Tambah ibunya lagi: “Sebagai ibu, ibu tak izinkan kamu sholat sekarang! Wallahi… jika kamu ambil wudu sekarang, ibu akan tetap memarahi kamu.”
Anak perempuannya menjawab: “Wallahi… saya tidak akan pergi dari sini sehingga saya melakukan sholat! Ibu sepatutnya tahu bahwa tidak pantas taat kepada makhluk tetapi durhaka kepada Maha Pencipta.!!”
Ibunya berkata: “Apa kata tetamu nanti jika kamu muncul dalam majlis perkahwinan sendiri tanpa make-up?! Tentu nampak jelek atau tidak cantik di mata mereka! Mereka pasti akan mentertawakan kamu! “
Sambil tersenyum, anak perempuan itu bertanya: “Adakah ibu bimbang karena saya tidak cantik di mata mereka? Bagaimana pula dengan Maha Pencipta saya? Saya bimbang karena, jika saya terlepas sholat saya, saya tidak lagi cantik di mata-Nya “
Dia mulai berwudu, dan semua make-up pada wajah telah hilang, tetapi dia tidak peduli. Kemudian dia mulai melaksanakan sholat dan pada waktu dia hendak sujud, dia tidak sadar bahwa itu akan menjadi sujud terakhir baginya!
Ya! Dia meninggal dunia ketika dalam sujud! Pengakhiran yang besar bagi Muslimah yang berkeras untuk mentaati Tuhannya! Banyak mereka yang mendengar cerita ini begitu tersentuh!!
Dia mengutamakan Allah dan ketaatan kepadaNya sebagai yang pertama dalam keutamaan hidup beliau, jadi pengakhiran terbaik yang dianugerahkan oleh Allah pada mana-mana umat Islam yang layak memilikinya!
Dia mau menjadi lebih dekat kepada-Nya, maka Allah mengambil nyawanya pada saat di mana umat Islam berada paling dekat kepada-Nya! SubhanAllah!
Dia tidak peduli jika dia tidak indah di mata makhluk, asalkan dia cantik pada Maha Pencipta!
Wahai saudari Muslimah, bayangkan jika anda berada di tempat itu! Apa yang anda akan lakukan? Apa yang anda akan pilih: pujian manusia atau Maha Pencipta?
Wahai sekalian insan! Adakah kita ada jaminan bahawa kita akan hidup untuk menit seterusnya? Jam? Atau bulan?!!
Tiada yang tahu kapan saat mereka datang? Atau bila kita akan bertemu malaikat Maut? Jadi, adakah kita bersedia untuk saat itu?
Wahai muslimah! Apa yang anda pilih: bersantai tanpa jilbab atau dirahmati Allah dengan memakai jilbab?
Adakah kita bersedia untuk menemui Allah tanpa jilbab?
[Diceritakan oleh Syeikh ‘Abdul Mohsen al Ahmad’, ia berlaku di Abha (Ibu Negeri Asir di Arab Saudi)]
No comments:
Post a Comment