Hari itu kafir Quraisy sengaja mengutus Nadhr dan Uqbah menemui pembesar Yahudi di Madinah untuk menanyakan kebenaran kenabian Muhammad
"Tanyakanlah kepada orang-orang yahudi tentang Muhammad karena meereka memiliki ilmu tentang kenabian, yang ilmu itu tidak kita miliki." kata kafir Quraisy.
Keduanya pun bergegas keluar hingga tiba di Madinah. Sesampainya di rumah orang Yahudi, mereka membuka pembicaraan, "Kami datang pada kalian untuk mencari tahu tentang sahabat kami Muhammad, yang kami tahu bahwa berita kenabian Muhammad tertulis di dalam kitab Taurat kalian. Bukankah kalian pandai tentang kitab Taurat?"
Pembesar Yahudi menukas, "Hai, utusan Quraisy! Tanyakan saja kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika bisa menjawabnya, berarti ia seorang nabi yang benar-benar diutus. Tetapi jika tidak, berarti ia hanya berdusta kepada kalian."
"Apakah tiga hal itu?"
"Pertama; bagaimanakah nasib para pemuda yang terjebak di dalam gua karena mereka memiliki cerita mengherankan. Kedua; tanyakanlah kepadanya tentang Zulqarnain, lelaki yang mengelilingi dunia sampai ke ujung-ujungnya. Ketiga; tanyakanlah kepadanya ilmu tentang ruh."
Tidak lama berselang, kedua laki-laki itu bertandang ke rumah Muhammad untuk membuktikan tiga hal tadi.
"Wahai Muhammad! Ceritakanlah tentang tigal hal, yang dengan begitu kami mempercayai bahwa kamu benar-benar nabi yang diutus kepada kami," pinta mereka.
"Esok pagi, aku pasti memberikan jawaban atas tiga pertanyaan itu," jawab Muhammad dengan sangat yakin.
Mereka pun segera bubar meninggalkan nabi.
Ternyata sampai esok hari, Jibril tidak kunjung datang. Bahkan, wahyu tidak kunjung menyapa hingga lima belas hari lamanya. Muhammad berkecil hati. Ia seperti kecewa. Sementara itu, janji sudah terlanjur diucapkan bahwa esok pagi jawaban pasti diberikan.
Penduduk Makkah pun menjadi gembar. Orang-orang Quraisy datang menagih janji, "Muhammad benar-benar telah membohongi kita. Ia menjanjikan jawaban kepada kita, namun sekarang waktunya telah lewat."
Kejadian ini benar-benar membuat Rasulullah dirundung lara, menorehkan duka di hati. Beliau merasa Tuhannya telah meninggalkannya, mengabaikannya. Ditambah lagi sebagian penduduk Makkah tidak menyapanya. Sangat menyakitkan.
Akhirnya, pada hari keenam-belas, Jibril turun menyapa Muhammad, menyampaikan kepadanya surah Al-Kahfi sebagai jawaban atas pertanyaan mereka. Allah berfriman, "Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua (Ashabul Kahfi), dan yang mempunyai raqim itu, termasuk tanda-tanda kebesaran Kami yang menakjubkan?" (Al-Kahfi : 9) bagi Allah, cerita itu tidak terlalu istimewa.
Allah juga menegur Muhammad, "Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, 'Aku pasti melakukan itu besok pagi,' kecuali dengan mengatakan, 'Insya Allah.".... (Al-Kahfi : 23-24)
(Diangkat dari Tafsir Imam Ibnu Katsir)
***
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa segala gerakan dan aktivitas yang terjadi di muka bumi terjadi atas kehendak Allah. Kehendak manusia pun tidak akan terjadi tanpa kehendak-Nya. Karena itulah Allah mengajarkan kepada orang-orang beriman agar mengatakan "insya Allah" jika hendak melakukan sesuatu.
Disadur dari buku "Lelaki Akhirat dari sudut Kota Madinah" karya Muhamad Yasir.
No comments:
Post a Comment