
Menurut dia, celaan yang diucapkan itu sebenarnya akan mengenai diri mereka sendiri. "Mereka telah berkata hal-hal yang tak patut," paparnya.
Asy-Syaami melanjutkan, ucapan-ucapan yang tak baik sama sekali tidak mendatangkan manfaat apa pun. Justru sebaliknya, menjerumuskan seseorang ke jalan kebatilan. Tak hanya itu, ucapan yang buruk itu juga mendatangkan perpecahan dan pertikaian antarsesama.
Termasuk yang perlu dijauhi adalah berkata bohong. Islam tidak memberikan keringanan bagi umatnya yang berbohong. Ibn Qayyim dalam kitab al-Fawa'id mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap kebohongan. Sebab, kebohongan akan merusak cara pandang umat terhadap fakta yang sebenarnya.
Menurut pandangan Mahmud al-Mishri melalui bukunya Ensiklopedia Akhlak Muhammad, seorang pembohong akan menyifati sesuatu yang nyata dengan sesuatu yang abstrak dan menyifati yang abstrak dengan yang nyata. Selain itu, mereka menyifati kebenaran dengan kebatilan demikian pula sebaliknya.
Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim mengatakan, kebohongan akan menggiring pelakunya pada kejahatan dan kejahatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Mari kita jauhkan diri kita dari api neraka dengan menjaga lidah kita.
Red: Siwi Tri Puji B
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/08/162917-lisan-terjaga-kebatilan-sirna
Keteladanan Rasulullah SAW
Oleh: Achmad Sjamsudin
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Rasulullah SAW memang suri teladan yang baik. Dan, indikator keteladanan beliau itu berbuat sebelum berucap (bersabda).
Sebagai contoh, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya (nasab), kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah yang karena agamanya, niscaya akan beruntunglah kamu di dunia akhirat." (HR Bukhari, dari Abu Hurairah).
Jauh sebelum mengatakan hadis tunkahu al-Mar'ah tersebut, lalu menekankan pada agama, beliau sudah mengamalkan hadis itu terlebih dahulu. Misalnya, pernikahan beliau dengan Khadijah yang didasari hanya pada akhlak. Khadijah tertarik pada sosok Rasulullah yang mulia itu. Khadijah mendengar perangai pemuda Muhammad yang al-Amin itu dari Maisaroh, pembantunya yang diutus berdagang ke Syam bersama Muhammad. Kejujuran dan akhlak Muhammad yang akhirnya memantapkan hati Khadijah.
Muhammad pun menerima Khadijah bukan karena hartanya (limaaliha). Tapi, semata-mata karena pertimbangan akhlak. Ketinggian akhlak Khadijah ini terbukti selama dia menjadi istri Rasulullah. Meskipun dari sisi finansial Khadijah lebih tinggi kedudukannya dari Rasulullah, keponakan Waraqah bin Naufal itu tetap menjadi istri secara utuh, yakni menghormati dan memuliakan Muhammad sebagai suaminya.
Maka itu, dikatakan oleh siroh nabawiyah, pernikahan Rasulullah dan Khadijah adalah pernikahan yang paling indah dalam sejarah umat manusia. Sebab, pernikahan keduanya didasari pada akhlak (agama). Bukan kekayaan, kecantikan, maupun keturunan.
Pantaslah apabila beliau bersabda sebagaimana hadis di atas. Rasul SAW mengatakan hal itu yaitu menekankan agama atau akhlak sebagai dasar cinta dan pernikahan karena beliau sudah melakukan atau berbuat seperti yang beliau katakan. Beliau sudah membuktikan kata-katanya itu terlebih dahulu.
Inilah kunci utama dari keteladanan (uswah) Rasulullah SAW, yaitu memberi contoh (berbuat) sebelum menyuruh (mengatakan). Dan, ini pulalah 'hakikat keteladanan' yang harus melekat pada diri setiap umatnya.
Sebagai kepala keluarga, misalnya, kita harus berbuat dulu sebelum menyuruh anggota keluarga kita agar mereka mau menjalankannya. Sang ayah harus memberi contoh untuk tidak menonton sinetron terlebih dahulu, umpamanya, sebelum menyuruh anaknya. Insya Allah, sang anak akan meniru tidak menonton sinetron yang telah dicontohkan ayahnya.
Pemimpin negara demikian pula. Seorang presiden harus memberi contoh hidup sederhana terlebih dahulu sebelum menyerukannya kepada seluruh rakyat.
Marilah kita masing-masing mengaktualisasikan 'batasan keteladanan' ini, agar kita benar-benar menjadi 'teladan sejati' seperti halnya Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.
Red: Siwi Tri Puji B
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/15/164100-hikmah-keteladanan-rasulullah
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Rasulullah SAW memang suri teladan yang baik. Dan, indikator keteladanan beliau itu berbuat sebelum berucap (bersabda).
Sebagai contoh, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya (nasab), kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah yang karena agamanya, niscaya akan beruntunglah kamu di dunia akhirat." (HR Bukhari, dari Abu Hurairah).
Jauh sebelum mengatakan hadis tunkahu al-Mar'ah tersebut, lalu menekankan pada agama, beliau sudah mengamalkan hadis itu terlebih dahulu. Misalnya, pernikahan beliau dengan Khadijah yang didasari hanya pada akhlak. Khadijah tertarik pada sosok Rasulullah yang mulia itu. Khadijah mendengar perangai pemuda Muhammad yang al-Amin itu dari Maisaroh, pembantunya yang diutus berdagang ke Syam bersama Muhammad. Kejujuran dan akhlak Muhammad yang akhirnya memantapkan hati Khadijah.
Muhammad pun menerima Khadijah bukan karena hartanya (limaaliha). Tapi, semata-mata karena pertimbangan akhlak. Ketinggian akhlak Khadijah ini terbukti selama dia menjadi istri Rasulullah. Meskipun dari sisi finansial Khadijah lebih tinggi kedudukannya dari Rasulullah, keponakan Waraqah bin Naufal itu tetap menjadi istri secara utuh, yakni menghormati dan memuliakan Muhammad sebagai suaminya.
Maka itu, dikatakan oleh siroh nabawiyah, pernikahan Rasulullah dan Khadijah adalah pernikahan yang paling indah dalam sejarah umat manusia. Sebab, pernikahan keduanya didasari pada akhlak (agama). Bukan kekayaan, kecantikan, maupun keturunan.
Pantaslah apabila beliau bersabda sebagaimana hadis di atas. Rasul SAW mengatakan hal itu yaitu menekankan agama atau akhlak sebagai dasar cinta dan pernikahan karena beliau sudah melakukan atau berbuat seperti yang beliau katakan. Beliau sudah membuktikan kata-katanya itu terlebih dahulu.
Inilah kunci utama dari keteladanan (uswah) Rasulullah SAW, yaitu memberi contoh (berbuat) sebelum menyuruh (mengatakan). Dan, ini pulalah 'hakikat keteladanan' yang harus melekat pada diri setiap umatnya.
Sebagai kepala keluarga, misalnya, kita harus berbuat dulu sebelum menyuruh anggota keluarga kita agar mereka mau menjalankannya. Sang ayah harus memberi contoh untuk tidak menonton sinetron terlebih dahulu, umpamanya, sebelum menyuruh anaknya. Insya Allah, sang anak akan meniru tidak menonton sinetron yang telah dicontohkan ayahnya.
Pemimpin negara demikian pula. Seorang presiden harus memberi contoh hidup sederhana terlebih dahulu sebelum menyerukannya kepada seluruh rakyat.
Marilah kita masing-masing mengaktualisasikan 'batasan keteladanan' ini, agar kita benar-benar menjadi 'teladan sejati' seperti halnya Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.
Red: Siwi Tri Puji B
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/15/164100-hikmah-keteladanan-rasulullah
Kisah Surat Rasulullah kepada Kaisar Romawi
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadanya, bahwa Heraclius berkirim surat kepada Abu Sufyan menyuruh ia datang ke Syam bersama kafilah saudagar Quraisy*. Waktu itu Rasullah saw, sedang dalam perjanjian damai dengan Abu Sufyan** dan dengan orang-orang kafir Quraisy ( Perjanjian damai, yaitu Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat tahun 6 H . Mereka datang menghadap Heraclius di Ilia*** terus masuk ke dalam majelisnya, dihadapi oleh pembesar-pembesar Romawi. Kemudian Heraclius memanggil orang-orang Quraisy itu beserta Juru bahasanya.
Heraclius berkata, " Siapa di antara Anda yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan laki-laki yang mengaku dirinya Nabi itu ?"
Jawab Abu Sufyan, " Saya ! Saya keluarga terdekat dengannya "
Berkata Heraclius ( kepada jurubahasanya ). "Suruh dekat-dekatlah dia kepadaku. Dan suruh pula para sahabatnya duduk dibelakangnya".
Kemudian berkata Heraclius kepada jurubahasa, "Katakan kepada mereka bahwa saya akan bertanya kepada orang ini (Abu Sufyan). Jika dia berdusta, suruhlah mereka mengatakan bahwa dia dusta".
Kata Abu Sufyan, "Demi Allah ! Jika tidaklah aku takut akan mendapat malu, karena aku dikatakan dusta, niscaya maulah aku berdusta".
Pertanyaannya yang pertama, "Bagaimanakah turunannya di kalanganmu ?"
Aku jawab "Dia turunan bangsawan di kalangan Kami".
Heraclius, "Pernahkah orang lain sebelumnya mengumandangkan apa yang telah dikumandangkannya ?"
Jawabku, "Tidak pernah".
Heraclius, "Adakah di antara nenek moyangnya yang menjadi Raja ?"
Jawabku, "Tidak!"
Heraclius, "Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia ataukah orang-orang biasa ?"
Jawabku, "Hanya terdiri dari orang biasa-orang biasa".
Heraclius, "Apakah pengikutnya semakin bertambah atau berkurang ?"
Jawabku, "Bahkan selalu bertambah".
Heraclius, "Adakah mereka yang Murtad (Murtad, artinya kembali menjadi kafir sesudah beriman), karena mereka benci kepada agama yang dipeluknya itu ?"
Jawabku, "Tidak !"
Heraclius, "Apakah menaruh curiga kepadanya dia berdusta sebelum dia mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang ?"
Jawabku, "Tidak !"
Heraclius, "Pernahkan dia melanggar janji ?"
Jawabku, "Tidak ! dan sekarang, kami sedang dalam perjanjian damai dengan dia. Kami tidak tahu apa yang akan diperbuatnya dengan perjanjian itu".
Kata Abu Sufyan menambahkan, "Tidak dapat aku menambahkan kalimat lain agak sedikitpun selain kalimat itu ( Jawab Abu Sufyan tidak dicukupkanya saja dengan kata "Tidak", tetapi ditambahkannya bahwa ia tidak tahu apakah Nabi Muhammad masih setia kepada janjinya atau tidak. Seakan-akan terbayang baginya kalau-kalau Nabi Muhammad melanggar janji setelah meninggalkan Mekkah ).
Heraclius, "Pernahkah kamu berperang dengannya ?"
Jawabku, "Pernah".
Heraclius, "Bagaimana peperanganmu itu ?"
Jawabku, "Kami kalah dan menang silih berganti. Dikalahkannya kami dan kami kalahkan pula dia".
Heraclius, "Apakah yang diperintahkannya kepada kamu sekalian?"
Jawabku, "Dia menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan nenek moyangmu! Disuruhnya kami menegakan Shalat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempererat persaudaraan".
Berkata Heraclius, "Jika yang kamu terangkan itu betul semuanya, niscaya dia akan memerintah sampai ke tempat aku berpijak di kedua telapak kakiku ini. Sesungguhnya aku telah tahu bahwa ia akan lahir. Tetapi aku tidak mengira bahwa dia akan lahir di antara kamu sekalian. Sekiranya aku yakin akan dapat bertemu dengannya, walaupun dengan susah payah aku akan berusaha datang menemuinya. Kalau aku telah berada di dekatnya, akan kucuci kedua telapak kakinya."
Kemudian Heraclius meminta surat Rasullah saw, yang diantarkan oleh Dihyah kepada pembesar negeri Bushra, yang kemudian diteruskan kepada Heraclius. Lalu dibacakan surat itu, yang isinya sebagai berikut :
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad, Hamba Allah dan Rasul-Nya, Kepada Heraclius, Kaisar Rumawi.
Kesejahteraan kiranya untuk orang yang mengikut petunjuk. Kemudian, sesungguhnya saya mengajak Anda memenuhi panggilan Islam. Islamlah ! Pasti Anda akan selamat. Dan Allah akan memberi pahala kepada Anda dua kali lipat. Tetapi jika Anda enggan, niscaya Anda akan memikul dosa seluruh rakyat.
Hai, Ahli kitab ! marilah kita bersatu dalam satu kalimah (prinsip) yang sama di antara kita, yaitu supaya kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Dan janganlah sebagian kita menjadi yang lain menjadi Tuhan selain daripada Allah. Apabila Anda enggan menurut ajakan ini, akuilah bahwa kami ini Muslim".
Kata Abu Sofyan, "Selesai ia mengucapkan perkataannya dan membaca surat itu, ruangan menjadi heboh dan hiruk pikuk; kami pun disuruh orang keluar. Sampai di luar, aku berkata kepada kawan-kawan, "Sungguh menjadi masalah besar urusan Ibnu Abu Kabasyah***** sehingga raja bangsa kulit kuning itu pun takut kepadanya. Aku yakin, Muhammad pasti menang. Sehingga oleh karenanya Allah memasukkan Islam ke dalam hatiku".
Ibnu Nathur, pembesar negeri Ilia, sahabat Heraclius dan Uskup (Uskup, kepala pendeta) Nasrani di Syam dan menceritakan, "Ketika Heraclius datang ke Ilia, ternyata pikirannya sedang kacau. Oleh karena itu banyak di antara para pendeta yang berkata: "Kami sangat heran melihat sikap Anda".
Selanjutnya kata Ibnu Nathur, Heraclius adalah seorang ahli Nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya : "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat Raja Khithan telah lahir (Khithan, khitan, sunat, memotong ujung kulit (kulup) pada ujung kemaluan laki-laki). Siapakah di antara umat ini yang telah dikhitan ?"
Jawab para pendeta "Yang berkhitan itu hanyalah orang Yahudi. Janganlah Anda risau karena orang Yahudi itu. Perintakan saja ke seluruh negeri dalam kerajaan Anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri itu dibunuh ".
Ketika itu dihadapkan kepada Heraclius seorang utusan Raja Bani Ghassan untuk menceritakan perihal Rasullah saw. Setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan atau tidak. Setelah diperiksa, ternyata memang dia berkhitan, Lalu diberitahukan orang kepada Heraclius.
Herclius bertanya kepada orang itu tentang orang-orang Arab lainnya, "Dikhitankah mereka atau tidak?"
Jawabnya, "Orang-orang Arab itu dikhitan semuanya".
Heraclius berkata, "Inilah raja umat. Sesungguhnya dia telah lahir".
Kemudian Heraclius berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma**** yang ilmunya setaraf dengan Heraclius (menceritakan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw). Dan sementara itu ia meneruskan perjalanannya kenegeri Hims (sebuah kota di Syam ). Tetapi sebelum dia sampai di Hims, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba lebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah Lahir dan beliau memang seorang Nabi.
Heraclius mengundang para pembesar Roma supaya datang ketempatnya di Hims. Setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci setiap pintu.
Kemudian dia berkata, "Wahai, bangsa Rum ! Maukah Anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita ? Kalau mau, akuilah Muhammad itu sebagai Nabi !"
Mendengar ucapan itu mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan iman (percaya kepada Nabi Muhammad saw). Lalu diperintahkannya supaya mereka kembali ke tempat mereka masing-masing seraya berkata, "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi, hanyalah sekedar menguji keteguhan hati Anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu".
Lalu mereka sujud dihadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya.
Demikianlah akhir kisah Heraclius. (Kutipan Buku: Terjemahan Shahih Bukhari)
*) Quraisy, nama suku bangsawan tinggi di negara Mekkah.
**) Salah satu Pemimpin Pasukan Kafir Mekkah, namum akhirnya masuk Islam.
***) Ilia, yaitu Baitul Maqdis (Jerusaalem)
****) Roma sebuah kota tertua di Italia, yang sekarang menjadi ibikota negeri itu. Dahulunya adalah ibikota kerajaan Rum Barat. Menurut riwayat, konon kota itu didirikan oleh Romulus pada tahun 753 sebelum Masehi )
*****) Anak Abu Kabsyah, yakni nama ejekan yang dipanggilkan orang kafir Mekkah kepada Nabi Muhammad. Karena waktu kecil Nabi dipelihara oleh Halimah, yang suaminya bernama Abu Kabsyah).
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4001632
Heraclius berkata, " Siapa di antara Anda yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan laki-laki yang mengaku dirinya Nabi itu ?"
Jawab Abu Sufyan, " Saya ! Saya keluarga terdekat dengannya "
Berkata Heraclius ( kepada jurubahasanya ). "Suruh dekat-dekatlah dia kepadaku. Dan suruh pula para sahabatnya duduk dibelakangnya".
Kemudian berkata Heraclius kepada jurubahasa, "Katakan kepada mereka bahwa saya akan bertanya kepada orang ini (Abu Sufyan). Jika dia berdusta, suruhlah mereka mengatakan bahwa dia dusta".
Kata Abu Sufyan, "Demi Allah ! Jika tidaklah aku takut akan mendapat malu, karena aku dikatakan dusta, niscaya maulah aku berdusta".
Pertanyaannya yang pertama, "Bagaimanakah turunannya di kalanganmu ?"
Aku jawab "Dia turunan bangsawan di kalangan Kami".
Heraclius, "Pernahkah orang lain sebelumnya mengumandangkan apa yang telah dikumandangkannya ?"
Jawabku, "Tidak pernah".
Heraclius, "Adakah di antara nenek moyangnya yang menjadi Raja ?"
Jawabku, "Tidak!"
Heraclius, "Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia ataukah orang-orang biasa ?"
Jawabku, "Hanya terdiri dari orang biasa-orang biasa".
Heraclius, "Apakah pengikutnya semakin bertambah atau berkurang ?"
Jawabku, "Bahkan selalu bertambah".
Heraclius, "Adakah mereka yang Murtad (Murtad, artinya kembali menjadi kafir sesudah beriman), karena mereka benci kepada agama yang dipeluknya itu ?"
Jawabku, "Tidak !"
Heraclius, "Apakah menaruh curiga kepadanya dia berdusta sebelum dia mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang ?"
Jawabku, "Tidak !"
Heraclius, "Pernahkan dia melanggar janji ?"
Jawabku, "Tidak ! dan sekarang, kami sedang dalam perjanjian damai dengan dia. Kami tidak tahu apa yang akan diperbuatnya dengan perjanjian itu".
Kata Abu Sufyan menambahkan, "Tidak dapat aku menambahkan kalimat lain agak sedikitpun selain kalimat itu ( Jawab Abu Sufyan tidak dicukupkanya saja dengan kata "Tidak", tetapi ditambahkannya bahwa ia tidak tahu apakah Nabi Muhammad masih setia kepada janjinya atau tidak. Seakan-akan terbayang baginya kalau-kalau Nabi Muhammad melanggar janji setelah meninggalkan Mekkah ).
Heraclius, "Pernahkah kamu berperang dengannya ?"
Jawabku, "Pernah".
Heraclius, "Bagaimana peperanganmu itu ?"
Jawabku, "Kami kalah dan menang silih berganti. Dikalahkannya kami dan kami kalahkan pula dia".
Heraclius, "Apakah yang diperintahkannya kepada kamu sekalian?"
Jawabku, "Dia menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan nenek moyangmu! Disuruhnya kami menegakan Shalat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempererat persaudaraan".
Berkata Heraclius, "Jika yang kamu terangkan itu betul semuanya, niscaya dia akan memerintah sampai ke tempat aku berpijak di kedua telapak kakiku ini. Sesungguhnya aku telah tahu bahwa ia akan lahir. Tetapi aku tidak mengira bahwa dia akan lahir di antara kamu sekalian. Sekiranya aku yakin akan dapat bertemu dengannya, walaupun dengan susah payah aku akan berusaha datang menemuinya. Kalau aku telah berada di dekatnya, akan kucuci kedua telapak kakinya."
Kemudian Heraclius meminta surat Rasullah saw, yang diantarkan oleh Dihyah kepada pembesar negeri Bushra, yang kemudian diteruskan kepada Heraclius. Lalu dibacakan surat itu, yang isinya sebagai berikut :
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad, Hamba Allah dan Rasul-Nya, Kepada Heraclius, Kaisar Rumawi.
Kesejahteraan kiranya untuk orang yang mengikut petunjuk. Kemudian, sesungguhnya saya mengajak Anda memenuhi panggilan Islam. Islamlah ! Pasti Anda akan selamat. Dan Allah akan memberi pahala kepada Anda dua kali lipat. Tetapi jika Anda enggan, niscaya Anda akan memikul dosa seluruh rakyat.
Hai, Ahli kitab ! marilah kita bersatu dalam satu kalimah (prinsip) yang sama di antara kita, yaitu supaya kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Dan janganlah sebagian kita menjadi yang lain menjadi Tuhan selain daripada Allah. Apabila Anda enggan menurut ajakan ini, akuilah bahwa kami ini Muslim".
Kata Abu Sofyan, "Selesai ia mengucapkan perkataannya dan membaca surat itu, ruangan menjadi heboh dan hiruk pikuk; kami pun disuruh orang keluar. Sampai di luar, aku berkata kepada kawan-kawan, "Sungguh menjadi masalah besar urusan Ibnu Abu Kabasyah***** sehingga raja bangsa kulit kuning itu pun takut kepadanya. Aku yakin, Muhammad pasti menang. Sehingga oleh karenanya Allah memasukkan Islam ke dalam hatiku".
Ibnu Nathur, pembesar negeri Ilia, sahabat Heraclius dan Uskup (Uskup, kepala pendeta) Nasrani di Syam dan menceritakan, "Ketika Heraclius datang ke Ilia, ternyata pikirannya sedang kacau. Oleh karena itu banyak di antara para pendeta yang berkata: "Kami sangat heran melihat sikap Anda".
Selanjutnya kata Ibnu Nathur, Heraclius adalah seorang ahli Nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya : "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat Raja Khithan telah lahir (Khithan, khitan, sunat, memotong ujung kulit (kulup) pada ujung kemaluan laki-laki). Siapakah di antara umat ini yang telah dikhitan ?"
Jawab para pendeta "Yang berkhitan itu hanyalah orang Yahudi. Janganlah Anda risau karena orang Yahudi itu. Perintakan saja ke seluruh negeri dalam kerajaan Anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri itu dibunuh ".
Ketika itu dihadapkan kepada Heraclius seorang utusan Raja Bani Ghassan untuk menceritakan perihal Rasullah saw. Setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan atau tidak. Setelah diperiksa, ternyata memang dia berkhitan, Lalu diberitahukan orang kepada Heraclius.
Herclius bertanya kepada orang itu tentang orang-orang Arab lainnya, "Dikhitankah mereka atau tidak?"
Jawabnya, "Orang-orang Arab itu dikhitan semuanya".
Heraclius berkata, "Inilah raja umat. Sesungguhnya dia telah lahir".
Kemudian Heraclius berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma**** yang ilmunya setaraf dengan Heraclius (menceritakan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw). Dan sementara itu ia meneruskan perjalanannya kenegeri Hims (sebuah kota di Syam ). Tetapi sebelum dia sampai di Hims, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba lebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah Lahir dan beliau memang seorang Nabi.
Heraclius mengundang para pembesar Roma supaya datang ketempatnya di Hims. Setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci setiap pintu.
Kemudian dia berkata, "Wahai, bangsa Rum ! Maukah Anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita ? Kalau mau, akuilah Muhammad itu sebagai Nabi !"
Mendengar ucapan itu mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan iman (percaya kepada Nabi Muhammad saw). Lalu diperintahkannya supaya mereka kembali ke tempat mereka masing-masing seraya berkata, "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi, hanyalah sekedar menguji keteguhan hati Anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu".
Lalu mereka sujud dihadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya.
Demikianlah akhir kisah Heraclius. (Kutipan Buku: Terjemahan Shahih Bukhari)
*) Quraisy, nama suku bangsawan tinggi di negara Mekkah.
**) Salah satu Pemimpin Pasukan Kafir Mekkah, namum akhirnya masuk Islam.
***) Ilia, yaitu Baitul Maqdis (Jerusaalem)
****) Roma sebuah kota tertua di Italia, yang sekarang menjadi ibikota negeri itu. Dahulunya adalah ibikota kerajaan Rum Barat. Menurut riwayat, konon kota itu didirikan oleh Romulus pada tahun 753 sebelum Masehi )
*****) Anak Abu Kabsyah, yakni nama ejekan yang dipanggilkan orang kafir Mekkah kepada Nabi Muhammad. Karena waktu kecil Nabi dipelihara oleh Halimah, yang suaminya bernama Abu Kabsyah).
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4001632
Kisah Rasulullah dan Seorang Badwi
PADA suatu masa, ketika Nabi Muhammad SAW sedang tawaf di Kaabah, baginda mendengar seseorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”
Rasulullah SAW meniru zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang itu berhenti di satu sudut Kaabah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang ituberasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan di lihatnya seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah di lihatnya.
Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, kerana aku ini orang badwi? Kalaulah bukan kerana ketampanan dan kegagahanmu akan ku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”
“Belum,” jawab orang itu.
“Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab orang Arab badwi itu.
Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”
Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW.
Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua-dua kaki Rasulullah SAW.Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badwi itu seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi seorang yang takbur, yang minta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”
Ketika itulah turun Malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, dia berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Katakan kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil mahupun yang besar.”
Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNya.”
Orang Arab badwi berkata lagi, “Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa dermawanNya.”
Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu sehingga air mata meleleh membasahi janggutnya.
Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis, sesungguhnya kerana tangisanmu , penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahawa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di surga nanti.”
Betapa sukanya orang Arab badwi itu, apabila mendengar berita itu dan menangis kerana tidak berdaya menahan rasa terharu.
Diposkan oleh Tahajud call Comunity jam 15:27
http://tahajudcall.blogspot.com/2007/05/kisah-rasulullah-dan-seorang-badwi.html
Rasulullah SAW meniru zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang itu berhenti di satu sudut Kaabah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang ituberasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan di lihatnya seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah di lihatnya.
Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, kerana aku ini orang badwi? Kalaulah bukan kerana ketampanan dan kegagahanmu akan ku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”
“Belum,” jawab orang itu.
“Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab orang Arab badwi itu.
Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”
Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW.
Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua-dua kaki Rasulullah SAW.Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badwi itu seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi seorang yang takbur, yang minta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”
Ketika itulah turun Malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, dia berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Katakan kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil mahupun yang besar.”
Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNya.”
Orang Arab badwi berkata lagi, “Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa dermawanNya.”
Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu sehingga air mata meleleh membasahi janggutnya.
Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis, sesungguhnya kerana tangisanmu , penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahawa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di surga nanti.”
Betapa sukanya orang Arab badwi itu, apabila mendengar berita itu dan menangis kerana tidak berdaya menahan rasa terharu.
Diposkan oleh Tahajud call Comunity jam 15:27
http://tahajudcall.blogspot.com/2007/05/kisah-rasulullah-dan-seorang-badwi.html
Kisah Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga Bersama Dua Tamunya
Posted by: Abusafar
Hudzaifah.org - Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.
Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, "Maha Suci Allah, apa ini?"
"Sudahlah, lanjutkan perjalanan!" jawab keduanya.
Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Rasulullah pun bertanya, "Subhanallah, apa pula ini?"
Kedua tamunya menjawab, "Sudah, menjauhlah!"
Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.
Rasulullah kembali bertanya, "Siapa mereka?"
Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"
Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.
Rasulullah pun bertanya, "Apa yang dilakukan orang ini?!"
"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.
Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.
"Apa ini?!" tanya Rasulullah
"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.
Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, "Apa ini? Dan siapa mereka?"
Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"
Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, "Naiklah ke pohon itu!"
Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, "Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!"
Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!
Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, "Ini adalah Surga 'Adn, dan inilah tempat tinggalmu!"
"Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada', sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika'il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu)."
Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, "Inilah tempat tinggalmu!"
Rasulullah berkata kepada mereka, "Semoga Allah memberkati kalian."
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, "Tidak sekarang engkau memasukinya!" [1]
"Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?" tanya Rasulullah kepada mereka.
Keduanya menjawab, "Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur'an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah."
...
Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?"
Rasulullah menjawab, "Dan anak orang-orang musyrik."
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.
Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. []
Maraji': Riyadhush Shalihin
_______________
Catatan kaki:
[1] Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah, "Kamu masih memiliki sisa umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk rumahmu." (HR. Bukhari)
http://www.hudzaifah.org/Article459.phtml
Hudzaifah.org - Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.
Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, "Maha Suci Allah, apa ini?"
"Sudahlah, lanjutkan perjalanan!" jawab keduanya.
Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Rasulullah pun bertanya, "Subhanallah, apa pula ini?"
Kedua tamunya menjawab, "Sudah, menjauhlah!"
Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.
Rasulullah kembali bertanya, "Siapa mereka?"
Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"
Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.
Rasulullah pun bertanya, "Apa yang dilakukan orang ini?!"
"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.
Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.
"Apa ini?!" tanya Rasulullah
"Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.
Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, "Apa ini? Dan siapa mereka?"
Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!"
Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, "Naiklah ke pohon itu!"
Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, "Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!"
Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!
Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, "Ini adalah Surga 'Adn, dan inilah tempat tinggalmu!"
"Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada', sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika'il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu)."
Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, "Inilah tempat tinggalmu!"
Rasulullah berkata kepada mereka, "Semoga Allah memberkati kalian."
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, "Tidak sekarang engkau memasukinya!" [1]
"Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?" tanya Rasulullah kepada mereka.
Keduanya menjawab, "Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur'an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah."
...
Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?"
Rasulullah menjawab, "Dan anak orang-orang musyrik."
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.
Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. []
Maraji': Riyadhush Shalihin
_______________
Catatan kaki:
[1] Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah, "Kamu masih memiliki sisa umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk rumahmu." (HR. Bukhari)
http://www.hudzaifah.org/Article459.phtml
Monday, February 14, 2011
Ada Apa di Balik Valentine’s Day ?
Disusun ulang oleh: Ummu Ziyad
Muroja’ah oleh: Ust Abu Mushlih Ari Wahyudi
Tanggal 14 Februari seakan-akan menjadi hari yang khusus bagi manusia secara umum, bahkan bagi seorang muslimah sekalipun. Dengan pengaruh dari berbagai media dan lingkungan, para gadis sibuk ikut-ikutan merayakan hari tersebut. Ada yang sibuk membuat coklat dan kue-kue untuk orang yang disayanginya, mengirimkan kartu, atau sengaja mengkhususkan membuat pengakuan cinta untuk lelaki pujaan hatinya. Na’udzubillah min dzalik. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan untuk dijauhkan dari perbuatan tersebut…
Setelah mengetahui fatwa-fatwa yang ada pada artikel sebelumnya, ada baiknya kita juga mengetahui asal usul adanya hari valentine. Dengan demikian, insya Allah kita akan lebih berhati-hati dan tidak segan-segan untuk meninggalkan hari raya tersebut. Apalagi jika kita benar-benar ingin menjadi wanita muslimah sejati, yang sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan sangat takut dengan hukuman-Nya dan berharap keridhoan-Nya. Artikel berikut ini banyak menukil dari majalah As Sunnah dengan disertai berbagai tambahan dari penulis.
Definisi Valentine’s Day
Terdapat beberapa definisi yang terdapat di majalah As Sunnah edisi 11 tahun I untuk menjelaskan tentang hari valentine ini.
Pertama,
A day on which lovers traditionally exchange affectionate messages and gift. It is ovserved on February 14, the date on which Saint Valentine was matyred. (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860)
“Sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisi saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana St. Valentine mengalami martir.”
Kedua,
The date on the modern celebration, February 14, is believed to derive in the execution of a Christian martyr, St. Valentine, on February 14, 270. (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464)
“Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M.”
Ketiga,
Valentine, St. priest and physician of Rome who suffered martydorn probably during the persecution under Claudius II in 269. his feast is on 14 Feb. The custom of sending valentines probably had its origin in a heathen practice connected with the worship of Juno Februalis at the Lupercalia(*) or perhaps in the mediaval belief the birds commenced to mate onf 14 Feb. (Everyman’s Encyclopedia, volume XII, hal 388).
“St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang (dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun 269 M. Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim valentine-valentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang dikaitkan dengan peribadatan Juno Februarlis di goa Lupercal, atau (bisa jadi) pendapat bahwa burung-burung kwain pada tanggal 14 Februari.”
(*) Lupercalia merupakan upacara keagamaan (ritual) yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno yang dilaksanakan setiap tahun untuk menyembah dewa Lupercus, yang oleh mereka dianggap sebagai dewa kesuburan, dewa padang rumput dan pelindung ternak. Sebagai suatu upacara ritual kesuburan, Lupercalia juga dihubungkan dengan penghormatan dan penyembahan kepada dewa Faunus sebagai dewa alam dan pemberi wahyu. Upacara atau festival tersebut dipimpin dan diawasi oleh suatu badan kegamaan yang disebut Luperci dan para pendetanya disebut Luperci.
Setiap upacara Lupercalia dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor kambing dan seekor anjing yang dipimpin oleh para Luperci. Upacara tersebut dilakukan di dalam sebuah gua bernama Lupercal, berada di bukit Palatine, yang merupakan salah satu bukit di kota Roma. Setelah itu dua orang Luperci (dalam sumber lain dua orang pemuda) dibawa ke sebuah altar, kemudian sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan pada kening mereka dan darah itu diseka dengan kain wool yang telah dicelupkan ke dalam susu. Setelah itu kedua orang tersebut diharuskan tertawa.
Kemudian para luperci memotong kulit kambing yang dikorbankan dan dijadikan cambuk. Kemudian mereka berlari dalam dua geromboloan mengelilingi bukit Palatine dan tembok-tembok kuno di Palatine, mencambuki setiap wanita baik yang mengikuti upacara maupun yang mereka temui di jalanan. Para wanita yang menerima cambukan itu dengan senang hati karena menurut mereka cambukan itu dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburannya.
Upacara Lupercalia ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kaisar Constantin Agung (280 – 337 M). Kaisar Romawi ini adalah kaisar pertama pemeluk agama Nasrani. Lewat masuknya agama Nasrani itu dan berbagai jalan yang ditempuhnya, dia memegang peranan penting dalam hal merubah agama yang dikejar-kejar dan diancam sebelumnya menjadi agama yang dominan (bersifat nasional). Pengaruh agama nasrani semakin meluas di kerajaan Romawi dan Dewan gereja memegang peranan penting di bidang politik. Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I merubah bentuk upacara Lupercalia menjadi perayaan purifikasi (pemurnian/pembersihan diri). Dan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I mengubah tanggal perayaan purifikasi yang berasal dari upacara ritual lupercalia dan tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari.
Keempat,
The St. Valentine who is spoken of as the apostle of Rhaetia, and venerated in passau as its first bishop. (Encyclopedia Briatannica, volume XIV, hal. 949).
“St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama.”
Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentine’s day dirayakan untuk mengormati dan mengkultuskan st. Valentine yang dianggap martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa burung-burung kawin pada tanggal tersebut.
Nah, saudariku… Apakah engkau tahu apa itu martir? Martir adalah orang yang dianggap mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan (agama). Kini engkau tahu agama apa yang dipertahankan olehnya. Wallahul musta’an. Ya ukhti… bagaimana kita bisa turut serta pada hari yang ditetapkan untuk menghormati orang yang mempertahankan agama yang bukan Islam (ini bukan berarti kita dibolehkan untuk menetapkan hari khusus untuk kematian orang-orang yang mempertahankan agama Islam!).
Dan bila dikaitkan dengan upacara Lupercalia, maka ini juga sangat jauh dari syari’at Islam, bahkan penuh dengan kesyirikan yang merusak tauhid. Lihatlah bagaimana upacara tersebut dilaksanakan untuk menyembah dewa-dewa. Padahal tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Belum lagi keyakinan batil tentang pengaruh cambukan yang dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburan. Padahal tidak ada yang kuasa untuk memberi kesuburan pada seseorang sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syuura [42]: 50)
Ketahuilah saudariku, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali meninggalkan jauh-jauh kebiasaan turut serta merayakan hari Valentine ini. Apakah kita hendak turut serta pada acara yang ditetapkan oleh Nasrani untuk mengkultuskan sang uskup yang mati sebagai martir? Padahal kita ketahui orang-orang Nasrani tidak akan senang sampai kita mengikuti agama mereka. Maka senanglah mereka ketika kita turut berbaur dalam hari raya mereka. Karena Rasululllah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud). Atau… apakah kita hendak mendukung pula upacara Lupercalia yang penuh muatan syirik dan kemaksiatan? Na’udzubillah mindzalik.
Cukupkanlah diri kita dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan yang diajarkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya. Karena kasih sayang di antara sesama muslim jauh lebih indah dimana Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang mukmin di dalam saling mencintai, saling mengaishi dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit maka seluruh jasad merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka engkau tidak perlu ragu-ragu untuk meninggalkan hari raya tersebut. Bertaubat adalah langkah yang utama dan mulia jika ternyata di hari yang lalu kita menjadi bagian dari perayaan tersebut. Semoga kita terus diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk menjalankan amalan sesuai tuntunan syari’at. Aamiin.
Maraji’:
1. Majalah As Sunnah edisi 11 tahun I.
2. Riyadush Shalihin – edisi Indonesia – karya Imam Nawawi jilid 1. Takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Duta Ilmu
Muroja’ah oleh: Ust Abu Mushlih Ari Wahyudi
Tanggal 14 Februari seakan-akan menjadi hari yang khusus bagi manusia secara umum, bahkan bagi seorang muslimah sekalipun. Dengan pengaruh dari berbagai media dan lingkungan, para gadis sibuk ikut-ikutan merayakan hari tersebut. Ada yang sibuk membuat coklat dan kue-kue untuk orang yang disayanginya, mengirimkan kartu, atau sengaja mengkhususkan membuat pengakuan cinta untuk lelaki pujaan hatinya. Na’udzubillah min dzalik. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan untuk dijauhkan dari perbuatan tersebut…
Setelah mengetahui fatwa-fatwa yang ada pada artikel sebelumnya, ada baiknya kita juga mengetahui asal usul adanya hari valentine. Dengan demikian, insya Allah kita akan lebih berhati-hati dan tidak segan-segan untuk meninggalkan hari raya tersebut. Apalagi jika kita benar-benar ingin menjadi wanita muslimah sejati, yang sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan sangat takut dengan hukuman-Nya dan berharap keridhoan-Nya. Artikel berikut ini banyak menukil dari majalah As Sunnah dengan disertai berbagai tambahan dari penulis.
Definisi Valentine’s Day
Terdapat beberapa definisi yang terdapat di majalah As Sunnah edisi 11 tahun I untuk menjelaskan tentang hari valentine ini.
Pertama,
A day on which lovers traditionally exchange affectionate messages and gift. It is ovserved on February 14, the date on which Saint Valentine was matyred. (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860)
“Sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisi saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana St. Valentine mengalami martir.”
Kedua,
The date on the modern celebration, February 14, is believed to derive in the execution of a Christian martyr, St. Valentine, on February 14, 270. (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464)
“Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M.”
Ketiga,
Valentine, St. priest and physician of Rome who suffered martydorn probably during the persecution under Claudius II in 269. his feast is on 14 Feb. The custom of sending valentines probably had its origin in a heathen practice connected with the worship of Juno Februalis at the Lupercalia(*) or perhaps in the mediaval belief the birds commenced to mate onf 14 Feb. (Everyman’s Encyclopedia, volume XII, hal 388).
“St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang (dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun 269 M. Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim valentine-valentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang dikaitkan dengan peribadatan Juno Februarlis di goa Lupercal, atau (bisa jadi) pendapat bahwa burung-burung kwain pada tanggal 14 Februari.”
(*) Lupercalia merupakan upacara keagamaan (ritual) yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno yang dilaksanakan setiap tahun untuk menyembah dewa Lupercus, yang oleh mereka dianggap sebagai dewa kesuburan, dewa padang rumput dan pelindung ternak. Sebagai suatu upacara ritual kesuburan, Lupercalia juga dihubungkan dengan penghormatan dan penyembahan kepada dewa Faunus sebagai dewa alam dan pemberi wahyu. Upacara atau festival tersebut dipimpin dan diawasi oleh suatu badan kegamaan yang disebut Luperci dan para pendetanya disebut Luperci.
Setiap upacara Lupercalia dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor kambing dan seekor anjing yang dipimpin oleh para Luperci. Upacara tersebut dilakukan di dalam sebuah gua bernama Lupercal, berada di bukit Palatine, yang merupakan salah satu bukit di kota Roma. Setelah itu dua orang Luperci (dalam sumber lain dua orang pemuda) dibawa ke sebuah altar, kemudian sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan pada kening mereka dan darah itu diseka dengan kain wool yang telah dicelupkan ke dalam susu. Setelah itu kedua orang tersebut diharuskan tertawa.
Kemudian para luperci memotong kulit kambing yang dikorbankan dan dijadikan cambuk. Kemudian mereka berlari dalam dua geromboloan mengelilingi bukit Palatine dan tembok-tembok kuno di Palatine, mencambuki setiap wanita baik yang mengikuti upacara maupun yang mereka temui di jalanan. Para wanita yang menerima cambukan itu dengan senang hati karena menurut mereka cambukan itu dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburannya.
Upacara Lupercalia ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kaisar Constantin Agung (280 – 337 M). Kaisar Romawi ini adalah kaisar pertama pemeluk agama Nasrani. Lewat masuknya agama Nasrani itu dan berbagai jalan yang ditempuhnya, dia memegang peranan penting dalam hal merubah agama yang dikejar-kejar dan diancam sebelumnya menjadi agama yang dominan (bersifat nasional). Pengaruh agama nasrani semakin meluas di kerajaan Romawi dan Dewan gereja memegang peranan penting di bidang politik. Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I merubah bentuk upacara Lupercalia menjadi perayaan purifikasi (pemurnian/pembersihan diri). Dan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I mengubah tanggal perayaan purifikasi yang berasal dari upacara ritual lupercalia dan tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari.
Keempat,
The St. Valentine who is spoken of as the apostle of Rhaetia, and venerated in passau as its first bishop. (Encyclopedia Briatannica, volume XIV, hal. 949).
“St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama.”
Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentine’s day dirayakan untuk mengormati dan mengkultuskan st. Valentine yang dianggap martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa burung-burung kawin pada tanggal tersebut.
Nah, saudariku… Apakah engkau tahu apa itu martir? Martir adalah orang yang dianggap mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan (agama). Kini engkau tahu agama apa yang dipertahankan olehnya. Wallahul musta’an. Ya ukhti… bagaimana kita bisa turut serta pada hari yang ditetapkan untuk menghormati orang yang mempertahankan agama yang bukan Islam (ini bukan berarti kita dibolehkan untuk menetapkan hari khusus untuk kematian orang-orang yang mempertahankan agama Islam!).
Dan bila dikaitkan dengan upacara Lupercalia, maka ini juga sangat jauh dari syari’at Islam, bahkan penuh dengan kesyirikan yang merusak tauhid. Lihatlah bagaimana upacara tersebut dilaksanakan untuk menyembah dewa-dewa. Padahal tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Belum lagi keyakinan batil tentang pengaruh cambukan yang dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburan. Padahal tidak ada yang kuasa untuk memberi kesuburan pada seseorang sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syuura [42]: 50)
Ketahuilah saudariku, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali meninggalkan jauh-jauh kebiasaan turut serta merayakan hari Valentine ini. Apakah kita hendak turut serta pada acara yang ditetapkan oleh Nasrani untuk mengkultuskan sang uskup yang mati sebagai martir? Padahal kita ketahui orang-orang Nasrani tidak akan senang sampai kita mengikuti agama mereka. Maka senanglah mereka ketika kita turut berbaur dalam hari raya mereka. Karena Rasululllah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud). Atau… apakah kita hendak mendukung pula upacara Lupercalia yang penuh muatan syirik dan kemaksiatan? Na’udzubillah mindzalik.
Cukupkanlah diri kita dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan yang diajarkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya. Karena kasih sayang di antara sesama muslim jauh lebih indah dimana Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang mukmin di dalam saling mencintai, saling mengaishi dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit maka seluruh jasad merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka engkau tidak perlu ragu-ragu untuk meninggalkan hari raya tersebut. Bertaubat adalah langkah yang utama dan mulia jika ternyata di hari yang lalu kita menjadi bagian dari perayaan tersebut. Semoga kita terus diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk menjalankan amalan sesuai tuntunan syari’at. Aamiin.
Maraji’:
1. Majalah As Sunnah edisi 11 tahun I.
2. Riyadush Shalihin – edisi Indonesia – karya Imam Nawawi jilid 1. Takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Duta Ilmu
Friday, February 11, 2011
Merawatmu di Usia Senja
Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai rektor diUniversitas Internasional Columbia dengan alasan merawat istrinya Muriel yang sakit alzheimer yaitu gangguan fungsi otak. Muriel sudah seperti bayi, tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan,mandi dan buang airpun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dgn tangannya sendiri, karena Muriel adalah wanita yg sangat istimewa baginya.
Pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran, Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, sehingga Robertson kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya. Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya,walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah,saya belum pernah menyentuhnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya,saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan." Tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.
Pada tanggal 14 Februari 1995, hari itu adalah hari istimewa untuk Robertson dan Muriel, karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel. Menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, "Tuhan yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikatMu. Amin."
Pagi harinya, ketika Robertson berolahraga dengan menggunakan sepeda statisnya, Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel tidak pernah berbicara, memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku ... sayangku ..."
Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu. "Sayangku, kau benar2 mencintaiku bukan?" tanya Muriel. Setelah melihat anggukan dan senyum diwajah Robertson, Muriel berbisik, "Aku bahagia !" Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.
http://inspirasipagi.blogspot.com/2007/11/merawatmu-di-usia-senja.html
Pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran, Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, sehingga Robertson kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya. Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya,walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah,saya belum pernah menyentuhnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya,saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan." Tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.
Pada tanggal 14 Februari 1995, hari itu adalah hari istimewa untuk Robertson dan Muriel, karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel. Menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, "Tuhan yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikatMu. Amin."
Pagi harinya, ketika Robertson berolahraga dengan menggunakan sepeda statisnya, Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel tidak pernah berbicara, memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku ... sayangku ..."
Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu. "Sayangku, kau benar2 mencintaiku bukan?" tanya Muriel. Setelah melihat anggukan dan senyum diwajah Robertson, Muriel berbisik, "Aku bahagia !" Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson.
http://inspirasipagi.blogspot.com/2007/11/merawatmu-di-usia-senja.html
Thursday, February 10, 2011
Sebelum Kontrak Berakhir
Oleh Imam Nur Suharno ***
Dikisahkan bahwa malaikat maut (Izrail) bertemu dengan Nabi Sulaiman AS. Ia datang dengan bentuk manusia sehingga tak seorang pun yang mengetahui kedatangannya selain Nabi Sulaiman. Saat itu Nabi Sulaiman sedang berkumpul dengan beberapa orang sahabatnya. Saat malaikat maut hendak pergi ia memandang salah seorang sahabat Nabi Sulaiman dengan pandangan yang aneh, lalu pergi.
Setelah malaikat maut pergi, sahabat Nabi Sulaiman itu bertanya, "Wahai Nabiyullah, mengapa ia memandangiku seperti itu?" Jawab Nabi Sulaiman, "Ketahuilah, dia itu adalah malaikat maut."
Kemudian sahabat Nabi Sulaiman itu berkata, "Wahai Nabi, tiupkanlah angin dengan kencang, sehingga angin itu membawaku ke puncak negeri India, sesungguhnya aku berfirasat buruk."
"Apakah engkau akan lari dari takdir jika maut akan menjemputmu?" tanya Nabi Sulaiman. "Sesunguhnya Allah memerintahkan kita untuk mencari sebab-sebabnya. Dan, aku yakin bahwa engkau akan mengabulkan permintaanku." kata sahabat Nabi Sulaiman itu. Kemudian, Nabi Sulaiman memerintahkan kepada angin untuk membawanya ke tempat yang diinginkan.
Selang beberapa saat malaikat maut datang, Nabi Sulaiman bertanya, "Apa urusanmu dengan salah seorang sahabatku, mengapa engkau pandangi dia seperti itu?"
Malaikat maut menjawab, "Aku memandanginya seperti itu dikarenakan ia tercatat di daftar kematian bahwa ia akan mati di sebuah negeri di India. Aku heran, bagaimana ia dapat pergi ke sana sedangkan ia ada bersamamu? Kemudian, di tempat yang telah ditentukan, pada waktu yang telah digariskan kulihat ia datang kepadaku dan kucabut nyawanya."
Kisah di atas mengingatkan kepada kita bahwa malaikat maut akan selalu mengintai siapa saja yang masa kontraknya akan berakhir di dunia ini. Jika masa kontraknya habis maka tak seorang pun dapat lari darinya. "... Maka, apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS al-A'raf [7]: 34).
Dalam ayat lain Allah SWT menegaskan, "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." (QS Qaf [50]: 19).
Lari kepada dokter bila sakit menimpa, lari kepada makan bila rasa lapar datang, lari kepada minum bila rasa haus menghampiri. Lalu, lari kepada siapa bila kematian akan menjemputmu?
Sungguh, tak seorang pun dapat lari darinya sekalipun berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS an-Nisa' [4]: 78).
Oleh karena itu, sebelum masa kontrak berakhir, "Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang memperdaya, kekayaan yang menyombongkan, sakit yang memayahkan, tua yang melemahkan, kematian yang memutuskan, dajjal yang menyesatkan, dan kiamat yang sangat berat dan menyusahkan." (HR Tirmidzi). Wallahu a'lam.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/10/163373-sebelum-kontrak-berakhir
Dikisahkan bahwa malaikat maut (Izrail) bertemu dengan Nabi Sulaiman AS. Ia datang dengan bentuk manusia sehingga tak seorang pun yang mengetahui kedatangannya selain Nabi Sulaiman. Saat itu Nabi Sulaiman sedang berkumpul dengan beberapa orang sahabatnya. Saat malaikat maut hendak pergi ia memandang salah seorang sahabat Nabi Sulaiman dengan pandangan yang aneh, lalu pergi.
Setelah malaikat maut pergi, sahabat Nabi Sulaiman itu bertanya, "Wahai Nabiyullah, mengapa ia memandangiku seperti itu?" Jawab Nabi Sulaiman, "Ketahuilah, dia itu adalah malaikat maut."
Kemudian sahabat Nabi Sulaiman itu berkata, "Wahai Nabi, tiupkanlah angin dengan kencang, sehingga angin itu membawaku ke puncak negeri India, sesungguhnya aku berfirasat buruk."
"Apakah engkau akan lari dari takdir jika maut akan menjemputmu?" tanya Nabi Sulaiman. "Sesunguhnya Allah memerintahkan kita untuk mencari sebab-sebabnya. Dan, aku yakin bahwa engkau akan mengabulkan permintaanku." kata sahabat Nabi Sulaiman itu. Kemudian, Nabi Sulaiman memerintahkan kepada angin untuk membawanya ke tempat yang diinginkan.
Selang beberapa saat malaikat maut datang, Nabi Sulaiman bertanya, "Apa urusanmu dengan salah seorang sahabatku, mengapa engkau pandangi dia seperti itu?"
Malaikat maut menjawab, "Aku memandanginya seperti itu dikarenakan ia tercatat di daftar kematian bahwa ia akan mati di sebuah negeri di India. Aku heran, bagaimana ia dapat pergi ke sana sedangkan ia ada bersamamu? Kemudian, di tempat yang telah ditentukan, pada waktu yang telah digariskan kulihat ia datang kepadaku dan kucabut nyawanya."
Kisah di atas mengingatkan kepada kita bahwa malaikat maut akan selalu mengintai siapa saja yang masa kontraknya akan berakhir di dunia ini. Jika masa kontraknya habis maka tak seorang pun dapat lari darinya. "... Maka, apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS al-A'raf [7]: 34).
Dalam ayat lain Allah SWT menegaskan, "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." (QS Qaf [50]: 19).
Lari kepada dokter bila sakit menimpa, lari kepada makan bila rasa lapar datang, lari kepada minum bila rasa haus menghampiri. Lalu, lari kepada siapa bila kematian akan menjemputmu?
Sungguh, tak seorang pun dapat lari darinya sekalipun berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS an-Nisa' [4]: 78).
Oleh karena itu, sebelum masa kontrak berakhir, "Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang memperdaya, kekayaan yang menyombongkan, sakit yang memayahkan, tua yang melemahkan, kematian yang memutuskan, dajjal yang menyesatkan, dan kiamat yang sangat berat dan menyusahkan." (HR Tirmidzi). Wallahu a'lam.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/10/163373-sebelum-kontrak-berakhir
Obrolan dengan Malaikat
Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, ”Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Tuhan diterima.”
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya.”
Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. “Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu.
“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?” tanyaku.
“Menyedihkan”, Malaikat-ku menghela napas. ”Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih.”
“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?” tanyaku.
“Sederhana sekali...” jawab Malaikat. “Cukup berkata, 'Terima kasih, Tuhan'."
“Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri?” tanyaku.
Malaikat-ku menjawab, “Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.”
“Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.”
“Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.”
“Juga... Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan... engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.”
“Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia”.
“Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.”
“Jika engkau masih bisa mencintai... maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun.”
“Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan. Engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.”
“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' .”
http://inspirasipagi.blogspot.com/2010/11/obrolan-dengan-malaikat.html
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya.”
Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. “Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu.
“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?” tanyaku.
“Menyedihkan”, Malaikat-ku menghela napas. ”Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih.”
“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?” tanyaku.
“Sederhana sekali...” jawab Malaikat. “Cukup berkata, 'Terima kasih, Tuhan'."
“Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri?” tanyaku.
Malaikat-ku menjawab, “Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.”
“Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.”
“Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.”
“Juga... Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan... engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.”
“Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia”.
“Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.”
“Jika engkau masih bisa mencintai... maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun.”
“Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan. Engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.”
“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' .”
http://inspirasipagi.blogspot.com/2010/11/obrolan-dengan-malaikat.html
Tuan Oeng dan Seorang Gadis Kecil
Dari dalam toko mainannya, seorang pria tua, yang biasa dipanggil Tuan Oeng oleh para pelanggannya, menatap seorang gadis berseragam putih-merah yang sedang terpaku di depan kaca etalase toko. Sudah dua minggu ini di waktu yang sama, yaitu pukul 13.15, gadis itu selalu berdiri di depan etalase toko.
”Bisa aku bantu?” tegur Tuan Oeng tersenyum ramah.
GADIS itu menoleh ke arah Tuan Oeng kemudian mengetuk kaca etalase. ”Berapa harga Lily?” tanya gadis itu kemudian.
Tuan Oeng menoleh ke arah etalase dan menemukan sebuah boneka bergaun ungu yang ditunjuk oleh gadis berkepang dua itu.
”Lima puluh ribu rupiah,” jawabnya singkat.
”Mahal, ya...,” ujar gadis itu terdengar seperti menggumam. Ia kemudian melangkah meninggalkan toko dan pemiliknya.
Keesokannya, Tuan Oeng kembali menemukan gadis kecil itu terpana di depan etalase. Matanya bergeming dari Lily yang telah dipajang sejak dua minggu lalu. Kali ini Tuan Oeng tak menegur. Ia membiarkan saja gadis itu menatap Lily sampai puas.
SAMPAI di suatu Minggu, Tuan Oeng melihat gadis itu datang bersama seorang anak laki-laki yang lebih kecil. Keduanya mengendarai sepeda dan memarkir sepeda tepat di depan etalase toko. Terlihat raut gembira di wajah gadis itu.
”Selamat datang. Ada yang bisa dibantu, Nak?” sambut Tuan Oeng.
Kedua bocah itu adalah pembeli pertama di hari itu.
”Saya ingin membeli Lily,” ujar gadis itu mantap.
Tuan Oeng tersenyum. ”Apakah kau meminta orangtuamu untuk membelikannya?” tanyanya.
Gadis itu menggeleng. ”Tidak, Pak. Saya memecahkan celengan yang sudah saya isi sejak setahun.”
Tuan Oeng terpana memandang gadis kecil yang mulai berceloteh bangga itu.
”Walaupun hanya memiliki empat puluh ribu dari uang celengan saya, Ayah memberi uang dua puluh ribu untuk menutupi kekurangannya.”
Tuan Oeng mengangguk mengerti. ”Berarti kau sudah tak punya tabungan lagi, ya?”
Gadis itu mengangguk. ”Kali ini iya, tetapi mulai besok saya akan makin rajin menyisihkan uang jajan. Itu sebabnya Ayah melebihkan sepuluh ribu agar saya dapat membeli celengan baru.”
Tuang Oeng mengacungkan kedua jempolnya tanda bangga. ”Hebat!” ujarnya.
SESAAT kemudian transaksi berlangsung. Gadis itu menulis nama dan alamatnya. Kemudian ia membayar Lily dengan satu lembar uang lima puluh ribu.
”Bisakah Bapak membungkus Lily dengan rapi?” pinta gadis itu.
”Tentu. Untuk gadis kecil yang rajin menabung, Bapak akan bungkus dengan kotak cantik berwarna ungu.”
Ketika sedang membungkus Lily, Tuan Oeng memerhatikan kedua bocah tadi berada di depan rak mainan tentara.
”Aku akan menabung seperti Kakak agar bisa membeli paket mainan tentara ini,” ujar bocah lelaki itu kepada kakak perempuannya.
”Kamu suka, ya?” tanya gadis kecil itu kepada adiknya.
”Iya. Hampir semua teman-temanku memilikinya. Namun, mana mungkin Ayah membelikannya untukku,” nada bocah lelaki itu terdengar kecewa.
”Ayah kan pernah bilang kepada kita.., jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha sendiri. Namun, jika kita membutuhkan sesuatu, Ayah dan Ibu akan membelikannya.”
BOCAH lelaki itu mengangguk. ”Aku akan berusaha keras seperti Kakak! Aku akan menabung.”
”Sebaiknya kau menabung dengan cepat,” timpal satu anak buah Tuan Oeng, masuk ke dalam percakapan.
”Paket mainan tentara itu edisi terbatas dan tidak diproduksi lagi. Di toko ini bahkan hanya tinggal dua paket.”
Raut wajah bocah lelaki itu berubah kecewa. ”Benarkah? Yahh....”
Gadis kecil itu menepuk pundak adiknya. Ia tidak bisa berkata apa-apa.
BEBERAPA saat kemudian kedua bocah itu sudah melangkah ke luar toko. Namun, beberapa menit kemudian, gadis itu datang kembali ke toko sendirian. Ia membawa sebuah kotak berwarna ungu.
”Maaf, Pak. Bolehkan saya menukar Lily dengan satu paket tentara edisi terbatas itu?” ujar gadis itu.
Tuan Oeng terkejut dan terbengong sejenak. ”Kenapa kau mau menukarnya?” Gadis itu menggeleng. ”Saya tidak tahu kenapa saya sedih setelah mendapatkannya. Mungkin karena saya takut adik saya tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau. Sepertinya ia masih terlalu kecil untuk menabung cepat.”
Tuan Oeng tersenyum. Ia merasa gadis di depannya sudah dewasa. Padahal, gadis kecil itu dan adiknya sama-sama masih kecil. Transaksi penukaran berlangsung. Harga miniatur tentara itu lebih murah sepuluh ribu rupiah daripada harga Lily.
KETIKA gadis itu keluar dari toko, Tuang Oeng sibuk menulis sesuatu di atas kartu. Selesai menulis, ia memanggil salah satu anak buahnya dan berkata, ”Kirimkan kotak ungu ini ke alamat gadis kecil tadi. Ini alamat dan nomor teleponnya.”
Anak buah Tuan Oeng sekilas membaca isi kartu ucapan yang ditulis Tuan Oeng. Tulisannya berbunyi: ”Untuk seorang kakak yang murah hati dan rajin menabung. Tertanda Tuan Oeng, dari toko Hati.”
ditulis oleh Afifah Muharikah
http://inspirasipagi.blogspot.com/2010/11/tuan-oeng-dan-seorang-gadis-kecil.html
”Bisa aku bantu?” tegur Tuan Oeng tersenyum ramah.
GADIS itu menoleh ke arah Tuan Oeng kemudian mengetuk kaca etalase. ”Berapa harga Lily?” tanya gadis itu kemudian.
Tuan Oeng menoleh ke arah etalase dan menemukan sebuah boneka bergaun ungu yang ditunjuk oleh gadis berkepang dua itu.
”Lima puluh ribu rupiah,” jawabnya singkat.
”Mahal, ya...,” ujar gadis itu terdengar seperti menggumam. Ia kemudian melangkah meninggalkan toko dan pemiliknya.
Keesokannya, Tuan Oeng kembali menemukan gadis kecil itu terpana di depan etalase. Matanya bergeming dari Lily yang telah dipajang sejak dua minggu lalu. Kali ini Tuan Oeng tak menegur. Ia membiarkan saja gadis itu menatap Lily sampai puas.
SAMPAI di suatu Minggu, Tuan Oeng melihat gadis itu datang bersama seorang anak laki-laki yang lebih kecil. Keduanya mengendarai sepeda dan memarkir sepeda tepat di depan etalase toko. Terlihat raut gembira di wajah gadis itu.
”Selamat datang. Ada yang bisa dibantu, Nak?” sambut Tuan Oeng.
Kedua bocah itu adalah pembeli pertama di hari itu.
”Saya ingin membeli Lily,” ujar gadis itu mantap.
Tuan Oeng tersenyum. ”Apakah kau meminta orangtuamu untuk membelikannya?” tanyanya.
Gadis itu menggeleng. ”Tidak, Pak. Saya memecahkan celengan yang sudah saya isi sejak setahun.”
Tuan Oeng terpana memandang gadis kecil yang mulai berceloteh bangga itu.
”Walaupun hanya memiliki empat puluh ribu dari uang celengan saya, Ayah memberi uang dua puluh ribu untuk menutupi kekurangannya.”
Tuan Oeng mengangguk mengerti. ”Berarti kau sudah tak punya tabungan lagi, ya?”
Gadis itu mengangguk. ”Kali ini iya, tetapi mulai besok saya akan makin rajin menyisihkan uang jajan. Itu sebabnya Ayah melebihkan sepuluh ribu agar saya dapat membeli celengan baru.”
Tuang Oeng mengacungkan kedua jempolnya tanda bangga. ”Hebat!” ujarnya.
SESAAT kemudian transaksi berlangsung. Gadis itu menulis nama dan alamatnya. Kemudian ia membayar Lily dengan satu lembar uang lima puluh ribu.
”Bisakah Bapak membungkus Lily dengan rapi?” pinta gadis itu.
”Tentu. Untuk gadis kecil yang rajin menabung, Bapak akan bungkus dengan kotak cantik berwarna ungu.”
Ketika sedang membungkus Lily, Tuan Oeng memerhatikan kedua bocah tadi berada di depan rak mainan tentara.
”Aku akan menabung seperti Kakak agar bisa membeli paket mainan tentara ini,” ujar bocah lelaki itu kepada kakak perempuannya.
”Kamu suka, ya?” tanya gadis kecil itu kepada adiknya.
”Iya. Hampir semua teman-temanku memilikinya. Namun, mana mungkin Ayah membelikannya untukku,” nada bocah lelaki itu terdengar kecewa.
”Ayah kan pernah bilang kepada kita.., jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha sendiri. Namun, jika kita membutuhkan sesuatu, Ayah dan Ibu akan membelikannya.”
BOCAH lelaki itu mengangguk. ”Aku akan berusaha keras seperti Kakak! Aku akan menabung.”
”Sebaiknya kau menabung dengan cepat,” timpal satu anak buah Tuan Oeng, masuk ke dalam percakapan.
”Paket mainan tentara itu edisi terbatas dan tidak diproduksi lagi. Di toko ini bahkan hanya tinggal dua paket.”
Raut wajah bocah lelaki itu berubah kecewa. ”Benarkah? Yahh....”
Gadis kecil itu menepuk pundak adiknya. Ia tidak bisa berkata apa-apa.
BEBERAPA saat kemudian kedua bocah itu sudah melangkah ke luar toko. Namun, beberapa menit kemudian, gadis itu datang kembali ke toko sendirian. Ia membawa sebuah kotak berwarna ungu.
”Maaf, Pak. Bolehkan saya menukar Lily dengan satu paket tentara edisi terbatas itu?” ujar gadis itu.
Tuan Oeng terkejut dan terbengong sejenak. ”Kenapa kau mau menukarnya?” Gadis itu menggeleng. ”Saya tidak tahu kenapa saya sedih setelah mendapatkannya. Mungkin karena saya takut adik saya tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau. Sepertinya ia masih terlalu kecil untuk menabung cepat.”
Tuan Oeng tersenyum. Ia merasa gadis di depannya sudah dewasa. Padahal, gadis kecil itu dan adiknya sama-sama masih kecil. Transaksi penukaran berlangsung. Harga miniatur tentara itu lebih murah sepuluh ribu rupiah daripada harga Lily.
KETIKA gadis itu keluar dari toko, Tuang Oeng sibuk menulis sesuatu di atas kartu. Selesai menulis, ia memanggil salah satu anak buahnya dan berkata, ”Kirimkan kotak ungu ini ke alamat gadis kecil tadi. Ini alamat dan nomor teleponnya.”
Anak buah Tuan Oeng sekilas membaca isi kartu ucapan yang ditulis Tuan Oeng. Tulisannya berbunyi: ”Untuk seorang kakak yang murah hati dan rajin menabung. Tertanda Tuan Oeng, dari toko Hati.”
ditulis oleh Afifah Muharikah
http://inspirasipagi.blogspot.com/2010/11/tuan-oeng-dan-seorang-gadis-kecil.html
Subscribe to:
Posts (Atom)