“Dulu semua hal bisa saya dapatkan, namun semua
tetap kosong dan hambar. Kini kehidupan sederhana dengan harta utama Islam telah
membuat saya merasa hidup ini lebih tenang dan lengkap,” jelasnya kepada hidayatullah.com di Bintaro sektor 9 tempat kediamannya. Sabtu
(01/09/2012) kemarin.
Yuke juga membuktikan keseriusan hijrahnya
dengan kembali bersekolah. Kesuksesan bermusik
dan umur yang telah lanjut tidak lantas mematahkan semangatnya.
Selama tujuh tahun kuliah iapun menuntaskan
gelar Master of Al Qur’an (MA) di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an di
Jakarta.
Demi cintanya pada agama dan ilmu al-Quran, ia harus
membatasi pergaulan dengan teman-temanya di masa lalu.
“Saya harus mengganti nomor telpon saya, agar
teman-teman musisi tidak bisa menghubungi saya. Saya sadar untuk berubah saya
juga harus mengkondusifkan lingkungan pergaulan saya,” jelasnya lagi.
Kini jalan dakwah sudah menjadi pilihannya.
Lelaki yang memiliki sebuah usaha bisnis show room modifikasi mobil ini
juga menolak menerima bayaran dari setiap aktivitas dakwahnya. Ia mengkritik
sikap banyak da’i ditelevisi yang suka memasang tarif mahal dan berlagak seperti
artis.
Keresahannya itu juga membuat dia justru fokus
pada dakwah di daerah kemiskinan.
Yuke juga berpesan kepada banyak pihak terutama
anak muda. Jika kita masih mencampur adukan musik dan agama maka semua itu akan
sia-sia. Menurutnya musik adalah sesuatu yang melalaikan. Musik tidak mungkin
menjadi alat dalam mengingatkan kita kepada agama, ujarnya.*
No comments:
Post a Comment