March 8, 2010 by abughifari
Zaman dahulu ada seorang ahli ibadah (abid) dari Bani Israil yang dikatakan paling shalih di zamannya. la mempunyai tiga kawan bersaudara dengan seorang adik yang masih gadis, satu-satunya saudara perempuan mereka.
Pada satu ketika, ketiga kawannya itu hendak pergi mengadakan perjalanan untuk berjihad di jalan Allah. Namun mereka sulit mendapati orang yang dapat dititipi saudara perempuannya, sekaligus dapat dipercaya untuk menjaganya. Akhirnya mereka sepakat, adiknya akan dititipkan pada si abid dan mempercayakan perihal saudara perempuan mereka sepenuhnya kepada ahli ibadah itu.
Ketiganya pun mendatangi si abid dan meminta kepadanya agar berkenan untuk dititipi. Mereka mengharapkan agar saudara perempuan mereka berada dalam pemantauannya sampai mereka pulang dari perjalanan perang. Namun, si abid menolaknya.
Ketiga bersaudara itu terus berusaha dan meminta si abid agar mau menerimanya. Akhirnya, si abid pun mau menerima, seraya mengatakan, “Tempatkan saja ia di rumah yang berdampingan dengan tempat ibadahku ini!”
Mereka pun menempatkan gadis itu di rumah tersebut sebagaimana yang dikatakan si abid. Kemudian, ketiganya pun pergi berperang di jalan Allah.
Setan Mulai Bersiasat
Gadis itu sudah cukup lama berada di kediaman dekat tempat si abid. Sementara si abid biasa menaruh makanan di bawah tempat ibadahnya untuk diambil oleh gadis itu. la tidak mau mengantar makanan ke rumah yang ditempati wanita itu. la meminta agar gadis itulah yang mengambilnya. Maka gadis itulah yang selalu keluar dari tempatnya untuk mengambil makanan setiap hari.
Setan pun datang membujuk si ahli ibadah dengan menggambarkan kebaikan. Setan mengatakan kepadanya, kalau wanita itu selalu keluar dari rumahnya di waktu siang untuk mengambil makanan, nanti akan ada orang yang melihat dan menyergapnya. Setan berbisik kepadanya, “Jika engkau yang pergi sendiri untuk mengantarkan makanan dan menyimpan di pintu rumahnya, itu akan lebih baik dan lebih besar pahalanya bagimu.”
Setan tak henti-hentinya membisikkan suara tersebut sampai akhirnya sang ahli ibadah menurutinya. Maka ia sendiri yang menyimpan makanan di dekat pintu rumah tempat gadis tadi berdiam.
Namun, ketika meletakkan makanan di depan pintu, ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Cukup lama si abid melakukan hal itu. Hingga setan datang lagi kepada si abid dan menganjurkan agar dirinya mau menambah “kebaikan”. Setan berbisik kepadanya, “Jika engkau mengajak ngobrol kepadanya, ia akan merasa tenteram dengan obrolanmu. Sebab, ia sedang kesepian sekali.”
Setan tak henti-hentinya merayu si abid agar mau melakukan apa yang dibisikkannya itu.
Akhirnya, ahli ibadah ini terkadang mengajak ngobrol gadis tersebut dari atas tempat ibadahnya. la tidak mau turun ke bawah, karena takut terkena dosa.
Selanjutnya setan pun datang lagi kepada si abid dan mengatakan, “Jika engkau turun ke bawah dan duduk di pintu tempat ibadahmu untuk bercakap-cakap dengannya dan dia pun tetap berada di pintu rumahnya, itu lebih baik dan menambah rasa tenang kepadanya.”
Setan tak henti-hentinya merayu sang ahli ibadah hingga si abid pun mau melakukannya. la duduk di pintu tempat ibadahnya, begitu juga si gadis di pintunya. Mereka pun saling bercakap-cakap.
Cukup lama dua orang tersebut terus-terusan melakukan kebiasaan bercakap-cakap di atas pintu masing-masing.
Seperti biasanya, setan datang lagi membujuk si abid agar melakukan “kebaikan” yang lebih banyak lagi. Setan berbisik, “Jika engkau keluar dari tempat ibadahmu lalu mendekati pintu rumahnya dan engkau berbicara dengannya, ia akan lebih tenteram dan lebih merasa senang. Itu kebaikan yang besar. la tidak harus keluar dari rumahnya. Biarlah ia berada di dalam rumahnya dan engkau di luar.”
Setan tak henti-hentinya membisikkan hal tersebut. Akhirnya si abid pun mau melakukan apa yang dibisikkan kepadanya itu.
Si abid akhirnya terbiasa mendekati pintu rumah tempat gadis tadi berdiam. la bercakap-cakap dengannya. Padahal, awalnya ia tak pernah beranjak dari tempat ibadahnya. Kalaupun untuk mengajak berbicara kepada gadis itu, ia melakukannya dari atas dan tidak mau turun ke bawah. Cukup lama kebiasaan yang dilakukan oleh sang ahli ibadah tersebut.
Selanjutnya setan datang lagi kepada sang ahli ibadah dan berbisik, “Jika engkau masuk ke dalam rumahnya, lalu engkau bercakap-cakap dengannya, itu lebih baik. Sebab, jika engkau ada di dalam, wanita itu tetap tidak terlihat orang lain.”
Ahli ibadah ini mengikuti saran setan sehingga ia pun masuk ke dalam rumah tersebut. Hampir seharian penuh, setiap hari, si ahli ibadah bercakap-cakap dengan si gadis. Ketika waktu telah menjelang sore, ia baru naik ke atas tempat ibadahnya untuk melanjutkan ibadahnya.
Terjadilah Perzinaan
Setan selalu datang kepada si abid untuk merayunya setiap saat. Lama-kelamaan si abid bahkan sampai dapat menyentuh tubuh gadis tersebut.
Setan terus-menerus mengganggu si abid dan si gadis. Dan, terjadilah perzinaan.
Akhirnya, wanita itu pun hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Setan pun datang kembali kepada si abid dan berkata kepadanya, “Bagaimana kalau nanti saudara-saudara perempuan ini datang sementara ia melahirkan anak darimu? Apa yang akan engkau katakan? Mereka pasti akan mencela dan menghajarmu. Karena itu, bunuh saja anak itu. Perempuan itu pasti akan menutupi rahasia ini. Sebab, ia juga takut kepada saudara-saudaranya kalau mereka mengetahuinya.”
Maka si abid melakukan apa yang disarankan oleh setan tersebut, yaitu membunuh anak itu.
Setelah dia membunuh anak laki-laki itu, setan berkata kepadanya, “Tapi, wahai pemuda, apa kau yakin perempuan itu akan menyembunyikan apa yang dilakukan olehmu? Sudah, bunuh saja dia!”
Si abid pun akhirnya membunuh perempuan itu dan menguburkannya bersama anaknya. la meletakkan batu besar di atas kuburan anak dan ibunya tersebut. Setelah itu, ia naik ke atas tempat ibadahnya untuk meneruskan ibadah.
Mati Su’ul Khatimah
Tidak lama setelah kejadian itu, datanglah ketiga saudara perempuan yang dibunuh tadi dari berperang. Mereka langsung menuju ke tempat si abid, menanyakan perihal saudara perempuan mereka.
Mendengar pertanyaan tersebut, si abid menangis dan menceritakan kejadian yang mengerikan. la menyebutkan, saudara perempuan mereka meninggal karena suatu penyakit. “Saya sangat mengenalnya, ia adalah seorang wanita yang baik. Kuburannya ada di suatu tempat,” kata si abid sambil menunjukkan sebuah kuburan yang agak jauh dari tempat ibadahnya.
Mereka segera mendatangi tempat yang ditunjukkan si abid. Sesampainya di sana, ketiganya menangis. Beberapa hari mereka tak henti-hentinya menziarahi kuburan adiknya. Setelah itu mereka pun pulang ke rumah keluarga asal mereka.
Ketika malam tiba dan mereka telah tertidur, setan datang dalam mimpi mereka. Dalam mimpi tersebut setan muncul dalam bentuk seorang laki-laki yang sedang melakukan perjalanan. Setan memulai mendatangi orang yang paling tua di antara mereka dan bertanya mengenai saudara perempuannya.
Sang kakak yang paling besar pun menceritakannya sebagaimana berita yang diterimanya dari si abid dan ia telah mengunjungi kuburannya.
Setan menyatakan bahwa kabar tersebut adalah dusta, “Apa yang dikabarkan olehnya tentang saudara perempuanmu hanya bualan. Justru ia telah menghamilinya dan adikmu melahirkan anak laki-laki. Karena takut diketaliui, ia membunuhnya dan membunuh pula ibunya. la memasukkan keduanya ke dalam sebuah lubang yang telah digali di balik pintunya, yaitu di sebelah kanan. Silakan engkau datangi tempat tersebut dan buktikan saja di sana. Kalian akan menemukan keduanya sebagaimana yang aku beritakan ini!”
Selanjutnya setan mendatangi kedua saudaranya yang lain dan menyampaikan kabar yang sama.
Ketiganya merasa kaget atas mimpi itu sebab mereka memimpikan hal yang sama. Saudara yang paling besar berkata, “Ah, itu hanya mimpi. Tidak ada apa-apanya. Sudah, jangan kalian hiraukan, kita biarkan saja!”
Saudara yang paling kecil berkata, “Demi Tuhan, saya tidak akan tenang kecuali setelah membuktikan tempat yang ditunjukkan itu.”
Akhirnya ketiganya berangkat mendatangi rumah bekas hunian adik perempuan mereka. Mereka membuka pintu rumah tersebut dan mencari tempat yang disebutkan oleh setan kepada mereka di dalam mimpi. Benar saja, mereka menemukan saudara perempuan dan anaknya telah digorok lehernya dan diletakkan di tempat itu.
Mereka pun datang kepada si abid dan menanyakan keadaan yang sebenarnya. Akhirnya si abid membenarkan apa yang dikatakan oleh setan tadi.
Ketiga saudara perempuan tersebut akhirnya membawa turun si ahli ibadah dan menghadapkannya kepada raja. Sang ahli ibadah divonis mati dengan disalib.
Ketika si abid sudah diikat di atas kayu untuk dibunuh, datanglah setan kepadanya dan berkata, “Aku ini sahabatmu yang mengujimu dengan perempuan yang engkau hamili dan bunuh itu. Jika engkau ikuti perintahku hari ini dan kafir kepada Allah… aku akan menyelamatkanmu dari bahaya yang sedang engkau hadapi ini.”
Si abid mengiyakan anjuran setan, yaitu kufur kepada Allah. Ketika ia telah kafir, setan meninggalkannya dan orang-orang membunuhnya.
(diambil dari http://www.madinatulilmi.com/)
Naudzubillaahi min dzalik...!
No comments:
Post a Comment