Wednesday, September 5, 2012

Kisah Hijrah Yuke Sumeru, dari Musik Rock Menjadi Hafidz Qur'an

Siapa anak muda pecinta musik Rock Indonesia yang tidak mengetahui Gong 2000? Band yang digawangi oleh Ian Antono dan Ahmad Albar itu merupakan salah satu legenda musik rock di Indonesia. Namun, hingar bingar musik rock itu akhirnya menjadi tidak berarti bagi mantan pemain bas Gong 2000, Yuke Sumeru. Kini kehidupan Yuke bertolak-belakang dengan masa lalunya yang kental dengan hingar-bingar rock. Ia kini telah menjadi seorang hafidz (penghafal) Al-Qur’an. Kehidupannya berubah drastis setelah meninggalkan musik dan menekuni agama.

“Dulu semua hal bisa saya dapatkan, namun semua tetap kosong dan hambar. Kini kehidupan sederhana dengan harta utama Islam telah membuat saya merasa hidup ini lebih tenang dan lengkap,” jelasnya kepada hidayatullah.com di Bintaro sektor 9 tempat kediamannya. Sabtu (01/09/2012) kemarin.

Yuke juga membuktikan keseriusan hijrahnya dengan kembali bersekolah. Kesuksesan bermusik dan umur yang telah lanjut tidak lantas mematahkan semangatnya.

Selama tujuh tahun kuliah iapun menuntaskan gelar Master of Al Qur’an (MA) di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an di Jakarta.

Demi cintanya pada agama dan ilmu al-Quran, ia harus membatasi pergaulan dengan teman-temanya di masa lalu.

“Saya harus mengganti nomor telpon saya, agar teman-teman musisi tidak bisa menghubungi saya. Saya sadar untuk berubah saya juga harus mengkondusifkan lingkungan pergaulan saya,” jelasnya lagi.

Kini jalan dakwah sudah menjadi pilihannya. Lelaki yang memiliki sebuah usaha bisnis show room modifikasi mobil ini juga menolak menerima bayaran dari setiap aktivitas dakwahnya. Ia mengkritik sikap banyak da’i ditelevisi yang suka memasang tarif mahal dan berlagak seperti artis.

Keresahannya itu juga membuat dia justru fokus pada dakwah di daerah kemiskinan.

Yuke juga berpesan kepada banyak pihak terutama anak muda. Jika kita masih mencampur adukan musik dan agama maka semua itu akan sia-sia. Menurutnya musik adalah sesuatu yang melalaikan. Musik tidak mungkin menjadi alat dalam mengingatkan kita kepada agama, ujarnya.*
 

No comments:

Post a Comment