Wednesday, February 16, 2011

Kisah Surat Rasulullah kepada Kaisar Romawi

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadanya, bahwa Heraclius berkirim surat kepada Abu Sufyan menyuruh ia datang ke Syam bersama kafilah saudagar Quraisy*. Waktu itu Rasullah saw, sedang dalam perjanjian damai dengan Abu Sufyan** dan dengan orang-orang kafir Quraisy ( Perjanjian damai, yaitu Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat tahun 6 H . Mereka datang menghadap Heraclius di Ilia*** terus masuk ke dalam majelisnya, dihadapi oleh pembesar-pembesar Romawi. Kemudian Heraclius memanggil orang-orang Quraisy itu beserta Juru bahasanya.

Heraclius berkata, " Siapa di antara Anda yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan laki-laki yang mengaku dirinya Nabi itu ?"

Jawab Abu Sufyan, " Saya ! Saya keluarga terdekat dengannya "

Berkata Heraclius ( kepada jurubahasanya ). "Suruh dekat-dekatlah dia kepadaku. Dan suruh pula para sahabatnya duduk dibelakangnya".

Kemudian berkata Heraclius kepada jurubahasa, "Katakan kepada mereka bahwa saya akan bertanya kepada orang ini (Abu Sufyan). Jika dia berdusta, suruhlah mereka mengatakan bahwa dia dusta".

Kata Abu Sufyan, "Demi Allah ! Jika tidaklah aku takut akan mendapat malu, karena aku dikatakan dusta, niscaya maulah aku berdusta".

Pertanyaannya yang pertama, "Bagaimanakah turunannya di kalanganmu ?"

Aku jawab "Dia turunan bangsawan di kalangan Kami".

Heraclius, "Pernahkah orang lain sebelumnya mengumandangkan apa yang telah dikumandangkannya ?"

Jawabku, "Tidak pernah".

Heraclius, "Adakah di antara nenek moyangnya yang menjadi Raja ?"

Jawabku, "Tidak!"

Heraclius, "Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia ataukah orang-orang biasa ?"

Jawabku, "Hanya terdiri dari orang biasa-orang biasa".

Heraclius, "Apakah pengikutnya semakin bertambah atau berkurang ?"

Jawabku, "Bahkan selalu bertambah".

Heraclius, "Adakah mereka yang Murtad (Murtad, artinya kembali menjadi kafir sesudah beriman), karena mereka benci kepada agama yang dipeluknya itu ?"

Jawabku, "Tidak !"

Heraclius, "Apakah menaruh curiga kepadanya dia berdusta sebelum dia mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang ?"

Jawabku, "Tidak !"

Heraclius, "Pernahkan dia melanggar janji ?"

Jawabku, "Tidak ! dan sekarang, kami sedang dalam perjanjian damai dengan dia. Kami tidak tahu apa yang akan diperbuatnya dengan perjanjian itu".

Kata Abu Sufyan menambahkan, "Tidak dapat aku menambahkan kalimat lain agak sedikitpun selain kalimat itu ( Jawab Abu Sufyan tidak dicukupkanya saja dengan kata "Tidak", tetapi ditambahkannya bahwa ia tidak tahu apakah Nabi Muhammad masih setia kepada janjinya atau tidak. Seakan-akan terbayang baginya kalau-kalau Nabi Muhammad melanggar janji setelah meninggalkan Mekkah ).

Heraclius, "Pernahkah kamu berperang dengannya ?"

Jawabku, "Pernah".

Heraclius, "Bagaimana peperanganmu itu ?"

Jawabku, "Kami kalah dan menang silih berganti. Dikalahkannya kami dan kami kalahkan pula dia".

Heraclius, "Apakah yang diperintahkannya kepada kamu sekalian?"

Jawabku, "Dia menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan nenek moyangmu! Disuruhnya kami menegakan Shalat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempererat persaudaraan".

Berkata Heraclius, "Jika yang kamu terangkan itu betul semuanya, niscaya dia akan memerintah sampai ke tempat aku berpijak di kedua telapak kakiku ini. Sesungguhnya aku telah tahu bahwa ia akan lahir. Tetapi aku tidak mengira bahwa dia akan lahir di antara kamu sekalian. Sekiranya aku yakin akan dapat bertemu dengannya, walaupun dengan susah payah aku akan berusaha datang menemuinya. Kalau aku telah berada di dekatnya, akan kucuci kedua telapak kakinya."

Kemudian Heraclius meminta surat Rasullah saw, yang diantarkan oleh Dihyah kepada pembesar negeri Bushra, yang kemudian diteruskan kepada Heraclius. Lalu dibacakan surat itu, yang isinya sebagai berikut :

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad, Hamba Allah dan Rasul-Nya, Kepada Heraclius, Kaisar Rumawi.

Kesejahteraan kiranya untuk orang yang mengikut petunjuk. Kemudian, sesungguhnya saya mengajak Anda memenuhi panggilan Islam. Islamlah ! Pasti Anda akan selamat. Dan Allah akan memberi pahala kepada Anda dua kali lipat. Tetapi jika Anda enggan, niscaya Anda akan memikul dosa seluruh rakyat.
Hai, Ahli kitab ! marilah kita bersatu dalam satu kalimah (prinsip) yang sama di antara kita, yaitu supaya kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Dan janganlah sebagian kita menjadi yang lain menjadi Tuhan selain daripada Allah. Apabila Anda enggan menurut ajakan ini, akuilah bahwa kami ini Muslim".

Kata Abu Sofyan, "Selesai ia mengucapkan perkataannya dan membaca surat itu, ruangan menjadi heboh dan hiruk pikuk; kami pun disuruh orang keluar. Sampai di luar, aku berkata kepada kawan-kawan, "Sungguh menjadi masalah besar urusan Ibnu Abu Kabasyah***** sehingga raja bangsa kulit kuning itu pun takut kepadanya. Aku yakin, Muhammad pasti menang. Sehingga oleh karenanya Allah memasukkan Islam ke dalam hatiku".

Ibnu Nathur, pembesar negeri Ilia, sahabat Heraclius dan Uskup (Uskup, kepala pendeta) Nasrani di Syam dan menceritakan, "Ketika Heraclius datang ke Ilia, ternyata pikirannya sedang kacau. Oleh karena itu banyak di antara para pendeta yang berkata: "Kami sangat heran melihat sikap Anda".

Selanjutnya kata Ibnu Nathur, Heraclius adalah seorang ahli Nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya : "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat Raja Khithan telah lahir (Khithan, khitan, sunat, memotong ujung kulit (kulup) pada ujung kemaluan laki-laki). Siapakah di antara umat ini yang telah dikhitan ?"

Jawab para pendeta "Yang berkhitan itu hanyalah orang Yahudi. Janganlah Anda risau karena orang Yahudi itu. Perintakan saja ke seluruh negeri dalam kerajaan Anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri itu dibunuh ".

Ketika itu dihadapkan kepada Heraclius seorang utusan Raja Bani Ghassan untuk menceritakan perihal Rasullah saw. Setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan atau tidak. Setelah diperiksa, ternyata memang dia berkhitan, Lalu diberitahukan orang kepada Heraclius.

Herclius bertanya kepada orang itu tentang orang-orang Arab lainnya, "Dikhitankah mereka atau tidak?"

Jawabnya, "Orang-orang Arab itu dikhitan semuanya".

Heraclius berkata, "Inilah raja umat. Sesungguhnya dia telah lahir".

Kemudian Heraclius berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma**** yang ilmunya setaraf dengan Heraclius (menceritakan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw). Dan sementara itu ia meneruskan perjalanannya kenegeri Hims (sebuah kota di Syam ). Tetapi sebelum dia sampai di Hims, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba lebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah Lahir dan beliau memang seorang Nabi.

Heraclius mengundang para pembesar Roma supaya datang ketempatnya di Hims. Setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci setiap pintu.

Kemudian dia berkata, "Wahai, bangsa Rum ! Maukah Anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita ? Kalau mau, akuilah Muhammad itu sebagai Nabi !"

Mendengar ucapan itu mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan iman (percaya kepada Nabi Muhammad saw). Lalu diperintahkannya supaya mereka kembali ke tempat mereka masing-masing seraya berkata, "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi, hanyalah sekedar menguji keteguhan hati Anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu".

Lalu mereka sujud dihadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya.

Demikianlah akhir kisah Heraclius. (Kutipan Buku: Terjemahan Shahih Bukhari)


*) Quraisy, nama suku bangsawan tinggi di negara Mekkah.
**) Salah satu Pemimpin Pasukan Kafir Mekkah, namum akhirnya masuk Islam.
***) Ilia, yaitu Baitul Maqdis (Jerusaalem)
****) Roma sebuah kota tertua di Italia, yang sekarang menjadi ibikota negeri itu. Dahulunya adalah ibikota kerajaan Rum Barat. Menurut riwayat, konon kota itu didirikan oleh Romulus pada tahun 753 sebelum Masehi )
*****) Anak Abu Kabsyah, yakni nama ejekan yang dipanggilkan orang kafir Mekkah kepada Nabi Muhammad. Karena waktu kecil Nabi dipelihara oleh Halimah, yang suaminya bernama Abu Kabsyah).

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4001632

No comments:

Post a Comment