Wednesday, April 4, 2012

Tersesat di Syurga

Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.

Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.

“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”

“Apa yang sudah kamu lakukan?”

“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”

“Kapan kamu menciptakan amal ibadah, kok kamu merasa punya?”

Pemuda itu diam… lalu berkata, “Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”

“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”

“Saya sendiri… hmmm….”

“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”

“Jelas dong tuan…”

“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”

Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.

“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.

“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”

“Toloong diperjelas…”

“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”

“Lho kenapa?”

“Siapa tahu kamu tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”

“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”

“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin kamu ikhlas kalau kamu masih mengandalkan amal ibadah kamu? Mana mungkin kamu ikhlas kalau kamu sudah merasa puas dengan amal kamu sekarang ini?”

Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.

Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya. “Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik juga. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu kamu tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah kamu seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”

“Saya harus bagaimana tuan…”

“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan sarana bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”

Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.

“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?”

Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.

http://www.sufinews.com/index.php/Anehdot/tersesat-di-syurga.sufi

No comments:

Post a Comment